Inovasi riset kendaraan listrik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus bekerja menuju level 4 kendaraan otonom. BRIN
Inovasi riset kendaraan listrik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus bekerja menuju level 4 kendaraan otonom. BRIN

Teknologi Otomotif

Hebat, Indonesia Kembangkan Mobil Listrik Otonom Level 4

Ekawan Raharja • 14 April 2023 16:22
Bandung: Inovasi riset kendaraan listrik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus bekerja menuju level 4 kendaraan otonom. Pada level 4 ini, nantinya sistem sudah bisa melakukan semua kegiatan berkendara, di mana pengemudi dapat mengabaikan perjalanan dan melakukan kegiatan lain.
 
Salah satu tantangan mewujudkannya terletak pada sistem pengereman yang mumpuni. Sistem yang tidak hanya akurat dan aman, tetapi juga nyaman bagi pengendara di dalamnya.
 
Kepala Pusat Riset Mekatronika Cerdas (PRMC) BRIN, Yanuandri Putrasari, menganalogikan sistem pengereman kendaraan listrik layaknya mekanisme pada tubuh manusia. Mata akan mengirimkan sinyal kepada otak tentang kondisi di depan ketika kita berjalan atau berlari.

Entah kondisi jalanan yang sepi atau justru memiliki halangan. Otak lalu memberikan perintah kepada tubuh untuk menghindari atau dalam hal ini berhenti. Namun dalam praktiknya, implementasi tersebut jauh lebih kompleks. "Nggak semudah yang dipikirkan," tutur Yanu dikutip dari situs resmi BRIN.
 
Baca Juga:
Mau Mudik Via Tol? Kenali Dulu Jenis-Jenis Rest Area

 
Dia lalu berusaha menjelaskan kamera layaknya mata yang bertugas mendeteksi dan memberikan input data kepada CPU yang menjadi otak kendaraan. CPU yang sudah dilengkapi sensor nantinya akan mengirimkan perintah kepada aktuator untuk secara otomatis melakukan pengereman. "Aktuator tadi pompa hidrolik di bagian rem bekerja," terangnya.
 
Pada prototipe kendaraan listrik sebelumnya, Micro Electric Autonomous Vehicle (MEVi) sesungguhnya tim sudah membenamkan pengereman otomatis. Namun sistemnya masih secara on/off sehingga mobil yang tengah bergerak akan sekonyong-konyong berhenti. "Bayangkan ketika kecepatan tinggi, mobil berhenti begitu saja," ungkapnya.
 
Perlu ada penyesuaian jarak antara kendaraan listrik dengan benda atau rintangan yang ada di depannya. Kecepatan dikurangi perlahan sehingga pengemudi nyaman. Karena itulah, tim riset sedang berupaya mendesain dari awal sistem pengereman darurat.
 
Sistem tersebut akan diimplementasikan pada platform kendaraan listrik baru yang spesifikasi teknisnya didesain sedemikian rupa. Misalnya, seukuran kendaraan penumpang kecil dua penumpang hingga minibus yang dapat menggunakan perangkat otomotif standar.
 
Baca Juga:
Raize Space Terdeteksi di Laman DJKI, Varian Baru Toyota Raize kah?

 
"Teman-teman USB ini akan memberikan supporting SDM baik dari mahasiswa maupun dosen akan terlibat dalam penelitian tersebut," tegasnya.
 
Yanu percaya, teknologi kendaraan listrik level 4 yang menjadi target tahun ini akan terwujud. Tantangan lainnya, bagaimana implementasi mobil listrik otonom ini ke depannya.
 
Menilik kedisiplinan berkendara masyarakat luar negeri seperti Jepang misalnya, para peneliti perlu memperkuat basis input-nya berdasarkan keseharian ketertiban berkendara di Indonesia. "Kita kadang ada yang zigzag di tengah jalan," selorohnya.
 
Kendati demikian, dia berharap kendaraan otonom kelak justu bisa menjadi sumber pelajaran bagi para pengguna agar lebih tertib berkendara.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan