Jakarta: Jaecoo J7 segera meramaikan pasar otomotif nasional. Berbekal Super Hybrid System (SHS), teknologi ini menawarkan solusi mobilitas dalam dan luar kota secara efisien.
Head of Product Jaecoo Indonesia, Ryan Ferdiean Tirto, menjelaskan teknologi SHS ini pada dasarnya termasuk ke dalam plug-in hybrid (PHEV). Namun sebagai pembeda dengan para insinyur di China memang mengembangkan mesin bakar, motor penggerak, dan transmisi secara bersamaan.
"Berbeda dengan pabrikan lainnya di mana mesin bakar sudah ada kemudian dipasangkan dengan motor listrik. SHS sudah sedari awal memang dikembangkan antara mesin dan motor listriknya menjadi satu kesatuan," ungkap Ryan Ferdiean Tirto di Jakarta.
Salah satu keunggulan yang ditawarkan adalah efisiensi yang ditawarkan begitu tinggi. Selain itu, teknologi ini kemudian bisa dimanfaatkan sebagai hybrid pararel, hybrid seri, dan bahkan full ev sesuai dengan kebutuhan perjalanan.
Dia menyebutkan bahwa untuk efisiensi hybrid pararel antara mesin dan motor listrik yang ditawarkan begitu tinggi. Dia berani mengklaim bahwasanya J6 bisa melaju hingga 1.300 km dengan kondisi tanki bensin penuh 60 liter.
Kemudian untuk mode full EV, jarak tempuh yang ditawarkan bisa mencapai 100 km. Sedangkan berdasarkan perhitungannya untuk aktivitas sehari-hari di dalam kota membutuhkan 50 km.
"Baterai 18,3 Kwh. Jika kita pakai setengahnya (9 Kwh) dengan kata 50km jarak tempu perhari. Kika 9 kwh dikali, misal pembualatan Rp2.000/KwH, maka perhari hanya membutuhkan Rp18.000 per hari. Jadi, efesiensi dapat namun tidak mengurangi performa," ungkap Ryan Ferdiean Tirto.
"Mobil J7 SHS dapat menjadi solusi berkendara di perkotaan yang macet, namun tetap dapat digunakan jarak jauh dengan mendapatkan efisiensi tanpa mengurangi performa," lanjutnya.
Jakarta: Jaecoo J7 segera meramaikan
pasar otomotif nasional. Berbekal
Super Hybrid System (SHS), teknologi ini menawarkan solusi mobilitas dalam dan luar kota secara efisien.
Head of Product Jaecoo Indonesia, Ryan Ferdiean Tirto, menjelaskan teknologi SHS ini pada dasarnya termasuk ke dalam plug-in hybrid (PHEV). Namun sebagai pembeda dengan para insinyur di China memang mengembangkan mesin bakar, motor penggerak, dan transmisi secara bersamaan.
"Berbeda dengan pabrikan lainnya di mana mesin bakar sudah ada kemudian dipasangkan dengan motor listrik. SHS sudah sedari awal memang dikembangkan antara mesin dan motor listriknya menjadi satu kesatuan," ungkap Ryan Ferdiean Tirto di Jakarta.
Salah satu keunggulan yang ditawarkan adalah efisiensi yang ditawarkan begitu tinggi. Selain itu, teknologi ini kemudian bisa dimanfaatkan sebagai hybrid pararel, hybrid seri, dan bahkan full ev sesuai dengan kebutuhan perjalanan.
Dia menyebutkan bahwa untuk efisiensi hybrid pararel antara mesin dan motor listrik yang ditawarkan begitu tinggi. Dia berani mengklaim bahwasanya J6 bisa melaju hingga 1.300 km dengan kondisi tanki bensin penuh 60 liter.
Kemudian untuk mode full EV, jarak tempuh yang ditawarkan bisa mencapai 100 km. Sedangkan berdasarkan perhitungannya untuk aktivitas sehari-hari di dalam kota membutuhkan 50 km.
"Baterai 18,3 Kwh. Jika kita pakai setengahnya (9 Kwh) dengan kata 50km jarak tempu perhari. Kika 9 kwh dikali, misal pembualatan Rp2.000/KwH, maka perhari hanya membutuhkan Rp18.000 per hari. Jadi, efesiensi dapat namun tidak mengurangi performa," ungkap Ryan Ferdiean Tirto.
"Mobil J7 SHS dapat menjadi solusi berkendara di perkotaan yang macet, namun tetap dapat digunakan jarak jauh dengan mendapatkan efisiensi tanpa mengurangi performa," lanjutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)
