Jakarta: Daimler berencana untuk memboyong bus listrik ke Indonesia. Namun hingga saat ini, pihak Daimler Indonesia masih menggodok dan mempelajari banyak hal sebelum meluncurkan bus listrik.
Presiden Direktur PT Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI), Naeem Hassim menegaskan rencana memboyong bus nol emisi ke tanah air tidak berubah. Hanya saja kapan waktunya belum bisa dipastikan.
"Ya, sebelumnya (tahun lalu) saya katakan (akan datang) pada kuartal pertama atau kedua. Rencana itu masih belum berubah. Kami terus melihat perkembangan di dalam prosesnya. Tentu saja sekarang ada tantangan di seluruh dunia terkait suplai baterai kendaraan (komersial) listrik," ujar Naeem beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, pihaknya tidak akan mendatangkan bus listrik dalam bentuk utuh (Completely Built Up/CBU) karena ingin melibatkan karoseri lokal.
"Kami ingin bodinya dikerjakan oleh para karoseri di sini. Kami tidak ingin membawa unit dengan bodi yang sudah jadi (utuh). Itulah tujuan kami yaitu memberikan kesempatan bagi karoseri lokal untuk membuat bodi bagi bus listrik kami," lanjut Naeem.
Tantangan bus listrik di Indonesia
Sementara itu, Head of Product Management, Homologation & Marketing Bus and Truck PT DCVI, Faustina membeberkan sederet tantangan dalam menghadirkan bus listrik di Indonesia. Salah satu tantangan terbesar adalah terkait baterai.
"Yang harus diperhatikan contohnya adalah baterai. Satu pak baterai itu bisa untuk jarak tempuh berapa? Apalagi kita ini negara tropis, AC harus dinyalakan. Jadi konsumsi baterai harus diperhatikan," ucap Faustina.
Menurut Faustina hitung-hitungan baterai juga tidak lepas dari bodi (bus). "Itu semua jadi satu kesatuan waktu bikin bodi. Weight distribution-nya juga harus diperhatikan. Lalu, di beberapa tender juga diminta tingkat kedinginan tidak boleh kurang dari beberapa derajat. Itu kan diatur oleh baterai. Ini yang benar-benar kami harus kerja sama dengan karoseri," lanjutnya.
Tantangan lain menghadirkan bus listrik adalah nilai investasi yang lebih tinggi. Faktanya operator transportasi juga tidak ingin daya tampung/kapasitas berkurang.
"Jadi, dari segi ekonomisnya harus lebih diperhatikan. Itu kenapa Pak Naaem bilang karoseri sangat vital, krusial karena dari mereka kami belajar penjajakan dari awal hingga akhir."
"Kalau salah bodi kan kami nggak mungkin minta mereka bongkar lagi. (Jadi harus dipastikan) berapa pak baterai yang harus dipasang. Bobotnya juga kan sangat berat. Ini yang sedikit lebih kompleks daripada kendaraan berbahan bakar diesel," pungkasnya.
Jakarta:
Daimler berencana untuk memboyong
bus listrik ke Indonesia. Namun hingga saat ini, pihak Daimler Indonesia masih menggodok dan mempelajari banyak hal sebelum meluncurkan bus listrik.
Presiden Direktur PT Daimler Commercial Vehicles Indonesia (DCVI), Naeem Hassim menegaskan rencana memboyong bus nol emisi ke tanah air tidak berubah. Hanya saja kapan waktunya belum bisa dipastikan.
"Ya, sebelumnya (tahun lalu) saya katakan (akan datang) pada kuartal pertama atau kedua. Rencana itu masih belum berubah. Kami terus melihat perkembangan di dalam prosesnya. Tentu saja sekarang ada tantangan di seluruh dunia terkait suplai baterai kendaraan (komersial) listrik," ujar Naeem beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, pihaknya tidak akan mendatangkan bus listrik dalam bentuk utuh (Completely Built Up/CBU) karena ingin melibatkan karoseri lokal.
"Kami ingin bodinya dikerjakan oleh para karoseri di sini. Kami tidak ingin membawa unit dengan bodi yang sudah jadi (utuh). Itulah tujuan kami yaitu memberikan kesempatan bagi karoseri lokal untuk membuat bodi bagi bus listrik kami," lanjut Naeem.
Tantangan bus listrik di Indonesia
Sementara itu, Head of Product Management, Homologation & Marketing Bus and Truck PT DCVI, Faustina membeberkan sederet tantangan dalam menghadirkan bus listrik di Indonesia. Salah satu tantangan terbesar adalah terkait baterai.
"Yang harus diperhatikan contohnya adalah baterai. Satu pak baterai itu bisa untuk jarak tempuh berapa? Apalagi kita ini negara tropis, AC harus dinyalakan. Jadi konsumsi baterai harus diperhatikan," ucap Faustina.
Menurut Faustina hitung-hitungan baterai juga tidak lepas dari bodi (bus). "Itu semua jadi satu kesatuan waktu bikin bodi. Weight distribution-nya juga harus diperhatikan. Lalu, di beberapa tender juga diminta tingkat kedinginan tidak boleh kurang dari beberapa derajat. Itu kan diatur oleh baterai. Ini yang benar-benar kami harus kerja sama dengan karoseri," lanjutnya.
Tantangan lain menghadirkan bus listrik adalah nilai investasi yang lebih tinggi. Faktanya operator transportasi juga tidak ingin daya tampung/kapasitas berkurang.
"Jadi, dari segi ekonomisnya harus lebih diperhatikan. Itu kenapa Pak Naaem bilang karoseri sangat vital, krusial karena dari mereka kami belajar penjajakan dari awal hingga akhir."
"Kalau salah bodi kan kami nggak mungkin minta mereka bongkar lagi. (Jadi harus dipastikan) berapa pak baterai yang harus dipasang. Bobotnya juga kan sangat berat. Ini yang sedikit lebih kompleks daripada kendaraan berbahan bakar diesel," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)