Jakarta: Kendaraan listrik, khususnya sepeda motor listrik, dipercaya perkembangannya akan sangat pesat. Bahkan dipercaya bisa menyamai pencapaian motor konvensional dalam beberapa tahun ke depan.
Ketua Umum Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML), Dannif Danusaputro, menyebutkan keberadaan motor konvensional sudah ada sejak 50 tahun silam. Namun dia memiliki kepercayaan bahwa motor listrik bisa mencapai apa yang sudah dicapai motor konvensional, mulai dari kualitas hingga kepercayaan masyarakat.
"Ekosistem ICE (Internal Combustion Engine) di Indonesia mungkin sudah 50 tahun. Mereka membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai titik sekarang," Dannif di Menteng Jakarta.
"Tetapi saya yakin, untuk EV hanya membutuhkan waktu 5 tahun untuk mencapai apa yang sudah dilakukan ICE selama 50 tahun," lanjutnya.
Baca Juga:
Valvoline Gandeng Aston Martin Riset Pelumas Di F1
Wakil Ketua AEML, Patrick Atmadjaja, mencontohkan di era 70-80'an belum ada industri ban di Indonesia. Namun saat ini sudah banyak industri ban di Indonesia dan bisa dimanfaatkan oleh motor listrik. "Kemudian, kita lihat juga pada sepeda motor listrik listrik kebutuhan sparepart-nya 8-10 kali lebih sedikit daripada ICE. Membuat EV lebih sederhana," lanjut Patrick.
Hanya saja, dengan kelebihan tersebut terdapat tantangan besar dalam proses penciptaan ekosistem kendaraan listrik. Salah satunya, ialah potensi kehadiran industri komponen yang beli-lepas.
"Karena lebih simpel, banyak juga teman-temen yang lebih berorientasi dagang. Mereka impor sparepart, jual putus. Oleh karenanya kita (AEML) dorong supaya mau untuk membangun ekosistem yang berkesinambungan, long term," kata Patrick.
Jakarta: Kendaraan listrik, khususnya sepeda motor listrik, dipercaya perkembangannya akan sangat pesat. Bahkan dipercaya bisa menyamai pencapaian motor konvensional dalam beberapa tahun ke depan.
Ketua Umum Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML), Dannif Danusaputro, menyebutkan keberadaan motor konvensional sudah ada sejak 50 tahun silam. Namun dia memiliki kepercayaan bahwa motor listrik bisa mencapai apa yang sudah dicapai motor konvensional, mulai dari kualitas hingga kepercayaan masyarakat.
"Ekosistem ICE (Internal Combustion Engine) di Indonesia mungkin sudah 50 tahun. Mereka membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai titik sekarang," Dannif di Menteng Jakarta.
"Tetapi saya yakin, untuk EV hanya membutuhkan waktu 5 tahun untuk mencapai apa yang sudah dilakukan ICE selama 50 tahun," lanjutnya.
Baca Juga:
Valvoline Gandeng Aston Martin Riset Pelumas Di F1
Wakil Ketua AEML, Patrick Atmadjaja, mencontohkan di era 70-80'an belum ada industri ban di Indonesia. Namun saat ini sudah banyak industri ban di Indonesia dan bisa dimanfaatkan oleh motor listrik. "Kemudian, kita lihat juga pada sepeda motor listrik listrik kebutuhan sparepart-nya 8-10 kali lebih sedikit daripada ICE. Membuat EV lebih sederhana," lanjut Patrick.
Hanya saja, dengan kelebihan tersebut terdapat tantangan besar dalam proses penciptaan ekosistem kendaraan listrik. Salah satunya, ialah potensi kehadiran industri komponen yang beli-lepas.
"Karena lebih simpel, banyak juga teman-temen yang lebih berorientasi dagang. Mereka impor sparepart, jual putus. Oleh karenanya kita (AEML) dorong supaya mau untuk membangun ekosistem yang berkesinambungan, long term," kata Patrick.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)