Jakarta - Puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada bulan Juli dan Agustus mendatang. Cuaca panas membuat suhu permukaan jalan meningkat, yang membuat tekanan angin pada ban mobil juga dapat ikut meningkat. Kondisi ini membuat ban berpotensi mengalami overheating, di mana komponen bisa memuai, bahkan pecah akibat panas berlebihan.
Penyebab terjadinya suhu yang berlebihan atau biasa disebut overheating di ban mobil ini terjadi karena gesekan antara ban dengan permukaan jalan yang panas secara terus menerus. Product Manager dan Regional Sales Hankook Tire Indonesia, Billy Cahyadi, menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap ban memiliki temperature rating dengan kapasitas menahan panas yang berbeda.
"Misalnya, ban dengan temperatur A yaitu grade tertinggi yang dapat menahan panas hingga kecepatan 185KM/jam, sedangkan ban temperatur B mampu menahan panas pada kecepatan 160 km/jam, serta ban temperatur C mampu menahan panas hanya pada kecepatan 135 km/jam. Namun, sebagai pengendara kita tetap perlu melakukan sejumlah antisipasi terhadap musim kemarau, agar ban senantiasa dalam kondisi optimal,” Billy Cahyadi dalam keterangan resminya.
Lalu apa saja yang bisa Anda lakukan untuk merawat kondisi ban saat cuaca panas? Hal pertama adlaah memeriksa kondisi dan tekanan angin di ban. Tekanan angin yang sesuai dapat memberikan daya cengkram maksimal dan kontrol berkendara yang baik, serta mengurangi getaran dan kebisingan dari jalan. Ban yang terlalu kempes dapat mengurangi efisiensi bahan bakar dan meningkatkan risiko pecah ban.
Sementara kelebihan tekanan angin dapat mempercepat keausan dan meningkatkan resiko slip. Hal kedua adalah melakukan rotasi ban secara berkala untuk memastikan pemakaian yang merata di semua roda kendaraan. Rotasi ini membantu memperpanjang umur pakai ban dan mengurangi biaya perawatan jangka panjang.
Idealnya, lakukan rotasi ban setiap enam bulan atau setiap 10.000 km. Ada sejumlah teknik rotasi ban, mulai dari Front Wheel Drive, yaitu mengganti posisi ban depan secara silang, sedangkan teknik Rear Wheel Drive, yaitu ban belakang pindah ke sisi depan secara silang, sementara All Wheel Drive ban depan dan belakang dipindah satu sama lain secara silang.
Ketiga, hindari teknik berkendara yang menyebabkan ban cepat rusak. Pengemudi tidak disarankan melakukan pengereman mendadak dan mengemudi dengan kecepatan tinggi terus menerus dalam waktu lama agar mengurangi risiko overheating yang menyebabkan pecah ban. Disarankan untuk melakukan istirahat (cooling down) secara berkala untuk menurunkan temperatur ban setelah lama bergesekan dengan aspal yang panas.
Waktu yang ideal untuk beristirahat dan memberikan kesempatan ban mobil untuk cooling down adalah minimal selama setengah jam setelah berkendara selama empat jam berturut-turut, sesuai aturan lalu lintas yang berlaku.
Keempat, perhatikan muatan yang dibawa. Setiap kendaraan memiliki batas beban maksimal yang direkomendasikan oleh pabrik. Semakin berat beban yang ditanggung ban, semakin besar gesekan ban pada permukaan jalan yang bersuhu tinggi sehingga meningkatkan risiko pecah ban. Usahakan beban terdistribusi merata di seluruh ban, alih-alih terpusat pada satu sisi saja untuk menjaga keamanan dan kinerja ban agar tetap optimal.
Kelima, hindari 'miss application'. Pastikan ban yang digunakan sesuai dengan fungsinya. Misalnya, ban yang dirancang untuk jalan aspal tidak seharusnya digunakan di jalan non-aspal. Hal ini dapat mengurangi traksi dan meningkatkan risiko ban 'spinning', yang pada akhirnya menyebabkan keausan tidak normal.
Begitu juga dengan ban tipe M/T yang dirancang untuk off-road, jika digunakan di jalan aspal atau beton, akan mengalami keausan abnormal. Penggunaan ban yang tidak sesuai ini dapat mengurangi umur dan performa ban secara signifikan.
"Keausan ban yang tidak merata sering kali menjadi penyebab utama insiden pecah ban, oleh karena itu, penting untuk memilih ban dengan teknologi terbaik. Hankook hadir dengan teknologi VAI (Visual Alignment Indicator) yang memungkinkan pengendara untuk secara mudah mendeteksi keausan tidak merata pada ban mereka. VAI bekerja melalui dua pasang lubang kecil di kedua sisi luar telapak ban, serta membantu memantau masalah keseimbangan ban."
