Sejarah komunitas penunggang Harley-Davidson berawal dari kelompok veteran perang AS, yang bosan kehidupan normal dan ingin kembali bertualang. Mirror
Sejarah komunitas penunggang Harley-Davidson berawal dari kelompok veteran perang AS, yang bosan kehidupan normal dan ingin kembali bertualang. Mirror

Sejarah Otomotif

Harley-Davidson, Legenda Si Lambang Gengsi

Coki Lubis • 18 Februari 2016 10:14
medcom.id, Jakarta: Gahar dan macho, boleh jadi kalimat ini yang muncul saat motor besar Harley-Davidson melintas. Ada pula yang sinis mencibirnya dengan cap sombong, 'makan' jalur orang, bising dan mau menang sendiri.
 
Ya, dari komentar yang muncul saja sudah menegaskan bahwa motor besar (Moge), khususnya Harley-Davidson, bukan tunggangan biasa. Kehadirannya bisa sangat 'berpengaruh' di jalan raya.
 
Penunggang kuda besi made in USA ini identik dengan pria bertubuh besar, bertato, dibalut jaket kulit, sepatu boot 'jenggel', minuman keras, kepala botak ataupun gondrong. Khas dan mudah dikenali. Ya, karena sejarah komunitas penunggang HD itu berawal dari kelompok veteran perang AS, yang bosan kehidupan normal dan ingin kembali bertualang.

Di era Perang Dunia II, penerus William Harley dan Arthur Davidson mendapat order memasok motor untuk keperluan militer Amerika.  Usai perang, ribuan unit Harley-Davidson, baik produksi sesudah perang maupun model lama, berpindah ke rumah para veteran, cikal bakal penggemar fanatik Harley-Davidson.
 
Masalahnya para veteran perang tersebut bukanlah kalangan berpunya, sehingga sangat jarang yang membeli motor baru. Dampaknya adalah motor-motor produksi baru Harley-Davidson menumpuk di gudang.
 
Di dalam perjalanannya Harley-Davidson mengubah target pasarnya. Tetap dengan resep mesin dan teknologi sederhana, konsumen baru yang dituju adalah segmen premium, berdaya beli tinggi. Kalangan kebal krisis moneter.  
Jurus baru ini sukses, bukan hanya di tanah Amerika Serikat tapi juga seluruh dunia. Justru harga mahalnya itu yang membuat Harley-Davidson semakin eksklusif dan prestisenya semakin tinggi. Ya, ingini bermotor besar menjadi hobi baru kaum berpunya.
 
Sedemikian tinggi prestisnya, orang yang tak memiliki Harley-Davidson bisa ikut  berbangga meski sekedar mengenakan atributnya. Mulai dari kaos, jaket, bandana bahkan sekedar stiker. Termasuk yang palsu sekali pun. Mereka ingin 'dikira' punya Harley Davidson. Tampil gagah dengan lambang gengsi ini.
 
Lepas dari kabar terkini soal mundurnya Mabua sebagai agen tunggal penjualan motor Harley-Davidson di Indonesia, kisah motor legendaris ini memang menarik untuk diperbincangkan. Sejarah, gaya hidup hingga fenomena sosial yang mengiringinya, kerap kita temui saat berseluncur di dunia maya dengan kata kunci Harley-Davidson.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan