medcom.id, Jakarta: Mercedes-Benz Indonesia buka mulut soal teknologi autonomous yang kini tengah ramai diperbincangkan di dunia otomotif. Saat ini memang ada banyak produsen otomotif besar yang sedang mengembangkan teknologi autonomous dan salah satunya adalah Mercedes-Benz.
Menurut Director Sales & Marketing Passenger Car Mercedes-Benz Indonesia Stephan Moebius, autonomous itu ibaratnya pengemudi ingin makan junk food. Atau dari hasil makanannya sendiri. Kalau junk food, tidak perlu repot memasak. Tapi kalau masak sendiri harus repot siapkan bahannya, alat masaknya dan kompor.
“Sama seperti autonomous, kalau tidak ingin capek mengemudi, serahkan kepada sistem komputasi yang ada di mobil. Tapi dengan mengemudi sendiri, harus siap dengan risiko lelah atau menggunakan insting untuk bisa menebak jalur yang tidak terkena kemacetan,” kata Moebius kepada Metrotvnews.com di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Moebiues menambahkan untuk produk-produk Mercedes-Benz sebenarnya sangat cocok untuk dikemudikan lantaran menawarkan fitur fun to drive. Tapi tidak nyaman jika dipakai, misalnya di Jakarta yang volume kendaraannya sangat tinggi.
“Tapi autonomous sebenarnya adalah pilihan. Kalau memang ingin merasakan pengalaman mengemudi, berarti tidak bisa menyerahkan kontrol ke sistem komputasi mobil. Itu saja,” imbuhnya.
Tentang kemungkinan untuk menggunakan mobil autonomous, belum ada konfirmasi yang dilakukan oleh manufaktur untuk segera meluncurkan mobil dengan sistem tersebut. Kita lihat saja nanti!
medcom.id, Jakarta: Mercedes-Benz Indonesia buka mulut soal teknologi autonomous yang kini tengah ramai diperbincangkan di dunia otomotif. Saat ini memang ada banyak produsen otomotif besar yang sedang mengembangkan teknologi autonomous dan salah satunya adalah Mercedes-Benz.
Menurut
Director Sales & Marketing Passenger Car Mercedes-Benz Indonesia Stephan Moebius, autonomous itu ibaratnya pengemudi ingin makan
junk food. Atau dari hasil makanannya sendiri. Kalau junk food, tidak perlu repot memasak. Tapi kalau masak sendiri harus repot siapkan bahannya, alat masaknya dan kompor.
“Sama seperti autonomous, kalau tidak ingin capek mengemudi, serahkan kepada sistem komputasi yang ada di mobil. Tapi dengan mengemudi sendiri, harus siap dengan risiko lelah atau menggunakan insting untuk bisa menebak jalur yang tidak terkena kemacetan,” kata Moebius kepada
Metrotvnews.com di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Moebiues menambahkan untuk produk-produk Mercedes-Benz sebenarnya sangat cocok untuk dikemudikan lantaran menawarkan fitur fun to drive. Tapi tidak nyaman jika dipakai, misalnya di Jakarta yang volume kendaraannya sangat tinggi.
“Tapi autonomous sebenarnya adalah pilihan. Kalau memang ingin merasakan pengalaman mengemudi, berarti tidak bisa menyerahkan kontrol ke sistem komputasi mobil. Itu saja,” imbuhnya.
Tentang kemungkinan untuk menggunakan mobil autonomous, belum ada konfirmasi yang dilakukan oleh manufaktur untuk segera meluncurkan mobil dengan sistem tersebut. Kita lihat saja nanti!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)