Jakarta - Industri kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) tengah mengalami peningkatan yang sangat signifikan di kancah global termasuk di Indonesia. Komponen vital pada EV adalah sumber energinya yakni berasal dari baterai Lithium. Sedangkan salah satu bahan baku utama dari baterai Lithium yang paling umum digunakan adalah Nikel.
Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Artinya harapan tinggi untuk menjadi leading sector pada industri EV, baik di ranah domestik maupun internasional sangat baik. Namun isu soal faktor keamanan dan keselamatan pengguna serta dampaknya terhadap lingkungan juga berkembang jadi momok.
Banyaknya kasus mengindikasikan adanya failure atau ketidaksempurnaan pada sistem keamanan baterai Lithium tentu jadi tantangan yang sangat besar. Apalagi EV yang terbakar sangat sulit dipadamkan. Hal ini disebabkan oleh karakteristik baterai Lithium yang berbeda dengan material lainnya apabila terjadi kebakaran.
Baterai Lithium tidak memerlukan oksigen untuk bisa terbakar. Suhu apinya pun sangat tinggi, biasanya dimulai dari sekitar 1.000°C dan dapat terus meningkat hingga mencapai lebih dari 2.000°C. Dengan demikian, penggunaan pemadam api / APAR (Alat Pemadam Api Ringan) konvensional tidaklah efektif.
Sebab sebagian besar pemadam api / APAR konvensional hanya efektif untuk api dengan suhu maksimal 700°C. Pada baterai Lithium yang terbakar, api akan terus menyala berulang sampai daya di dalam baterai tersebut habis.
APAR Khusus Baterai yang Terbakar
Lalu apa solusi dengan isu besar ini? Seorang ilmuwan, Randall Harto Laksono yang lebih akrab dikenal sebagai Randall Hart pun mendedikasikan hidupnya untuk dunia fire safety dan memutuskan untuk membuka pabrik kimia pemadam api pada tahun 1994 yang dinamai PT. Hartindo Chemicatama Industri. Perusahaan beliau tersebut merupakan satu-satunya manufaktur yang mampu memproduksi kimia pemadam api di Indonesia, maupun seluruh Asia Tenggara.
Randall berhasil menemukan kimia pemadam api pertama di dunia yang efektif memadamkan api dari baterai Lithium dengan tuntas tanpa adanya penyalaan ulang. APAR tersebut bernama Hartindo AF31 Lithium Fire Killer atau yang sekarang terkenal dengan sebutan APAR LFK.
APAR ini berbahan dasar air dengan campuran kimia khusus yang juga telah dipatenkan secara internasional. Hartindo AF31 LFK juga telah memiliki berbagai sertifikasi dari lembaga pengujian internasional. Beberapa contoh sertifikasinya yaktu berasal dari Department of Transportation USA (Kementerian Perhubungan Amerika Serikat), UL Green Guard, Eurofins, SGS dan masih banyak lainnya.
Semua ini dilakukan Randall untuk memastikan bahwa produk yang ditemukannya bukan hanya sekedar efektif untuk memadamkan api dari baterai Lithium. Namun selain itu juga harus aman untuk seluruh aspek kehidupan, mulai dari dampaknya terhadap lingkungan, hewan dan tentunya manusia. Bahkan menggunakan material food grade, sehingga mudah lulus pengujian aquatic test. APAR LFK diklaim aman bila terkena kulit, mata atau bahkan jika tertelan oleh manusia.
“Kita fokus ke fire safety. PT FAST fungsinya tidak hanya di APAR tapi juga mengembangkan ke produk-produk yang lainnya dan berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan lainnya untuk memastikan safety di EV ini. Tapi kami sadar APAR saja tidak cukup. Karena APAR sifatnya kalau ada api, baru kita padamkan," papar Chief Executive Officer PT FAST Willy Hadiwidjaja di sesi diskusi bersama stakeholder terkait pada Rabu 27 November 2024.
LFK juga memiliki nilai TKDN (Total Komponen Dalam Negeri) yang tergolong tinggi yaitu di 49,41%. Saat ini PT. Famindo Alfa Spektrum Teknologi (PT. FAST) adalah perusahaan yang ditunjuk secara resmi untuk melakukan pemasaran dan penjualan secara tunggal ke seluruh wilayah Indonesia. PT. FAST mengusung 3 konsep utama dalam menjalankan fokus bisnis pada fire safety solutions yaitu 3P: Predictive, Preventive & Protective.
Predictive artinya mampu memprediksi anomali-anomali yang terjadi pada baterai EV. BMS pada EV secara umum tidak memiliki kemampuan untuk membaca anomali dan memberikan peringatan dini sebelum baterai terbakar. Preventive artinya mampu menjadi solusi awal ketika baterai menyala api / terbakar, menghindari resiko yang lebih besar setelahnya. Dan Protective artinya menjadi solusi terakhir ketika api dari baterai sudah menyala dan ada manusia di sekitar lokasi kejadian untuk bisa menembakkan APAR khusus untuk baterai Lithium.