Berikut rekomendasi tekanan angin ban untuk masing-masing jenis kendaraan:
Mobil MPV: (33-36) Psi
Mobil City Car: (30-36) Psi
Mobil Sedan: (30-33) Psi
Mobil SUV: (35-40) Psi
Jakarta - Puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada bulan Juli dan Agustus mendatang. Cuaca panas membuat suhu permukaan jalan meningkat, yang membuat tekanan angin pada
ban mobil juga dapat ikut meningkat. Kondisi ini membuat ban berpotensi mengalami overheating, di mana
komponen bisa memuai, bahkan pecah akibat panas berlebihan.
Penyebab terjadinya suhu yang berlebihan atau biasa disebut overheating di ban mobil ini terjadi karena gesekan antara ban dengan permukaan jalan yang panas secara terus menerus. Product Manager dan Regional Sales Hankook Tire Indonesia, Billy Cahyadi, menjelaskan bahwa pada dasarnya setiap ban memiliki temperature rating dengan kapasitas menahan panas yang berbeda.
"Misalnya, ban dengan temperatur A yaitu grade tertinggi yang dapat menahan panas hingga kecepatan 185KM/jam, sedangkan ban temperatur B mampu menahan panas pada kecepatan 160 km/jam, serta ban temperatur C mampu menahan panas hanya pada kecepatan 135 km/jam. Namun, sebagai pengendara kita tetap perlu melakukan sejumlah antisipasi terhadap musim kemarau, agar ban senantiasa dalam kondisi optimal,” Billy Cahyadi dalam keterangan resminya.
Lalu apa saja yang bisa Anda lakukan untuk merawat kondisi ban saat cuaca panas? Hal pertama adlaah memeriksa kondisi dan tekanan angin di ban. Tekanan angin yang sesuai dapat memberikan daya cengkram maksimal dan kontrol berkendara yang baik, serta mengurangi getaran dan kebisingan dari jalan. Ban yang terlalu kempes dapat mengurangi efisiensi bahan bakar dan meningkatkan risiko pecah ban.
Sementara kelebihan tekanan angin dapat mempercepat keausan dan meningkatkan resiko slip. Hal kedua adalah melakukan rotasi ban secara berkala untuk memastikan pemakaian yang merata di semua roda kendaraan. Rotasi ini membantu memperpanjang umur pakai ban dan mengurangi biaya perawatan jangka panjang.
Idealnya, lakukan rotasi ban setiap enam bulan atau setiap 10.000 km. Ada sejumlah teknik rotasi ban, mulai dari Front Wheel Drive, yaitu mengganti posisi ban depan secara silang, sedangkan teknik Rear Wheel Drive, yaitu ban belakang pindah ke sisi depan secara silang, sementara All Wheel Drive ban depan dan belakang dipindah satu sama lain secara silang.
Ketiga, hindari teknik berkendara yang menyebabkan ban cepat rusak. Pengemudi tidak disarankan melakukan pengereman mendadak dan mengemudi dengan kecepatan tinggi terus menerus dalam waktu lama agar mengurangi risiko overheating yang menyebabkan pecah ban. Disarankan untuk melakukan istirahat (cooling down) secara berkala untuk menurunkan temperatur ban setelah lama bergesekan dengan aspal yang panas.
Waktu yang ideal untuk beristirahat dan memberikan kesempatan ban mobil untuk cooling down adalah minimal selama setengah jam setelah berkendara selama empat jam berturut-turut, sesuai aturan lalu lintas yang berlaku.
Keempat, perhatikan muatan yang dibawa. Setiap kendaraan memiliki batas beban maksimal yang direkomendasikan oleh pabrik. Semakin berat beban yang ditanggung ban, semakin besar gesekan ban pada permukaan jalan yang bersuhu tinggi sehingga meningkatkan risiko pecah ban. Usahakan beban terdistribusi merata di seluruh ban, alih-alih terpusat pada satu sisi saja untuk menjaga keamanan dan kinerja ban agar tetap optimal.
Kelima, hindari 'miss application'. Pastikan ban yang digunakan sesuai dengan fungsinya. Misalnya, ban yang dirancang untuk jalan aspal tidak seharusnya digunakan di jalan non-aspal. Hal ini dapat mengurangi traksi dan meningkatkan risiko ban 'spinning', yang pada akhirnya menyebabkan keausan tidak normal.
Begitu juga dengan ban tipe M/T yang dirancang untuk off-road, jika digunakan di jalan aspal atau beton, akan mengalami keausan abnormal. Penggunaan ban yang tidak sesuai ini dapat mengurangi umur dan performa ban secara signifikan.
"Keausan ban yang tidak merata sering kali menjadi penyebab utama insiden pecah ban, oleh karena itu, penting untuk memilih ban dengan teknologi terbaik. Hankook hadir dengan teknologi VAI (Visual Alignment Indicator) yang memungkinkan pengendara untuk secara mudah mendeteksi keausan tidak merata pada ban mereka. VAI bekerja melalui dua pasang lubang kecil di kedua sisi luar telapak ban, serta membantu memantau masalah keseimbangan ban."
Berikut rekomendasi tekanan angin ban untuk masing-masing jenis kendaraan:
Mobil MPV: (33-36) Psi
Mobil City Car: (30-36) Psi
Mobil Sedan: (30-33) Psi
Mobil SUV: (35-40) Psi
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UDA)