Denpasar: Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali mulai menggarap proyek pengembangan angkutan bus listrik untuk wilayah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan untuk electric bus rapid transit (e-BRT) Sarbagita. Proyek ini dimulai dengan penandatanganan kerja sama oleh Pj Gubernur Bali, Millennium Cherished Account Indonesia II (MCA-I II), dan KIAT Kemitraan Indonesia-Australia.
Pj Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, menyebut angkutan bus listrik ini merupakan salah satu solusi mengatasi kemacetan di Pulau Dewata. Mengingat di tahun depan, Angkasa Pura I memproyeksikan pada tahun 2024 jumlah penumpang yang bergerak di Bandara I Gusti Ngurah Rai mencapai lebih dari 24 juta orang.
“Nanti 2026 akan lebih dari 29,3 juta penumpang, pada kondisi tersebut akan terjadi kemacetan stagnan. Apabila tidak segera ditangani dengan peralihan dari transportasi pribadi ke angkutan publik, ini akan mengganggu perjalanan wisatawan dan masyarakat Bali,” kata Sang Made Mahendra Jaya dikutip dari Antara.
“Berangkat dari permasalahan tersebut, khususnya Bali Selatan, didorong penggunaan kendaraan listrik dalam mendukung pengurangan emisi karbon melalui penggunaan energi bersih dengan bantuan pemerintah pusat dan bantuan negara sahabat salah satunya untuk rencana ini,” sambungnya.
Dengan ini maka pengembangan transportasi publik berbasis listrik dapat dimulai dari proses studi kelayakan (feasibility study), di mana Pemprov Bali mengaku siap mendukung pembentukan ekosistemnya, seperti halte, stasiun pengisian daya, hingga akses bagi pejalan kaki.
“Untuk mendukung kegiatan itu, Pemprov Bali telah menetapkan tim yang terdiri dari berbagai pihak dengan ketuanya Kepala Bappeda, kami menyiapkan kantor kerja kesekretariatan dan memberi dukungan yang diperlukan untuk kelancarannya,” ujar Sang Made.
Ia berharap angkutan bus listrik yang akan beroperasi di area Sarbagita dapat menjadi contoh pelayanan angkutan publik ramah lingkungan yang memicu peralihan kendaraan pribadi ke angkutan umum masyarakat dan wisatawan.
Sementara itu mengenai alur pengembangan proyek infrastruktur transportasi ini, Direktur Eksekutif Millennium Challenge Account Indonesia II (MCA-I II), Maurin Sitorus, menjabarkan tahapannya. “Studi kelayakan akan dilaksanakan sekitar 1 tahun, tapi kalau bisa lebih cepat lebih baik. Dan untuk membuat studi ini lebih baik akan berkolaborasi dengan kemitraan Australia, bekerja di bawah arahan Bappenas,” tuturnya.
Selanjutnya, ketika hasil dari studi kelayakan seluruh komponen memenuhi syarat untuk dikembangkan bus listrik, maka MCA-I II bersedia membiayai.
Maurin melanjutkan, ketika proses ini berakhir Maret-Juni 2024 maka tim hanya memiliki waktu 5 tahun sehingga pada 2029 ditargetkan angkutan bus listrik siap dioperasikan.
Denpasar: Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali mulai menggarap proyek pengembangan angkutan bus listrik untuk wilayah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan untuk electric bus rapid transit (e-BRT) Sarbagita. Proyek ini dimulai dengan penandatanganan kerja sama oleh Pj Gubernur Bali, Millennium Cherished Account Indonesia II (MCA-I II), dan KIAT Kemitraan Indonesia-Australia.
Pj Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, menyebut angkutan bus listrik ini merupakan salah satu solusi mengatasi kemacetan di Pulau Dewata. Mengingat di tahun depan, Angkasa Pura I memproyeksikan pada tahun 2024 jumlah penumpang yang bergerak di Bandara I Gusti Ngurah Rai mencapai lebih dari 24 juta orang.
“Nanti 2026 akan lebih dari 29,3 juta penumpang, pada kondisi tersebut akan terjadi kemacetan stagnan. Apabila tidak segera ditangani dengan peralihan dari transportasi pribadi ke angkutan publik, ini akan mengganggu perjalanan wisatawan dan masyarakat Bali,” kata Sang Made Mahendra Jaya dikutip dari Antara.
“Berangkat dari permasalahan tersebut, khususnya Bali Selatan, didorong penggunaan kendaraan listrik dalam mendukung pengurangan emisi karbon melalui penggunaan energi bersih dengan bantuan pemerintah pusat dan bantuan negara sahabat salah satunya untuk rencana ini,” sambungnya.
Dengan ini maka pengembangan transportasi publik berbasis listrik dapat dimulai dari proses studi kelayakan (feasibility study), di mana Pemprov Bali mengaku siap mendukung pembentukan ekosistemnya, seperti halte, stasiun pengisian daya, hingga akses bagi pejalan kaki.
“Untuk mendukung kegiatan itu, Pemprov Bali telah menetapkan tim yang terdiri dari berbagai pihak dengan ketuanya Kepala Bappeda, kami menyiapkan kantor kerja kesekretariatan dan memberi dukungan yang diperlukan untuk kelancarannya,” ujar Sang Made.
Ia berharap angkutan bus listrik yang akan beroperasi di area Sarbagita dapat menjadi contoh pelayanan angkutan publik ramah lingkungan yang memicu peralihan kendaraan pribadi ke angkutan umum masyarakat dan wisatawan.
Sementara itu mengenai alur pengembangan proyek infrastruktur transportasi ini, Direktur Eksekutif Millennium Challenge Account Indonesia II (MCA-I II), Maurin Sitorus, menjabarkan tahapannya. “Studi kelayakan akan dilaksanakan sekitar 1 tahun, tapi kalau bisa lebih cepat lebih baik. Dan untuk membuat studi ini lebih baik akan berkolaborasi dengan kemitraan Australia, bekerja di bawah arahan Bappenas,” tuturnya.
Selanjutnya, ketika hasil dari studi kelayakan seluruh komponen memenuhi syarat untuk dikembangkan bus listrik, maka MCA-I II bersedia membiayai.
Maurin melanjutkan, ketika proses ini berakhir Maret-Juni 2024 maka tim hanya memiliki waktu 5 tahun sehingga pada 2029 ditargetkan angkutan bus listrik siap dioperasikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UDA)