Jakarta: Indonesia mendorong masyarakat untuk migrasi ke kendaraan listrik, baik mobil dan motor listrik. Pemerintah mengklaim penggunaan kendaraan listrik memberikan banyak keuntungan dari segi ekonomi sampai lingkungan.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier, mengatakan beralihnya masyarakat ke kendaraan listrik maka subsidi BBM juga bisa dialihkan untuk sektor kesehatan dan lainnya.
“Ini kalau semua beralih, tentunya subsidi BBM juga pasti akan berkurang. Dana itu bisa dipakai untuk sektor kesehatan dan sektor yang lain, seperti penyakit ISPA yang diakibatkan oleh polusi,” kata Taufik dikutip dari Antara.
Taufiek mengatakan sektor transportasi penyumbang karbon sekitar 21 persen. Karena itu menurut dia, industri otomotif Indonesia harus mengikuti kebijakan pemerintah dalam hal transformasi ke kendaraan listrik.
Ia menjelaskan sejak awal Indonesia bersama pelaku industri yang tergabung dalam Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) telah mengantisipasi hal itu sejak awal dengan merumuskan berbagai regulasi yang dapat mendorong pemerintah dan juga masyarakat Indonesia untuk ikut mendukung transformasi ke kendaraan listrik.
"Kita sudah merumuskan apa yang terbaik untuk Indonesia karena sektor otomotif sampai hari ini 1,5 juta orang hidup di dalam ekosistem ini. Dari suplai komponen, supply-after-sales, repair, dan juga yang hidup di dalam otomotif sendiri. Jadi, orang yang bekerja di sana sangat menentukan di dalam pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Taufik.
Taufiek juga menerangkan para pengusaha kendaraan listrik berharap agar kendaraan listrik bisa menjadi transportasi masa depan 280 juta penduduk Indonesia.
"Tinggal bagaimana masyarakat yakin dengan adanya transformasi ini. Dengan tidak melakukan pendekatan struktural tetapi kultural. Bagaimana masyarakat melihat perubahan ini sehingga ikut dalam perubahan karena konsumen terbesar adalah masyarakat yang bisa menggunakan electric vehicle tersebut,” kata Taufiek.
Jakarta: Indonesia mendorong masyarakat untuk migrasi ke kendaraan listrik, baik mobil dan motor listrik. Pemerintah mengklaim penggunaan
kendaraan listrik memberikan banyak keuntungan dari segi ekonomi sampai lingkungan.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika, Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier, mengatakan beralihnya masyarakat ke kendaraan listrik maka subsidi BBM juga bisa dialihkan untuk sektor kesehatan dan lainnya.
“Ini kalau semua beralih, tentunya subsidi BBM juga pasti akan berkurang. Dana itu bisa dipakai untuk sektor kesehatan dan sektor yang lain, seperti penyakit ISPA yang diakibatkan oleh polusi,” kata Taufik dikutip dari Antara.
Taufiek mengatakan sektor transportasi penyumbang karbon sekitar 21 persen. Karena itu menurut dia, industri otomotif Indonesia harus mengikuti kebijakan pemerintah dalam hal transformasi ke kendaraan listrik.
Ia menjelaskan sejak awal Indonesia bersama pelaku industri yang tergabung dalam Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) telah mengantisipasi hal itu sejak awal dengan merumuskan berbagai regulasi yang dapat mendorong pemerintah dan juga masyarakat Indonesia untuk ikut mendukung transformasi ke kendaraan listrik.
"Kita sudah merumuskan apa yang terbaik untuk Indonesia karena sektor otomotif sampai hari ini 1,5 juta orang hidup di dalam ekosistem ini. Dari suplai komponen, supply-after-sales, repair, dan juga yang hidup di dalam otomotif sendiri. Jadi, orang yang bekerja di sana sangat menentukan di dalam pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Taufik.
Taufiek juga menerangkan para pengusaha kendaraan listrik berharap agar kendaraan listrik bisa menjadi transportasi masa depan 280 juta penduduk Indonesia.
"Tinggal bagaimana masyarakat yakin dengan adanya transformasi ini. Dengan tidak melakukan pendekatan struktural tetapi kultural. Bagaimana masyarakat melihat perubahan ini sehingga ikut dalam perubahan karena konsumen terbesar adalah masyarakat yang bisa menggunakan electric vehicle tersebut,” kata Taufiek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)