Jakarta: Pemerintah sudah menggelontorkan subsidi untuk pembelian motor listrik sebesar Rp7 juta untuk 200 ribu unit di tahun 2023. Sayangnya penyerapannya masih rendah dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) menyebutkan ada pekerjaan rumah yang harus dibereskan.
Ketua Umum Aismoli, Budi Setiyadi, menyebut minimnya jumlah dealer menjadi salah satu penyebab adopsi kendaraan listrik masih rendah meski sudah ada insentif dari pemerintah. Dia menyebutkan sebagai contoh di Kota Jember belum ada dealer motor listrik yang masuk ke dalam skema insentif pemerintah beroperasi di sana.
“Saya tadi pagi dapat telpon dari Jember nanya, saya mau beli motor listrik subsidi, ternyata di Jember belum ada padahal kota besar di Jawa Timur,” kata Budi Setiyadi di Smesco Jakarta.
Dealer-Dealer Masih Terpusat Di Jakarta
Menurut Budi, dengan terbatasnya jumlah dealer membuat adopsi kendaraan listrik menjadi rendah. Dia menilai merek-merek motor listrik yang sudah memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 40 persen sudah membuka dealer dan masih terpusat di Jakarta.
“Dealer yang sudah masuk sekitar 500 dan yang sedang menunggu untuk dilakukan verifikasi sekitar 200. Jadi 700-an dealer sudah ada di seluruh Indonesia tapi populasi terbanyak di Jakarta,” ucapnya.
Penyerapan Motor Listrik Subsidi Masih Rendah
Merujuk situs sisapira,id pada Selasa (28/11/2023) pukul 13.50 WIB, sisa kuota subsidi motor listrik saat ini mencapai 185.326 unit dari total 200.000 unit yang diberikan oleh pemerintah.
Rinciannya, sebanyak 6.544 unit sedang dalam proses pendaftaran, 3.982 unit telah terverifikasi, dan sebanyak 4.148 unit sudah tersalurkan. Sementara itu, dia menilai saat ini regulasi yang diberikan oleh pemerintah pun sudah lengkap sehingga tidak ada kendala dari sisi aturan yang berlaku.
Jakarta: Pemerintah sudah menggelontorkan subsidi untuk pembelian
motor listrik sebesar Rp7 juta untuk 200 ribu unit di tahun 2023. Sayangnya penyerapannya masih rendah dan Asosiasi Industri
Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) menyebutkan ada pekerjaan rumah yang harus dibereskan.
Ketua Umum Aismoli, Budi Setiyadi, menyebut minimnya jumlah dealer menjadi salah satu penyebab adopsi kendaraan listrik masih rendah meski sudah ada insentif dari pemerintah. Dia menyebutkan sebagai contoh di Kota Jember belum ada dealer motor listrik yang masuk ke dalam skema insentif pemerintah beroperasi di sana.
“Saya tadi pagi dapat telpon dari Jember nanya, saya mau beli motor listrik subsidi, ternyata di Jember belum ada padahal kota besar di Jawa Timur,” kata Budi Setiyadi di Smesco Jakarta.
Dealer-Dealer Masih Terpusat Di Jakarta
Menurut Budi, dengan terbatasnya jumlah dealer membuat adopsi kendaraan listrik menjadi rendah. Dia menilai merek-merek motor listrik yang sudah memiliki tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 40 persen sudah membuka dealer dan masih terpusat di Jakarta.
“Dealer yang sudah masuk sekitar 500 dan yang sedang menunggu untuk dilakukan verifikasi sekitar 200. Jadi 700-an dealer sudah ada di seluruh Indonesia tapi populasi terbanyak di Jakarta,” ucapnya.
Penyerapan Motor Listrik Subsidi Masih Rendah
Merujuk situs sisapira,id pada Selasa (28/11/2023) pukul 13.50 WIB, sisa kuota subsidi motor listrik saat ini mencapai 185.326 unit dari total 200.000 unit yang diberikan oleh pemerintah.
Rinciannya, sebanyak 6.544 unit sedang dalam proses pendaftaran, 3.982 unit telah terverifikasi, dan sebanyak 4.148 unit sudah tersalurkan. Sementara itu, dia menilai saat ini regulasi yang diberikan oleh pemerintah pun sudah lengkap sehingga tidak ada kendala dari sisi aturan yang berlaku.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)