medcom.id, Jakarta: Ibukota DKI Jakarta dan sekitarnya memang masih menjadi destinasi terbesar penjualan kendaraan bermotor roda dua di tanah air. Bukan hanya karena sepeda motor punya daya jangkau yang fleksibel, juga karena jadi solusi selap-selip saat kemacetan melanda ibukota.
Ketika Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama menerapkan aturan pembatasan jalur motor, banyak yang curiga keputusan ini punya motif tertentu. Meski Gubernur yang tenar dengan nama Ahok itu berkilah demi mengurangi tingkat kecelakaan, di jalan-jalan protokol ibukota, namun banyak yang beranggapan alasan tersebut tak cerdik.
"Sama sekali enggak cerdas, mengatasnamakan kecelakaan lalu lintas. Padahal kesemrawutan terjadi karena pembangunan jalur khusus untuk Mass Rapid Transportation (MRT). Lagi pula kecelakaan yang terjadi di jalur-jalur yang ditutup buat motor itu juga tidak banyak, dibandingkan dengan kecelakaan di jalur-jalur arteri dan jalur utama ke kota-kota sekitar Jakarta," keluh beberapa orang di situs pertamanan Facebook.
Asumsi lain adalah bahwa di zona-zona yang ditutup tersebut adalah jalur yang terdapat perkantoran penting. Seperti halnya kedutaan besar negara-negara lain, atau kantor pemerintahan pusat. Jika alasannya seperti ini, harusnya Pemda DKI Jakarta jujur saja. Tidak ambil alasan lain seperti kecelakaan lalu lintas.
Tapi kecurigaan yang lain juga cukup besar. Yaitu pengurangan populasi kendaraan bermotor roda dua yang masuk di Jakarta pada jam-jam sibuk kerja. Artinya dengan adanya pembatasan jalur, akan banyak orang mulai berpikir menggunakan transportasi umum ketimbang naik motor. Lantaran naik motor pun, harus tetap parkir jauh dari kantor atau harus naik bus lagi.
Dampaknya, bikers yang berasal dari sekitar Jakarta, takkan membawa kendaraan roda dua lagi untuk bekerja di Jakarta, terkhusus di zona motor dilarang melintas. Melainkan lebih memilih naik angkutan umum seperti kereta, atau bus. Kalau alasannya ini, secara otomatis bisa mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas di jalur-jalur menuju Jakarta. Efeknya tentu baru akan terlihat beberapa bulan ke depan.
medcom.id, Jakarta: Ibukota DKI Jakarta dan sekitarnya memang masih menjadi destinasi terbesar penjualan kendaraan bermotor roda dua di tanah air. Bukan hanya karena sepeda motor punya daya jangkau yang fleksibel, juga karena jadi solusi selap-selip saat kemacetan melanda ibukota.
Ketika Gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahaja Purnama menerapkan aturan pembatasan jalur motor, banyak yang curiga keputusan ini punya motif tertentu. Meski Gubernur yang tenar dengan nama Ahok itu berkilah demi mengurangi tingkat kecelakaan, di jalan-jalan protokol ibukota, namun banyak yang beranggapan alasan tersebut tak cerdik.
"Sama sekali enggak cerdas, mengatasnamakan kecelakaan lalu lintas. Padahal kesemrawutan terjadi karena pembangunan jalur khusus untuk Mass Rapid Transportation (MRT). Lagi pula kecelakaan yang terjadi di jalur-jalur yang ditutup buat motor itu juga tidak banyak, dibandingkan dengan kecelakaan di jalur-jalur arteri dan jalur utama ke kota-kota sekitar Jakarta," keluh beberapa orang di situs pertamanan Facebook.
Asumsi lain adalah bahwa di zona-zona yang ditutup tersebut adalah jalur yang terdapat perkantoran penting. Seperti halnya kedutaan besar negara-negara lain, atau kantor pemerintahan pusat. Jika alasannya seperti ini, harusnya Pemda DKI Jakarta jujur saja. Tidak ambil alasan lain seperti kecelakaan lalu lintas.
Tapi kecurigaan yang lain juga cukup besar. Yaitu pengurangan populasi kendaraan bermotor roda dua yang masuk di Jakarta pada jam-jam sibuk kerja. Artinya dengan adanya pembatasan jalur, akan banyak orang mulai berpikir menggunakan transportasi umum ketimbang naik motor. Lantaran naik motor pun, harus tetap parkir jauh dari kantor atau harus naik bus lagi.
Dampaknya, bikers yang berasal dari sekitar Jakarta, takkan membawa kendaraan roda dua lagi untuk bekerja di Jakarta, terkhusus di zona motor dilarang melintas. Melainkan lebih memilih naik angkutan umum seperti kereta, atau bus. Kalau alasannya ini, secara otomatis bisa mengurangi tingkat kecelakaan lalu lintas di jalur-jalur menuju Jakarta. Efeknya tentu baru akan terlihat beberapa bulan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)