medcom.id, Jakarta: Saat ini sepeda motor bukan hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat di Indonesia. Jaket kulit, sepatu boot, jersey, dan rompi menjadi identitas yang melekat erat dengan para pemotor, bahkan menjadi sebuah fashion bikers.
Untuk membedah lebih dalam, Unity Pitstop menggelar workshop bertajuk 'Keren Ngga Pake Repot' yang membahas perkembangan bikers fashion yang telah berkembang dengan berbagai aliran berbeda sub tema 'Grooming for Bikers' di Birdcage Cafe, Jakarta
Menurut aktor, komposer, dan kolektor otomotif, Ade Habibie, yang menjadi pembicara utama di acara itu, bikers identik dengan kesan cowo yang memilih menghabiskan waktu di bengkel dari pada memperhatikan tampilan diri. Akhirnya tampilan pemiliknya menjadi kalah menarik dibandingkan tampilan sepeda motornya.
Oleh karena itu Ade mengajak para biker di tanah air untuk tetap menjaga tampilan dan tetap nyaman serta percaya diri. "Sebagai bagian dari lifestyle seorang biker, kita juga harus tampil keren bukan hanya motornya saja, tanpa perlu dandan berlebihan," tutur Ade pada Selasa, 20 Oktober.
Yang dimaksud berlebihan di sini menurut Ade, kita harus menyesuaikan dengan motor yang menjadi tunggangan kita. "Kalau kita naik motor 50 cc, tampilannya tidak perlu seperti mau naik motor 1.300 cc dengan jaket kulit, sepatu boot, lengkap dengan berbagai aksesorisnya. Ya disesuaikan saja."
Menurut pemilik salah satu dealer motor Triumph ini, setiap individu memiliki gayanya sendiri sebagai identitas fashion-nya. Umumnya menyesuaikan dengan jenis motor yang menjadi tunggangan mereka. Penggemar motor klasik tentu akan lebih nyaman jika tampil dengan gaya klasik, sementara penyuka motor besar, nyaman dengan tampilan sangarnya.
Beda lagi dengan penggemar skuter klasik. "Mereka tentu lebih pas dengan gaya 'Mods', yaitu gaya yang meniru dandanan kendaraan para jetset di jaman itu. Karena mereka umumnya merupakan anggota serikat pekerja yang hanya mampu membeli skuter, maka gaya jetset itu diadopsi pada skuter mereka seperti menambah spion, lampu dan sebagainya," papar Ade. "Walaupun naik motor, tampilan juga perlu dijaga."
Ade Habibie melanjutkan, untuk mendukung tampilan, bikers juga tidak perlu selalu menggunakan berbagai produk impor yang memang diciptakan untuk para pemotor dengan alasan kualitas dan safety-nya. Pasalnya saat ini sudah banyak produk lokal yang memiliki kualitas bagus. "Sudah saatnya kita mulai melirik produk buatan dalam negeri yang kualitasnya malah sudah diakui di luar negeri," imbuh Ade.
"Walaupun style dan penampilan itu penting juga bagi para biker, perkembangan tren style dan fashion bikers harus memenuhi kebutuhan dasar penggunanya yaitu keamanan dan kenyamanan," ujar Heret Frasthio, fotografer sekaligus pendiri salah satu brand lokal produk bikers fashion 'Elders Company' mulai dari helm, sarung tangan, hingga pakaian.
Untuk urusan tren, belakangan ini pemuda yang gemar menunggang sepeda motor jenis cafe racer tersebut mengaku banyak berdiskusi dengan Tommy Manoch. "Tommy Manoch adalah legenda hidup yang masih bisa ditemui saat ini. Oleh karena itu saya menghadap beliau untuk tukar pikiran, sekaligus berdiskusi soal kelengkapan motor yang 'in' di jamannya untuk diproduksi kembali. Pasalnya tren itu selalu berputar dan berulang," beber Heret.
medcom.id, Jakarta: Saat ini sepeda motor bukan hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tetapi juga menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat di Indonesia. Jaket kulit, sepatu
boot,
jersey, dan rompi menjadi identitas yang melekat erat dengan para pemotor, bahkan menjadi sebuah
fashion bikers.
