Tapak ban sendiri terdiri dari simetris, directional dan asimetris. Lalu apa beda dari ketiga pola tapak ban tersebut? Berikut penjelasannya berdasarkan keterangan dari Romijo Huka, National Sales Manager Goodyear Indonesia.
Simetris
Orang pertama kali membuat ban dengan pola simetris, ban ini punya keuntungan mudah dibolak-balik. "Jika ban habis satu sisi, maka tinggal dibalik saja. Gampang ditukar-tukar," jelasnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Tapi ban ini punya kelemahan, khususnya saat melibas jalanan basah. Pengendaliannya tak begitu baik, sehingga muncullah teknologi ban lainnya.

Directional
Mengakali kekurangan ban simetris, maka dibuatlah ban dengan tapak directional (searah). Ban ini punya pengendalian yang sangat baik di jalan basah, ban bisa membuang air dengan lebih cepat.
"Tapi kelemahannya, ban ini bising untuk kecepatan tinggi dibandingkan dua pattern lainnya. Beberapa pabrikan pun mengakali dengan membuat garis-garis kecil, untuk penggunaan harian," sambungnya.
Asimetris
Terakhir ada pattern asimetris, ban ini menjawab dua keluhan ban simetris dan directional. Ban ini memberikan pengendalian yang baik saat jalan basah, namun tingkat kebisingan yang rendah.
"Tapi ban jenis ini tak bisa dibolak-balik, antik karena pemasangannya harus memperhatikan sisi ban luar atau dalam," sambung pria berkantor di Bogor, Jawa Barat ini. Meski begitu, ketiga pattern ban tersebut masih digunakan hingga saat ini.
(UDA)