Jakarta: Di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), khususnya yang bersubsidi, membuat masyarakat harus memutar otak agar kendaraannya menjadi irit. Namun, jangan sampai tergoda dengan cairan penghemat BBM karena bisa saja ada efek sampingnya yang berbahaya.
Technical Leader Auto2000 Agus Mustafa, tidak menyarankan kepada pemilik mobil untuk menggunakan cairan penghemat BBM. Menurutnya, cairan aditif tidak diketahui kandungannya dan beresiko bagi mesin mobil.
"Langkah tersebut bisa membuat ujung injektor banyak kerak sehingga mesin akan ngelitik, kehilangan tenaga, brebet, sampai jadi semakin boros (konsumsi BBM). Jadi tidak kami sarankan," kata Agus Minggu (4-9-2022) di Puri Kembangan Jakarta.
Lebih rinci, kondisi tersebut lantaran adanya cairan atau sesuatu material yang tak diketahui pada jalur intake. Ditakutkan zat tersebut itu akan terus menempel pada jalur saringan masuk dan menghambat pasokan bensin ke ruang bakar.
Selain itu lama-kelamaan ujung injektor juga akan memiliki banyak kerak sampai, termasuk kerak di piston yang membuat proses pembakaran terhambat. Akhirnya berbagai komponen tidak optimal atau terganggu kinerjanya.
"Kalau cairan masuk itu kan perbandingan udaranya harus tepat antara injeksi sama udaranya. Begitu udaranya mulai mampet (karena ada kerak) malah akan banyak bahan bakar yang terbuang," ucap dia.
"Jatuhnya mesin akan ngelitik, kehilangan tenaga, brebet, sampai jadi semakin boros. Jadi tidak kami sarankan," tambah Agus.
Agus pun memberi saran bagi para pengendara yang ingin memaksimalkan efisiensi bbm mobilnya. Mulai dari rutin servis berkala, ganti oli mesin secara teratur, dan berkendara dengan teknik eco driving.
Jakarta: Di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), khususnya yang bersubsidi, membuat masyarakat harus memutar otak agar kendaraannya menjadi irit. Namun, jangan sampai tergoda dengan cairan penghemat BBM karena bisa saja ada efek sampingnya yang berbahaya.
Technical Leader Auto2000 Agus Mustafa, tidak menyarankan kepada pemilik mobil untuk menggunakan cairan penghemat BBM. Menurutnya, cairan aditif tidak diketahui kandungannya dan beresiko bagi mesin mobil.
"Langkah tersebut bisa membuat ujung injektor banyak kerak sehingga mesin akan ngelitik, kehilangan tenaga, brebet, sampai jadi semakin boros (konsumsi BBM). Jadi tidak kami sarankan," kata Agus Minggu (4-9-2022) di Puri Kembangan Jakarta.
Lebih rinci, kondisi tersebut lantaran adanya cairan atau sesuatu material yang tak diketahui pada jalur intake. Ditakutkan zat tersebut itu akan terus menempel pada jalur saringan masuk dan menghambat pasokan bensin ke ruang bakar.
Selain itu lama-kelamaan ujung injektor juga akan memiliki banyak kerak sampai, termasuk kerak di piston yang membuat proses pembakaran terhambat. Akhirnya berbagai komponen tidak optimal atau terganggu kinerjanya.
"Kalau cairan masuk itu kan perbandingan udaranya harus tepat antara injeksi sama udaranya. Begitu udaranya mulai mampet (karena ada kerak) malah akan banyak bahan bakar yang terbuang," ucap dia.
"Jatuhnya mesin akan ngelitik, kehilangan tenaga, brebet, sampai jadi semakin boros. Jadi tidak kami sarankan," tambah Agus.
Agus pun memberi saran bagi para pengendara yang ingin memaksimalkan efisiensi bbm mobilnya. Mulai dari rutin servis berkala, ganti oli mesin secara teratur, dan berkendara dengan teknik eco driving.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)