Untuk membedah lebih dalam, Unity Pitstop menggelar workshop bertajuk 'Keren Ngga Pake Repot' yang membahas perkembangan
bikers fashion yang telah berkembang dengan berbagai aliran berbeda sub tema 'Grooming for Bikers' di Birdcage Cafe, Jakarta
Menurut aktor, komposer, dan kolektor otomotif, Ade Habibie, yang menjadi pembicara utama di acara itu,
bikers identik dengan kesan cowo yang memilih menghabiskan waktu di bengkel dari pada memperhatikan tampilan diri. Akhirnya tampilan pemiliknya menjadi kalah menarik dibandingkan tampilan sepeda motornya.
Oleh karena itu Ade mengajak para biker di tanah air untuk tetap menjaga tampilan dan tetap nyaman serta percaya diri. "Sebagai bagian dari
lifestyle seorang biker, kita juga harus tampil keren bukan hanya motornya saja, tanpa perlu dandan berlebihan," tutur Ade pada Selasa, 20 Oktober.
Yang dimaksud berlebihan di sini menurut Ade, kita harus menyesuaikan dengan motor yang menjadi tunggangan kita. "Kalau kita naik motor 50 cc, tampilannya tidak perlu seperti mau naik motor 1.300 cc dengan jaket kulit, sepatu
boot, lengkap dengan berbagai aksesorisnya. Ya disesuaikan saja."
Menurut pemilik salah satu
dealer motor Triumph ini, setiap individu memiliki gayanya sendiri sebagai identitas
fashion-nya. Umumnya menyesuaikan dengan jenis motor yang menjadi tunggangan mereka. Penggemar motor klasik tentu akan lebih nyaman jika tampil dengan gaya klasik, sementara penyuka motor besar, nyaman dengan tampilan sangarnya.
Beda lagi dengan penggemar skuter klasik. "Mereka tentu lebih pas dengan gaya 'Mods', yaitu gaya yang meniru dandanan kendaraan para jetset di jaman itu. Karena mereka umumnya merupakan anggota serikat pekerja yang hanya mampu membeli skuter, maka gaya jetset itu diadopsi pada skuter mereka seperti menambah spion, lampu dan sebagainya," papar Ade. "Walaupun naik motor, tampilan juga perlu dijaga."
Ade Habibie melanjutkan, untuk mendukung tampilan, bikers juga tidak perlu selalu menggunakan berbagai produk impor yang memang diciptakan untuk para pemotor dengan alasan kualitas dan
safety-nya. Pasalnya saat ini sudah banyak produk lokal yang memiliki kualitas bagus. "Sudah saatnya kita mulai melirik produk buatan dalam negeri yang kualitasnya malah sudah diakui di luar negeri," imbuh Ade.
"Walaupun
style dan penampilan itu penting juga bagi para biker, perkembangan tren
style dan
fashion bikers harus memenuhi kebutuhan dasar penggunanya yaitu keamanan dan kenyamanan," ujar Heret Frasthio, fotografer sekaligus pendiri salah satu
brand lokal produk
bikers fashion 'Elders Company' mulai dari helm, sarung tangan, hingga pakaian.
Untuk urusan tren, belakangan ini pemuda yang gemar menunggang sepeda motor jenis cafe racer tersebut mengaku banyak berdiskusi dengan Tommy Manoch. "Tommy Manoch adalah legenda hidup yang masih bisa ditemui saat ini. Oleh karena itu saya menghadap beliau untuk tukar pikiran, sekaligus berdiskusi soal kelengkapan motor yang 'in' di jamannya untuk diproduksi kembali. Pasalnya tren itu selalu berputar dan berulang," beber Heret.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)