Mandalika: Riset yang dilakukan oleh mahasiswa tidak jarang melahirkan inovasi baru dan tidak menutup kemungkinan diaplikasikan oleh industri otomotif.
Direktur Global Program Shell Eco-marathon, Norman Koch, menjelaskan ada sejumlah teknologi di dunia otomotif saat ini yang dihasilkan oleh mahasiswa. Salah satunya yang dia klaim adalah fitur Start-Stop Engine yang dikembangkan oleh mahasiswa puluhan tahun lalu.
"Salah satu inovasi itu adalah start-stop yang sudah dikembangkan mahasiswa dari tahun 80-an. Teknologi tersebut baru dipakai secara mainstream 10 tahun kemudian," ujar Norman di Sirkuit Mandalika Lombok.
Selain itu, klaim Norman, mahasiswa di Shell Eco-marathon juga memunculkan temuan software model charging-discharging terutama untuk kendaraan listrik. Meski demikian, perusahaan tidak mengklaim inovasi tersebut karena teknologi itu sepenuhnya menjadi hak kekayaan intelektual para mahasiswa.
Pihaknya hanya membantu hanya membantu mereka mematenkan inovasi (menjadi hak paten) karena merupakan ide atau penemuan dari para mahasiswa yang boleh dikomersilkan kampus mereka. "Kami tidak akan mematenkan teknologi itu dan memakainya karena itu sepenuhnya milik tim-tim mahasiswa," tegas Norman.
Selain itu, para peserta kompetisi kendaraan hemat energi mahasiswa ini diklaim cukup bergengsi untuk disematkan di daftar Riwayat hidup. Bahkan beberapa diantaranya sudah diterima di perusahaan-perusahaan top kelas dunia.
“Contohnya jadi direktur teknis Tesla. Kemudian masih ada lagi yang bekerja di Airbus sampai Boeing,” tutur Norman.
Mandalika: Riset yang dilakukan oleh
mahasiswa tidak jarang melahirkan inovasi baru dan tidak menutup kemungkinan diaplikasikan oleh industri
otomotif.
Direktur Global Program Shell Eco-marathon, Norman Koch, menjelaskan ada sejumlah teknologi di dunia otomotif saat ini yang dihasilkan oleh mahasiswa. Salah satunya yang dia klaim adalah fitur Start-Stop Engine yang dikembangkan oleh mahasiswa puluhan tahun lalu.
"Salah satu inovasi itu adalah start-stop yang sudah dikembangkan mahasiswa dari tahun 80-an. Teknologi tersebut baru dipakai secara mainstream 10 tahun kemudian," ujar Norman di Sirkuit Mandalika Lombok.
Selain itu, klaim Norman, mahasiswa di Shell Eco-marathon juga memunculkan temuan software model charging-discharging terutama untuk kendaraan listrik. Meski demikian, perusahaan tidak mengklaim inovasi tersebut karena teknologi itu sepenuhnya menjadi hak kekayaan intelektual para mahasiswa.
Pihaknya hanya membantu hanya membantu mereka mematenkan inovasi (menjadi hak paten) karena merupakan ide atau penemuan dari para mahasiswa yang boleh dikomersilkan kampus mereka. "Kami tidak akan mematenkan teknologi itu dan memakainya karena itu sepenuhnya milik tim-tim mahasiswa," tegas Norman.
Selain itu, para peserta kompetisi kendaraan hemat energi mahasiswa ini diklaim cukup bergengsi untuk disematkan di daftar Riwayat hidup. Bahkan beberapa diantaranya sudah diterima di perusahaan-perusahaan top kelas dunia.
“Contohnya jadi direktur teknis Tesla. Kemudian masih ada lagi yang bekerja di Airbus sampai Boeing,” tutur Norman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)