Milwaukee: Harley-Davidson dilaporkan menjadi korban peretasan oleh kelompok siber yang dikenal sebagai 888, dengan dugaan kebocoran data lebih dari 66.000 orang pelanggan selama liburan Natal. Berdasarkan laporan RedHotCyber (RHC), data yang dicuri mencakup informasi pelanggan yang kemungkinan besar berasal dari infrastruktur TI Harley-Davidson atau vendor pihak ketiga mereka.
Kelompok 888, yang diduga bertanggung jawab atas serangan ini, memiliki rekam jejak dalam sejumlah pelanggaran data besar, dikutip dari Visordown. Pada September 2024, kelompok ini dikaitkan dengan peretasan Oracle yang mengungkap informasi pribadi dan profesional lebih dari 4.000 karyawan. Mereka juga pernah meretas data kontak 33.000 karyawan dan mantan karyawan Accenture, sebuah perusahaan IT terkemuka.
Namun, peretasan terhadap Harley-Davidson dinilai lebih signifikan dibanding kasus sebelumnya. Kali ini, data pelanggan yang menjadi target, bukan data karyawan.
Selain itu, jumlah data yang diduga dicuri jauh lebih besar. Meski belum ada konfirmasi resmi perusahaan terkait insiden ini, RHC menyebut data yang bocor dapat mencakup nama, alamat, informasi sepeda motor, hingga produk yang dibeli pelanggan.
Jika data keuangan pelanggan juga terkena dampak, ini bisa menjadi ancaman serius. Harley-Davidson, yang juga menyediakan layanan keuangan di bawah naungannya, mungkin menghadapi dampak hukum dan finansial jika terbukti melanggar aturan perlindungan data.
Perlu dicatat, hingga saat ini, Harley-Davidson belum mengonfirmasi adanya peretasan ini. Informasi dari RHC hanya sebatas dugaan, dan perlu diverifikasi lebih lanjut.
Meskipun demikian, kabar ini menggarisbawahi pentingnya perlindungan data bagi perusahaan besar yang mengelola informasi sensitif pelanggan.
Milwaukee: Harley-Davidson dilaporkan menjadi korban peretasan oleh kelompok siber yang dikenal sebagai 888, dengan dugaan kebocoran data lebih dari 66.000 orang pelanggan selama liburan Natal. Berdasarkan laporan
RedHotCyber (RHC), data yang dicuri mencakup informasi pelanggan yang kemungkinan besar berasal dari infrastruktur TI Harley-Davidson atau vendor pihak ketiga mereka.
Kelompok 888, yang diduga bertanggung jawab atas serangan ini, memiliki rekam jejak dalam sejumlah pelanggaran data besar, dikutip dari Visordown. Pada September 2024, kelompok ini dikaitkan dengan peretasan Oracle yang mengungkap informasi pribadi dan profesional lebih dari 4.000 karyawan. Mereka juga pernah meretas data kontak 33.000 karyawan dan mantan karyawan Accenture, sebuah perusahaan IT terkemuka.
Namun, peretasan terhadap Harley-Davidson dinilai lebih signifikan dibanding kasus sebelumnya. Kali ini, data pelanggan yang menjadi target, bukan data karyawan.
Selain itu, jumlah data yang diduga dicuri jauh lebih besar. Meski belum ada konfirmasi resmi perusahaan terkait insiden ini, RHC menyebut data yang bocor dapat mencakup nama, alamat, informasi sepeda motor, hingga produk yang dibeli pelanggan.
Jika data keuangan pelanggan juga terkena dampak, ini bisa menjadi ancaman serius. Harley-Davidson, yang juga menyediakan layanan keuangan di bawah naungannya, mungkin menghadapi dampak hukum dan finansial jika terbukti melanggar aturan perlindungan data.
Perlu dicatat, hingga saat ini, Harley-Davidson belum mengonfirmasi adanya peretasan ini. Informasi dari RHC hanya sebatas dugaan, dan perlu diverifikasi lebih lanjut.
Meskipun demikian, kabar ini menggarisbawahi pentingnya perlindungan data bagi perusahaan besar yang mengelola informasi sensitif pelanggan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)