medcom.id, Surabaya: Tak mau sia-sia datang ke London, tim merakit ulang Sapu Angin ITS yang sebelumnya hangus terbakar. Misi mengikuti lomba Shell Eco Marathon Challenge Divers World Championship (DWC) harus tercapai.
"Selesai membersihkan puing-puing dari sisa terbakarnya mobil, kami berusaha untuk mendesain ulang dari sisa bahan yang masih bisa digunakan. Panitia juga memberikan kesempatan bisa tetap berlomba," kata dosen pembimbing yang ikut mendampingi tujuh mahasiswa anggota tim Sapu Angin, Witantyo, dalam surat elektroniknya.
Meski sebagian besar mesin mobil tak bisa digunakan, chasis dan sebagian body mobil serta beberapa kerangka mesin masih bisa digunakan untuk didesain ulang. "Kami desain ulang wujud Sapu Angin dari sisa-sisa bahan yang telah hangus terbakar. Memang bentuknya jelek, tapi kami berharap performance dan indurant-nya masih bisa seperti hasil latihan terakhir saat di Surabaya," katanya.
Sebelumnya, performance terakhir mobil Sapu Angin ITS bisa mencapai kecepatan 250 km per jam. Bahkan kecepatan itu bisa ditingkatkan hingga 300 km per jam. Di atas kertas dengan konsumsi bahan bakar yang disediakan 90 persen dari apa yang pernah dicapai pada saat di Filipina bisa keluar sebagai juara.
Sayangnya, Witantyo tak menjelaskan detail butuh waktu berapa lama mendesain dan merakit ulang Sapu Angin agar bisa kembali ada seperti sebelumnya. Dia hanya minta bantuan doa agar desain ulang bisa cepat selesai.
Wiyantyo terus berusaha memupuk semangat para mahasiswa setelah sebelumnya sempat kecewa berat melihat mobilnya terbakar. “Tapi kini para mahasiswa kembali bersemangat untuk mewujdukan mimpinya bisa tetap ikut lomba. Para mahasiswa juga masih tetap menjalankan ibadah puasa meski harus bekerja ekstra keras dengan waktu berpuasa lebih dari 19 jam di London," ujarnya.
"Mudah-mudahan semangat ini masih terus terjaga. Kami bukan hanya ingin mempersembahkan kemenangan nantinya buat almamater ITS tapi juga buat bangsa Indonesia. Kami mohon doa restunya,” kata Witantyo.
medcom.id, Surabaya: Tak mau sia-sia datang ke London, tim merakit ulang Sapu Angin ITS yang sebelumnya hangus terbakar. Misi mengikuti lomba Shell Eco Marathon Challenge Divers World Championship (DWC) harus tercapai.
"Selesai membersihkan puing-puing dari sisa terbakarnya mobil, kami berusaha untuk mendesain ulang dari sisa bahan yang masih bisa digunakan. Panitia juga memberikan kesempatan bisa tetap berlomba," kata dosen pembimbing yang ikut mendampingi tujuh mahasiswa anggota tim Sapu Angin, Witantyo, dalam surat elektroniknya.

Meski sebagian besar mesin mobil tak bisa digunakan,
chasis dan sebagian
body mobil serta beberapa kerangka mesin masih bisa digunakan untuk didesain ulang. "Kami desain ulang wujud Sapu Angin dari sisa-sisa bahan yang telah hangus terbakar. Memang bentuknya jelek, tapi kami berharap performance dan indurant-nya masih bisa seperti hasil latihan terakhir saat di Surabaya," katanya.
Sebelumnya,
performance terakhir mobil Sapu Angin ITS bisa mencapai kecepatan 250 km per jam. Bahkan kecepatan itu bisa ditingkatkan hingga 300 km per jam. Di atas kertas dengan konsumsi bahan bakar yang disediakan 90 persen dari apa yang pernah dicapai pada saat di Filipina bisa keluar sebagai juara.

Sayangnya, Witantyo tak menjelaskan detail butuh waktu berapa lama mendesain dan merakit ulang Sapu Angin agar bisa kembali ada seperti sebelumnya. Dia hanya minta bantuan doa agar desain ulang bisa cepat selesai.
Wiyantyo terus berusaha memupuk semangat para mahasiswa setelah sebelumnya sempat kecewa berat melihat mobilnya terbakar. “Tapi kini para mahasiswa kembali bersemangat untuk mewujdukan mimpinya bisa tetap ikut lomba. Para mahasiswa juga masih tetap menjalankan ibadah puasa meski harus bekerja ekstra keras dengan waktu berpuasa lebih dari 19 jam di London," ujarnya.

"Mudah-mudahan semangat ini masih terus terjaga. Kami bukan hanya ingin mempersembahkan kemenangan nantinya buat almamater ITS tapi juga buat bangsa Indonesia. Kami mohon doa restunya,” kata Witantyo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)