Keputusan mundur Ford dari Indonesia membuat dealer meradang. Bloomberg
Keputusan mundur Ford dari Indonesia membuat dealer meradang. Bloomberg

Dealer Ford: Kami Mati Perlahan

Ainto Harry Budiawan • 28 Juni 2016 11:00
medcom.id, Jakarta: Meski PT Ford Motor Indonesia (FMI) sudah menyatakan mundur dari dari Indonesia, para dealer tetap melayani konsumen. Sayangnya kejelasan dukungan pabrikan asal Amerika itu untuk pasokan suku cadang tidak kunjung ada kejelasan.
 
"Mereka tidak berikan kejelasan aftersales dan part, sampai unit. Jualan saja sudah susah," buka President Director PT Kreasi Auto Kencana, pemilik 11 dealer Ford, Andee Y. Yoestong.
 
Di luar itu para dealer yang seluruhnya milik mitra kerja FMI, sudah berinvestasi besar. "Karyawan, gedung sampai unit yang sudah kita beli. Kalau kami tutup juga, konsumen pasti teriak. Kami dibiarkan mati perlahan-lahan," lajutnya di kawasan SCBD, Jakarta (27/6/2016).

Penjualan Drop
 
Sejak awak masuk 2011 silam sampai 2014 penjualan mobil Ford selalu di atas 10 ribu unit tiap tahunnya. 31 dealer yang menuntut atas mundurnya FMI, berkontribusi lebih dari 80 persen total penjualan.
 
Namun sejak 2015 penjualannya drop jadi 6.000-an unit saja. Ini bukan karena permintaan konsumen yang turun, tapi karena pasokan yang sedikit dari FMI, yang mendatangkan unit dari Thailand.
 
"Alasannya waktu itu demand di Indonesia tidak besar jadi pasokan dialihkan dulu. Padahal permintaan konsumen tetap tinggi, apalagi ada model baru (Everest dan Ranger)," sambung Andree.
 
Setelah pengumuman mundurnya FMI, konsumen yang telah memesan unit pun membatalkan pesanannya.  "Ya otomatis kita kembalikan uangnya. Tapi kita beli dari Ford harus cash dan hutang di bank, bunga bank jalan terus," katanya lagi.
 
Setelah FMI mundur, bukan berarti penjualan berhenti total. Masih ada konsumen yang membeli unit meski jumlahnya tidak banyak, hanya puluhan tiap bulannya. Dealer pun hanya memiliki sisa unit karena tidak bisa mendapatkan unit tahun baru.
 
31 dealer Ford menuntut ganti rugi sebesar Rp1 triliun, untuk mengganti total kerugian yang dialami. Ini untuk menutup kerugian stok, gedung dan invetasi yang telah dikeluarkan.
 
"Setidaknya mereka membeli kembali unit yang sudah kami beli, sesuai dengan harga yang kami bayarkan. Untuk diskon menghabiskan stok tidak ada, karena selama ini diskon kita ikuti program dari FMI," tutupnya.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan