Tangerang: Kepadatan lalu lintas di kawasan perkotaan, seperti Jakarta dan Tangerang, menjadi tantangan harian bagi pengendara sepeda motor. Dalam ekosistem lalu lintas yang beragam, keterampilan teknis safety riding saja tidak cukup. Diperlukan etika berkendara yang matang agar risiko kecelakaan dapat ditekan secara berkelanjutan.
Salah satu aspek krusial yang kerap diabaikan adalah etika pengereman. Banyak pengendara merasa sudah memahami cara menarik tuas rem, namun belum sepenuhnya menerapkan prinsip pengereman yang aman, terukur, dan bertanggung jawab. Padahal, di lalu lintas perkotaan yang padat dan serba cepat, kesalahan kecil saat mengerem dapat berdampak besar.
Tim Safety Riding Promotion PT Wahana Makmur Sejati (WMS) menegaskan pentingnya etika mengerem sebagai bagian dari penguatan budaya keselamatan berkendara #Cari_aman.
“Di lalu lintas padat seperti Jakarta misalnya, pengereman punya peran sangat besar dalam mencegah kecelakaan. Cara kita mengerem bisa berdampak langsung pada keselamatan diri sendiri dan pengendara lain,” kata Head of Safety Riding Promotion PT Wahana Makmur Sejati, Agus Sani, melalui keterangan resminya.
Baca Juga: Harga Mitsubishi Xpander Bekas yang Dapat Jadi Pilihan Keluarga
Menurut WMS, pemahaman etika pengereman perlu terus disosialisasikan agar pengendara tidak hanya fokus pada kecepatan dan keterampilan, tetapi juga pada tanggung jawab sosial di jalan raya.
Tiga Etika Mengerem yang Perlu Diperhatikan
Tim Safety Riding Promotion WMS membagikan tiga etika utama pengereman sepeda motor yang relevan dengan karakter lalu lintas Jakarta–Tangerang yang padat, sering berhenti mendadak, dan penuh dinamika.
Pertama, pengendara perlu selalu mengantisipasi situasi dan menjaga jarak aman. Etika mengerem dimulai dari kemampuan membaca kondisi lalu lintas sejak dini. Dengan jarak yang cukup, pengendara memiliki ruang reaksi untuk melakukan pengereman secara bertahap dan terkontrol, sehingga mengurangi risiko kehilangan keseimbangan maupun ditabrak dari belakang.
Kedua, penggunaan teknik pengereman yang seimbang menjadi faktor kunci. Pengendara dianjurkan memanfaatkan rem depan dan belakang secara proporsional serta menghindari pengereman kasar. Teknik yang tepat membantu menjaga stabilitas sepeda motor, terutama saat melintasi jalan licin, marka jalan, atau permukaan yang tidak rata.
Baca Juga: Satgas Nataru 2025/2026 Pantau Konsumsi BBM di Sukabumi dan Cianjur
Ketiga, pengendara harus memperhatikan pengguna jalan lain. Etika mengerem tidak hanya soal teknik, tetapi juga sikap. Pengereman mendadak tanpa alasan jelas dapat mengejutkan kendaraan di belakang dan memicu kecelakaan beruntun. Kesadaran terhadap spion, pergerakan sekitar, serta menghindari perilaku memotong jalur lalu mengerem mendadak menjadi bagian dari tanggung jawab bersama.
“Pengereman yang baik dan benar harus dilakukan dengan tenang, bertahap, dan menggunakan kombinasi rem depan serta belakang. Dengan teknik yang tepat, pengendara tetap bisa mengendalikan motor meskipun harus berhenti mendadak,” jelas Agus Sani.
Tangerang: Kepadatan lalu lintas di kawasan perkotaan, seperti Jakarta dan Tangerang, menjadi tantangan harian bagi pengendara sepeda motor. Dalam ekosistem lalu lintas yang beragam, keterampilan teknis
safety riding saja tidak cukup. Diperlukan
etika berkendara yang matang agar risiko kecelakaan dapat ditekan secara berkelanjutan.
Salah satu aspek krusial yang kerap diabaikan adalah etika pengereman. Banyak pengendara merasa sudah memahami cara menarik tuas rem, namun belum sepenuhnya menerapkan prinsip pengereman yang aman, terukur, dan bertanggung jawab. Padahal, di lalu lintas perkotaan yang padat dan serba cepat, kesalahan kecil saat mengerem dapat berdampak besar.
Tim Safety Riding Promotion PT Wahana Makmur Sejati (WMS) menegaskan pentingnya etika mengerem sebagai bagian dari penguatan budaya keselamatan berkendara #Cari_aman.
“Di lalu lintas padat seperti Jakarta misalnya, pengereman punya peran sangat besar dalam mencegah kecelakaan. Cara kita mengerem bisa berdampak langsung pada keselamatan diri sendiri dan pengendara lain,” kata Head of Safety Riding Promotion PT Wahana Makmur Sejati, Agus Sani, melalui keterangan resminya.
Baca Juga:
Harga Mitsubishi Xpander Bekas yang Dapat Jadi Pilihan Keluarga
Menurut WMS, pemahaman etika pengereman perlu terus disosialisasikan agar pengendara tidak hanya fokus pada kecepatan dan keterampilan, tetapi juga pada tanggung jawab sosial di jalan raya.
Tiga Etika Mengerem yang Perlu Diperhatikan
Tim Safety Riding Promotion WMS membagikan tiga etika utama pengereman sepeda motor yang relevan dengan karakter lalu lintas Jakarta–Tangerang yang padat, sering berhenti mendadak, dan penuh dinamika.
Pertama, pengendara perlu selalu mengantisipasi situasi dan menjaga jarak aman. Etika mengerem dimulai dari kemampuan membaca kondisi lalu lintas sejak dini. Dengan jarak yang cukup, pengendara memiliki ruang reaksi untuk melakukan pengereman secara bertahap dan terkontrol, sehingga mengurangi risiko kehilangan keseimbangan maupun ditabrak dari belakang.
Kedua, penggunaan teknik pengereman yang seimbang menjadi faktor kunci. Pengendara dianjurkan memanfaatkan rem depan dan belakang secara proporsional serta menghindari pengereman kasar. Teknik yang tepat membantu menjaga stabilitas sepeda motor, terutama saat melintasi jalan licin, marka jalan, atau permukaan yang tidak rata.
Baca Juga:
Satgas Nataru 2025/2026 Pantau Konsumsi BBM di Sukabumi dan Cianjur
Ketiga, pengendara harus memperhatikan pengguna jalan lain. Etika mengerem tidak hanya soal teknik, tetapi juga sikap. Pengereman mendadak tanpa alasan jelas dapat mengejutkan kendaraan di belakang dan memicu kecelakaan beruntun. Kesadaran terhadap spion, pergerakan sekitar, serta menghindari perilaku memotong jalur lalu mengerem mendadak menjadi bagian dari tanggung jawab bersama.
“Pengereman yang baik dan benar harus dilakukan dengan tenang, bertahap, dan menggunakan kombinasi rem depan serta belakang. Dengan teknik yang tepat, pengendara tetap bisa mengendalikan motor meskipun harus berhenti mendadak,” jelas Agus Sani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)