Jakarta: Teknologi otomotif terus mengalami perkembangan. Kini sistem injeksi elektronik bukan hal aneh lagi dan sudah diaplikasikan mobil keluaran terbaru, baik yang bermesin bensin maupun diesel.
Menurut Sales Support Departemen Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), Reiner Tandionei, meski sama-sama sudah memakai sistem injeksi elektronik, namun ada perbedaan perlakuan antara mesin bensin dan diesel.
"Mesin diesel dikenal tangguh dan irit. Tapi kalau salah perawatan, malah bisa jadi boros BBM, asap knalpot hitam serta tenaga mesin berkurang," papar Reiner saat berbincang dengan Medcom.id di Bekasi, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Reiner menambahkan, mesin diesel perlu mendapat perawatan berkala dengan cara dikalibrasi. Tujuannya untuk membersihkan dan menyamakan tekanan di tiap unit injektor.
Yang utama dan paling penting adalah, emilik mobil harus sering mengganti pelumas. Pastikan gunakan pelumas khusus karena mesin turbo akan bekerja lebih berat. Pelumas harus bisa melumasi dengan baik seluruh komponen bergerak di mesin. Mengingat turbin dari turbo ini mampu berputar di atas 240 ribu rpm.
Untuk jangka waktu pergantian oli mesin, lebih cepat dari yang disarankan akan lebih baik. Misalnya untuk mobil diesel lama pergantian oli per 5.000 kilometer (km). Cuma sekarang sudah 4.000 km lebih baik sudah harus mengganti oli tersebut.
Penggunaan bahan bakar berkualitas juga mempengaruhi kondisi dan kemampuan. Memang performa akan menjadi lebih baik karena proses pembakaran di ruang mesin bakal lebih sempurna dan tidak meninggalkan sisa gas buang yang masih mengandung partikel solar, dan bisa menempel pada turbin turbo dan ikut terbakar sehingga menyebabkan turbin terbakar dan terkikis.
"Karena usia pemakaian biasanya saluran injektor akan berkerak, ini menyebabkan kualitas semprotan tiap injektor berbeda. Akibatnya pernurunan performa dan mesin jadi boros bahan bakar. Untuk mengembalikan performa mesin perlu dilakukan kalibrasi," tambah Reiner.
Proses kalibrasi biasanya dilakukan dengan proses pembersihan saluran injektor, kemudian pengetesan masing-masing injektor dengan cara penyemprotan semburan solar ke dalam tabung ukur. Proses selanjutnya bakal dilakukan untuk mendapatkan hasil volume semburan injektor yang sesuai.
“Injektor sifatnya life time, tidak ada batasan umur. Namun kalibrasi injeksi seperti ini sebaiknya dilakukan berkala merujuk batasan 20 ribu km sekali. Ada baiknya penggantian komponen filter bensin juga disertakan untuk membantu kinerja injektor" Reine.
Jakarta: Teknologi otomotif terus mengalami perkembangan. Kini sistem injeksi elektronik bukan hal aneh lagi dan sudah diaplikasikan mobil keluaran terbaru, baik yang bermesin bensin maupun diesel.
Menurut Sales Support Departemen Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), Reiner Tandionei, meski sama-sama sudah memakai sistem injeksi elektronik, namun ada perbedaan perlakuan antara mesin bensin dan diesel.
"Mesin diesel dikenal tangguh dan irit. Tapi kalau salah perawatan, malah bisa jadi boros BBM, asap knalpot hitam serta tenaga mesin berkurang," papar Reiner saat berbincang dengan Medcom.id di Bekasi, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Reiner menambahkan, mesin diesel perlu mendapat perawatan berkala dengan cara dikalibrasi. Tujuannya untuk membersihkan dan menyamakan tekanan di tiap unit injektor.
Yang utama dan paling penting adalah, emilik mobil harus sering mengganti pelumas. Pastikan gunakan pelumas khusus karena mesin turbo akan bekerja lebih berat. Pelumas harus bisa melumasi dengan baik seluruh komponen bergerak di mesin. Mengingat turbin dari turbo ini mampu berputar di atas 240 ribu rpm.
Untuk jangka waktu pergantian oli mesin, lebih cepat dari yang disarankan akan lebih baik. Misalnya untuk mobil diesel lama pergantian oli per 5.000 kilometer (km). Cuma sekarang sudah 4.000 km lebih baik sudah harus mengganti oli tersebut.
Penggunaan bahan bakar berkualitas juga mempengaruhi kondisi dan kemampuan. Memang performa akan menjadi lebih baik karena proses pembakaran di ruang mesin bakal lebih sempurna dan tidak meninggalkan sisa gas buang yang masih mengandung partikel solar, dan bisa menempel pada turbin turbo dan ikut terbakar sehingga menyebabkan turbin terbakar dan terkikis.
"Karena usia pemakaian biasanya saluran injektor akan berkerak, ini menyebabkan kualitas semprotan tiap injektor berbeda. Akibatnya pernurunan performa dan mesin jadi boros bahan bakar. Untuk mengembalikan performa mesin perlu dilakukan kalibrasi," tambah Reiner.
Proses kalibrasi biasanya dilakukan dengan proses pembersihan saluran injektor, kemudian pengetesan masing-masing injektor dengan cara penyemprotan semburan solar ke dalam tabung ukur. Proses selanjutnya bakal dilakukan untuk mendapatkan hasil volume semburan injektor yang sesuai.
“Injektor sifatnya life time, tidak ada batasan umur. Namun kalibrasi injeksi seperti ini sebaiknya dilakukan berkala merujuk batasan 20 ribu km sekali. Ada baiknya penggantian komponen filter bensin juga disertakan untuk membantu kinerja injektor" Reine.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)