Medcom.id: Tak hanya mobil yang dilengkapi dengan kantung udara, sekarang baju balap atau wearpack pun sudah mulai mengaplikasikan teknologi ini. Meski belum semua produsen baju balap mengembangkannya, tapi paling tidak dua pemasok baju balap besar di MotoGP, yaitu Alpinestar dan Dainese sudah melakukannya.
Dilansir dari Rideapart, teknologi airbag ini telah dikembangkan sejak awal 2000-an. Tujuaan penciptaannya adalah sebagai pelindung tubuh pengendara, serta untuk meminimalkan cedera saat terjadi kecelakaan. Baik Alpinestars (Tech-Air) maupun Dainese (D-Air)mengklaim menggunakan sistem operasi airbag independen, yang dikenakan oleh pengendara dan tidak terhubung ke sepeda motor.
Meskipun sistem D-Air dan Tech-Air disebut mengaplikasikan teknologi yang berbeda, namun cara kerja keduanya memiliki sedikit kesamaan. Yaitu setiap sistem dilengkapi dengan rompi airbag yang dipasangkan di bawah jaket atau setelan yang telah dirancang khusus untuk mengakomodasi sistem airbag.
Saat terjadi tabrakan, sistem otomatis akan merespon dalam waktu yang sangat singkat, sehingga bisa melindungi bagian tubuh yang sangat vital, seperti tulang rusuk, pundak, punggung bagian atas dan punggung bagian bawah.
Untuk mendeteksi tabrakan sistem airbag Alpinestar mengaplikasikan teknologi yang disebut built-in accelerometers dan trio of gyroscopes. Sementara Dainese menggunakan unit GPS. Sensor yang dipasangkan secara terus-menerus akan memberi data ke komputer utama, dan berkomunikasi sekitar 1.000 kali per detik. Termasuk mengirimkan informasi untuk mencegah penyebaran airbag yang tidak diperlukan.
GPS di sistem D-Air merupakan elemen penting untuk memberikan informasi ke ECU guna mengetahui kecepatan motor. Jika motor terjatuh di bawah kecepatan 40-60 km per jam, airbag tidak akan mengembang. Sementara Tech-Air menggunkana algorithm instead, bukan unit GPS.
Selain memasok buat kebutuhan balap motor, kini keduanya juga membuat versi jalan raya. Sayangnya saat ini teknologi yang digunakan masih tergolong mahal. Harga yang ditawarkan di pasaran bisa mencapai USD3.000 atau sekitar Rp40 juta. Tertarik!.
Medcom.id: Tak hanya mobil yang dilengkapi dengan kantung udara, sekarang baju balap atau
wearpack pun sudah mulai mengaplikasikan teknologi ini. Meski belum semua produsen baju balap mengembangkannya, tapi paling tidak dua pemasok baju balap besar di MotoGP, yaitu Alpinestar dan Dainese sudah melakukannya.
Dilansir dari Rideapart, teknologi
airbag ini telah dikembangkan sejak awal 2000-an. Tujuaan penciptaannya adalah sebagai pelindung tubuh pengendara, serta untuk meminimalkan cedera saat terjadi kecelakaan. Baik Alpinestars (Tech-Air) maupun Dainese (D-Air)mengklaim menggunakan sistem operasi
airbag independen, yang dikenakan oleh pengendara dan tidak terhubung ke sepeda motor.
Meskipun sistem D-Air dan Tech-Air disebut mengaplikasikan teknologi yang berbeda, namun cara kerja keduanya memiliki sedikit kesamaan. Yaitu setiap sistem dilengkapi dengan rompi
airbag yang dipasangkan di bawah jaket atau setelan yang telah dirancang khusus untuk mengakomodasi sistem
airbag.

Saat terjadi tabrakan, sistem otomatis akan merespon dalam waktu yang sangat singkat, sehingga bisa melindungi bagian tubuh yang sangat vital, seperti tulang rusuk, pundak, punggung bagian atas dan punggung bagian bawah.
Untuk mendeteksi tabrakan sistem
airbag Alpinestar mengaplikasikan teknologi yang disebut
built-in accelerometers dan
trio of gyroscopes. Sementara Dainese menggunakan unit GPS. Sensor yang dipasangkan secara terus-menerus akan memberi data ke komputer utama, dan berkomunikasi sekitar 1.000 kali per detik. Termasuk mengirimkan informasi untuk mencegah penyebaran
airbag yang tidak diperlukan.

GPS di sistem D-Air merupakan elemen penting untuk memberikan informasi ke ECU guna mengetahui kecepatan motor. Jika motor terjatuh di bawah kecepatan 40-60 km per jam, airbag tidak akan mengembang. Sementara Tech-Air menggunkana
algorithm instead, bukan unit GPS.
Selain memasok buat kebutuhan balap motor, kini keduanya juga membuat versi jalan raya. Sayangnya saat ini teknologi yang digunakan masih tergolong mahal. Harga yang ditawarkan di pasaran bisa mencapai USD3.000 atau sekitar Rp40 juta. Tertarik!.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UDA)