Mataram: Industri kecil dan menengah (IKM) Indonesia terus menunjukkan kontribusinya dalam pengembangan kendaraan listrik, khususnya di sektor alat angkut. Dukungan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terhadap IKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berhasil menciptakan prototipe kendaraan listrik multiguna, seperti Bakso Bike dan Starling Bike, yang dirancang untuk kebutuhan niaga.
Pada kegiatan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan Bangga Berwisata Indonesia (BBWI) 2024 bertajuk Ite Begawe Fest, Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, mengunjungi booth kendaraan listrik niaga karya IKM. Setelah mencoba kendaraan tersebut, ia memberikan apresiasi atas inovasi ini.
“Kendaraan berbasis listrik ini merupakan hasil kegiatan pendampingan Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) kepada pelaku IKM alat angkut di NTB yang kami dorong agar mampu memproduksi kendaraan multiguna berbasis listrik,” ujar Faisol melalui keterangan tertulisnya.
Pendampingan ini melibatkan kolaborasi dengan PT Eran Teknikatama sebagai tenaga ahli dan pemasok komponen utama seperti motor listrik, baterai, dan rangka kendaraan. Dirjen IKMA, Reni Yanita, menjelaskan prototipe yang dikembangkan meliputi dua unit kendaraan niaga.
“Produk yang dikembangkan pada pendampingan ini sebanyak dua unit kendaraan listrik yang berfungsi sebagai kendaraan niaga untuk berjualan,” ungkapnya.
Bakso Bike, yang dirancang untuk menjual makanan seperti bakso, ditawarkan dengan harga Rp20–25 juta, sementara starling Bik yang berfungsi sebagai kendaraan berjualan jajanan ringan, dibanderol Rp10–15 juta. Kedua prototipe ini memiliki kecepatan rata-rata 40 km/jam dan daya tahan baterai yang bervariasi sesuai kebutuhan pasar.
Menurut Reni, pendampingan selama tiga bulan ini melibatkan IKM binaan seperti R-One Rev dan Le-Bui dari Mataram, Mori Taho Bike dari Dompu, Fi-Bike dari Bima, dan NgebUTS dari Sumbawa. Pengembangan meliputi pengadaan spare part hingga tahap finishing yang dilaksanakan di Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB.
“Saat ini, penggunaan kendaraan listrik seperti sepeda roda tiga telah banyak implementasinya pada sektor niaga, mulai dari sebagai kendaraan kurir pengiriman, berjualan kopi keliling hingga sebagai moda transportasi berjualan aneka jajanan makanan dan minuman sehingga kendaraan listrik dapat menjadi salah satu pendorong tumbuhnya berbagai sektor bisnis terkait,” tambah Reni.
Ke depannya, produk ini diharapkan dapat diproduksi secara komersial oleh IKM dan dilengkapi dengan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk masuk ke dalam e-katalog. “Kami juga berharap Pemerintah Provinsi NTB terus mendukung IKM alat angkut di era kendaraan listrik ini,” tutup Reni
Mataram: Industri kecil dan menengah (IKM) Indonesia terus menunjukkan kontribusinya dalam pengembangan kendaraan listrik, khususnya di sektor alat angkut. Dukungan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terhadap IKM di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) berhasil menciptakan prototipe kendaraan listrik multiguna, seperti Bakso Bike dan Starling Bike, yang dirancang untuk kebutuhan niaga.
Pada kegiatan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan Bangga Berwisata Indonesia (BBWI) 2024 bertajuk Ite Begawe Fest, Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, mengunjungi booth kendaraan listrik niaga karya IKM. Setelah mencoba kendaraan tersebut, ia memberikan apresiasi atas inovasi ini.
“Kendaraan berbasis listrik ini merupakan hasil kegiatan pendampingan Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) kepada pelaku IKM alat angkut di NTB yang kami dorong agar mampu memproduksi kendaraan multiguna berbasis listrik,” ujar Faisol melalui keterangan tertulisnya.
Pendampingan ini melibatkan kolaborasi dengan PT Eran Teknikatama sebagai tenaga ahli dan pemasok komponen utama seperti motor listrik, baterai, dan rangka kendaraan. Dirjen IKMA, Reni Yanita, menjelaskan prototipe yang dikembangkan meliputi dua unit kendaraan niaga.
“Produk yang dikembangkan pada pendampingan ini sebanyak dua unit kendaraan listrik yang berfungsi sebagai kendaraan niaga untuk berjualan,” ungkapnya.
Bakso Bike, yang dirancang untuk menjual makanan seperti bakso, ditawarkan dengan harga Rp20–25 juta, sementara starling Bik yang berfungsi sebagai kendaraan berjualan jajanan ringan, dibanderol Rp10–15 juta. Kedua prototipe ini memiliki kecepatan rata-rata 40 km/jam dan daya tahan baterai yang bervariasi sesuai kebutuhan pasar.
Menurut Reni, pendampingan selama tiga bulan ini melibatkan IKM binaan seperti R-One Rev dan Le-Bui dari Mataram, Mori Taho Bike dari Dompu, Fi-Bike dari Bima, dan NgebUTS dari Sumbawa. Pengembangan meliputi pengadaan spare part hingga tahap finishing yang dilaksanakan di Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB.
“Saat ini, penggunaan kendaraan listrik seperti sepeda roda tiga telah banyak implementasinya pada sektor niaga, mulai dari sebagai kendaraan kurir pengiriman, berjualan kopi keliling hingga sebagai moda transportasi berjualan aneka jajanan makanan dan minuman sehingga kendaraan listrik dapat menjadi salah satu pendorong tumbuhnya berbagai sektor bisnis terkait,” tambah Reni.
Ke depannya, produk ini diharapkan dapat diproduksi secara komersial oleh IKM dan dilengkapi dengan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk masuk ke dalam e-katalog. “Kami juga berharap Pemerintah Provinsi NTB terus mendukung IKM alat angkut di era kendaraan listrik ini,” tutup Reni
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)