Jakarta - Industri kendaraan listrik atau
Electric Vehicle (EV) tengah mengalami peningkatan yang sangat signifikan di kancah global termasuk di Indonesia. Komponen vital pada EV adalah sumber energinya yakni berasal dari
baterai Lithium. Sedangkan salah satu bahan baku utama dari baterai Lithium yang paling umum digunakan adalah Nikel.
Indonesia merupakan negara yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Artinya harapan tinggi untuk menjadi leading sector pada industri EV, baik di ranah domestik maupun internasional sangat baik. Namun isu soal faktor keamanan dan keselamatan pengguna serta dampaknya terhadap lingkungan juga berkembang jadi momok.
Banyaknya kasus mengindikasikan adanya failure atau ketidaksempurnaan pada sistem keamanan baterai Lithium tentu jadi tantangan yang sangat besar. Apalagi EV yang terbakar sangat sulit dipadamkan. Hal ini disebabkan oleh karakteristik baterai Lithium yang berbeda dengan material lainnya apabila terjadi kebakaran.
Baterai Lithium tidak memerlukan oksigen untuk bisa terbakar. Suhu apinya pun sangat tinggi, biasanya dimulai dari sekitar 1.000°C dan dapat terus meningkat hingga mencapai lebih dari 2.000°C. Dengan demikian, penggunaan pemadam api / APAR (Alat Pemadam Api Ringan) konvensional tidaklah efektif.
Sebab sebagian besar pemadam api / APAR konvensional hanya efektif untuk api dengan suhu maksimal 700°C. Pada baterai Lithium yang terbakar, api akan terus menyala berulang sampai daya di dalam baterai tersebut habis.
APAR Khusus Baterai yang Terbakar
Lalu apa solusi dengan isu besar ini? Seorang ilmuwan, Randall Harto Laksono yang lebih akrab dikenal sebagai Randall Hart pun mendedikasikan hidupnya untuk dunia fire safety dan memutuskan untuk membuka pabrik kimia pemadam api pada tahun 1994 yang dinamai PT. Hartindo Chemicatama Industri. Perusahaan beliau tersebut merupakan satu-satunya manufaktur yang mampu memproduksi kimia pemadam api di Indonesia, maupun seluruh Asia Tenggara.
Randall berhasil menemukan kimia pemadam api pertama di dunia yang efektif memadamkan api dari baterai Lithium dengan tuntas tanpa adanya penyalaan ulang. APAR tersebut bernama Hartindo AF31 Lithium Fire Killer atau yang sekarang terkenal dengan sebutan APAR LFK.
APAR ini berbahan dasar air dengan campuran kimia khusus yang juga telah dipatenkan secara internasional. Hartindo AF31 LFK juga telah memiliki berbagai sertifikasi dari lembaga pengujian internasional. Beberapa contoh sertifikasinya yaktu berasal dari Department of Transportation USA (Kementerian Perhubungan Amerika Serikat), UL Green Guard, Eurofins, SGS dan masih banyak lainnya.
Semua ini dilakukan Randall untuk memastikan bahwa produk yang ditemukannya bukan hanya sekedar efektif untuk memadamkan api dari baterai Lithium. Namun selain itu juga harus aman untuk seluruh aspek kehidupan, mulai dari dampaknya terhadap lingkungan, hewan dan tentunya manusia. Bahkan menggunakan material food grade, sehingga mudah lulus pengujian aquatic test. APAR LFK diklaim aman bila terkena kulit, mata atau bahkan jika tertelan oleh manusia.
“Kita fokus ke fire safety. PT FAST fungsinya tidak hanya di APAR tapi juga mengembangkan ke produk-produk yang lainnya dan berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan lainnya untuk memastikan safety di EV ini. Tapi kami sadar APAR saja tidak cukup. Karena APAR sifatnya kalau ada api, baru kita padamkan," papar Chief Executive Officer PT FAST Willy Hadiwidjaja di sesi diskusi bersama stakeholder terkait pada Rabu 27 November 2024.
LFK juga memiliki nilai TKDN (Total Komponen Dalam Negeri) yang tergolong tinggi yaitu di 49,41%. Saat ini PT. Famindo Alfa Spektrum Teknologi (PT. FAST) adalah perusahaan yang ditunjuk secara resmi untuk melakukan pemasaran dan penjualan secara tunggal ke seluruh wilayah Indonesia. PT. FAST mengusung 3 konsep utama dalam menjalankan fokus bisnis pada fire safety solutions yaitu 3P: Predictive, Preventive & Protective.
Predictive artinya mampu memprediksi anomali-anomali yang terjadi pada baterai EV. BMS pada EV secara umum tidak memiliki kemampuan untuk membaca anomali dan memberikan peringatan dini sebelum baterai terbakar. Preventive artinya mampu menjadi solusi awal ketika baterai menyala api / terbakar, menghindari resiko yang lebih besar setelahnya. Dan Protective artinya menjadi solusi terakhir ketika api dari baterai sudah menyala dan ada manusia di sekitar lokasi kejadian untuk bisa menembakkan APAR khusus untuk baterai Lithium.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)