medcom.id, Jakarta: PT Ford Motor Indonesia (FMI) memutuskan mundur dari Indonesia pada 25 Januari 2016. Padahal sebelumnya ada program ASEAN Better Plan pada 2011 untuk pembangunan jaringan dealer Ford secara besar-besaran.
Tak pelak ini membuat pemilik dealer merasa dilecehkan. Puncaknya pada 9 September tahun lalu, Ford membuka sembilan dealer baru secara serentak. Bahkan salah satu dealer Ford di Indonesia disebut yang terbesar di Asia Tenggara.
Investasi yang ditanamkan pun tak sedikit, para pemilik 31 dealer yang terdiri dari enam grup merasa ditipu pabrikan Amerika tersebut. Mereka dirugikan dengan keputusan sepihak yang dilakukan FMI.
"Selama ini para dealer telah mengeluarkan investasi sangat besar antara lain untuk pengadaan tanah dan bangunan, showroom serta sarana pendukung lainnya," papar pemilik dealer Ford di Lampung, Bogor dan Surabaya, Irawan Gozali.
Di satu sisi, menjelang mundurnya FMI, pemilik dealer masih dikejar-kejar untuk penuhi target pembukaan dealer baru. "Sampai Desember saya masih ditanya kapan, bahkan tanah tidak boleh sewa. Setelah IMB turun, tanah dibeli mereka mundur," sambung pemilik 11 dealer Ford PT Kreasi Auto Kencana, Andee Yoestong.
“Hal ini bukan saja mengecewakan, tetapi juga memalukan untuk brand internasional sebesar Ford karena mereka gagal memenuhi komitmen kepada mitra lokal. Karena itu, kami mengajukan ganti rugi dari investasi yang telah dikeluarkan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku," lanjutnya.
Di luar itu, keputusan ini dianggap melecehkan pengusaha Indonesia. "Kami sudah berinvestasi miliaran untuk mendukung distribusi dan layanan Ford di Indonesia. Perilaku investor asing seperti ini sangat melecehkan dan merugikan pengusaha Indonesia,” timpal pemilik dealer Ford Bali, Kenny Kusuma.
FMI secara total terdiri dari 44 dealer, yang tidak satu pun dimiliki langsung oleh Ford. Sebanyak 31 dealer dalam enam grup bersama-sama melakukan somasi, sedangkan 13 dealer sisanya belum diketahui apa tindakannya atas keputusan mundurnya Ford dari Indonesia.
medcom.id, Jakarta: PT Ford Motor Indonesia (FMI) memutuskan mundur dari Indonesia pada 25 Januari 2016. Padahal sebelumnya ada program ASEAN Better Plan pada 2011 untuk pembangunan jaringan
dealer Ford secara besar-besaran.
Tak pelak ini membuat pemilik dealer merasa dilecehkan. Puncaknya pada 9 September tahun lalu, Ford membuka sembilan
dealer baru secara serentak. Bahkan salah satu
dealer Ford di Indonesia disebut yang terbesar di Asia Tenggara.
Investasi yang ditanamkan pun tak sedikit, para pemilik 31 dealer yang terdiri dari enam grup merasa ditipu pabrikan Amerika tersebut. Mereka dirugikan dengan keputusan sepihak yang dilakukan FMI.
"Selama ini para
dealer telah mengeluarkan investasi sangat besar antara lain untuk pengadaan tanah dan bangunan,
showroom serta sarana pendukung lainnya," papar pemilik
dealer Ford di Lampung, Bogor dan Surabaya, Irawan Gozali.
Di satu sisi, menjelang mundurnya FMI, pemilik
dealer masih dikejar-kejar untuk penuhi target pembukaan
dealer baru. "Sampai Desember saya masih ditanya kapan, bahkan tanah tidak boleh sewa. Setelah IMB turun, tanah dibeli mereka mundur," sambung pemilik 11 dealer Ford PT Kreasi Auto Kencana, Andee Yoestong.
“Hal ini bukan saja mengecewakan, tetapi juga memalukan untuk
brand internasional sebesar Ford karena mereka gagal memenuhi komitmen kepada mitra lokal. Karena itu, kami mengajukan ganti rugi dari investasi yang telah dikeluarkan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku," lanjutnya.
Di luar itu, keputusan ini dianggap melecehkan pengusaha Indonesia. "Kami sudah berinvestasi miliaran untuk mendukung distribusi dan layanan Ford di Indonesia. Perilaku investor asing seperti ini sangat melecehkan dan merugikan pengusaha Indonesia,” timpal pemilik
dealer Ford Bali, Kenny Kusuma.
FMI secara total terdiri dari 44 dealer, yang tidak satu pun dimiliki langsung oleh Ford. Sebanyak 31 dealer dalam enam grup bersama-sama melakukan somasi, sedangkan 13
dealer sisanya belum diketahui apa tindakannya atas keputusan mundurnya Ford dari Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)