Jakarta: Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan BASF asal Jerman dan Eramet dari Prancis menunda rencana investasi proyek Sonic Bay di Maluku Utara.
"Kemarin saya baru dapat kabar itu. Sementara (investasinya) bukan dicabut, tapi dipending sementara," kata Bahlil dikutip dari Antara.
Bahlil juga membantah adanya isu yang menyatakan BASF dan Eramet batal melakukan investasi senilai USD2,6 miliar proyek pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Dia mengaku bahwa pihaknya saat ini sedang berkomunikasi terhadap kedua perusahaan tersebut. Menurutnya, kedua perusahaan tersebut bukan membatalkan, tetapi hanya menunda investasinya di Indonesia akibat turunnya pasar penjualan mobil listrik di Eropa.
"Karena daya beli masyarakat terhadap EV (electric vehicle) mobil listrik di Eropa lagi turun. Jadi pasarnya pun sekarang lagi turun karena kompetisi dengan mobil-mobil dari negara lain," kata Bahlil.
Bahkan, menurut Bahlil, penurunan pasar penjualan mobil listrik bukan hanya terjadi di Eropa, juga terjadi di Amerika Serikat. "Dan Amerika juga sekarang lagi lesu pasarnya. Oleh karena lagi lesu, maka permintaan terhadap baterainya itu berkurang," ungkap Bahlil.
Ia juga memastikan hingga saat ini kedua perusahaan raksasa tersebut belum mencabut rencana investasinya di Indonesia. "Oh nggak (mereka belum mencabut), kita masih dalam negosiasi dalam pembicaraan," katanya.
Lebih lanjut Bahlil menambahkan, tidak ada kekhawatiran terhadap investor asing lainnya akibat dua perusahaan tersebut melakukan penundaan investasi. "Ini cuma persoalan komoditas mobil listriknya di Eropa sama Amerika aja yang turun. (Kalau) semuanya jalan kok, Korea, Jepang, China nggak ada masalah, nggak ada isu," kata Bahlil.
Jakarta: Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (
BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan BASF asal Jerman dan Eramet dari Prancis menunda rencana investasi proyek Sonic Bay di Maluku Utara.
"Kemarin saya baru dapat kabar itu. Sementara (investasinya) bukan dicabut, tapi dipending sementara," kata Bahlil dikutip dari Antara.
Bahlil juga membantah adanya isu yang menyatakan BASF dan Eramet batal melakukan investasi senilai USD2,6 miliar proyek pabrik bahan baku baterai
kendaraan listrik di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Dia mengaku bahwa pihaknya saat ini sedang berkomunikasi terhadap kedua perusahaan tersebut. Menurutnya, kedua perusahaan tersebut bukan membatalkan, tetapi hanya menunda investasinya di Indonesia akibat turunnya pasar penjualan mobil listrik di Eropa.
"Karena daya beli masyarakat terhadap EV (electric vehicle) mobil listrik di Eropa lagi turun. Jadi pasarnya pun sekarang lagi turun karena kompetisi dengan mobil-mobil dari negara lain," kata Bahlil.
Bahkan, menurut Bahlil, penurunan pasar penjualan mobil listrik bukan hanya terjadi di Eropa, juga terjadi di Amerika Serikat. "Dan Amerika juga sekarang lagi lesu pasarnya. Oleh karena lagi lesu, maka permintaan terhadap baterainya itu berkurang," ungkap Bahlil.
Ia juga memastikan hingga saat ini kedua perusahaan raksasa tersebut belum mencabut rencana investasinya di Indonesia. "Oh nggak (mereka belum mencabut), kita masih dalam negosiasi dalam pembicaraan," katanya.
Lebih lanjut Bahlil menambahkan, tidak ada kekhawatiran terhadap investor asing lainnya akibat dua perusahaan tersebut melakukan penundaan investasi. "Ini cuma persoalan komoditas mobil listriknya di Eropa sama Amerika aja yang turun. (Kalau) semuanya jalan kok, Korea, Jepang, China nggak ada masalah, nggak ada isu," kata Bahlil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)