Jakarta: Para insinyur Mazda kini sedang berusaha untuk mengembangkan teknologi lampu terbaru untuk mobil mereka. Mereka memiliki ide untuk membuat lampu sein baru yang proses kerjanya mengikuti irama detak jantung manusia.
Desainer dan Kepala Pengembangan Lampu Mazda, Atsushi Yoshida, menyebutkan selama ini lampu sein yang hidup dan mati secara mendadak dinilai terasa dingin serta digital. Yoshida kemudian memikirkan bagaimana kerja lampu ini lebih humanis dengan membuatnya berdenyut sebagai detak jantung.
“Lampu sinyal belok harus secara efektif mengkomunikasikan niat pengemudi dan menarik perhatian pejalan kaki dan pengemudi lainnya,” ungkap Yoshida.
Untuk mendapatkan ritme yang benar, Yoshida mengatakan dia melihat elektrokardiogram, mengamati bentuk gelombang yang diciptakan oleh detak jantung, mempelajari bagaimana mereka bertahan dan berkurang, daripada hanya menghidupkan atau mematikan.
Mungkin tampak seperti ide yang cukup sederhana untuk dipraktikkan, namun sinyal belok terbukti merupakan produk yang sangat sulit untuk dibuat. Yoshida mengatakan, dia dan timnya membutuhkan waktu dua tahun, untuk membuat lampu sein yang siap untuk diproduksi.
"Kami bekerja sama dengan para insinyur dan pemasok kami, Stanley Electric Co., Ltd., berulang kali menyesuaikan ulang lampu sinyal dengan peningkatan 0,01 detik, menyelesaikan masalah dan berhasil memasangnya,” tambah Yoshida.
Yoshida berharap, lampu sein yang dikembangkan akan menunjukkan kepada orang-orang di jalan, seberapa besar perhatian terhadap detail yang diberikan Mazda pada setiap kendaraannya.
“Meskipun persaingan semakin ketat dengan mobil listrik dan pengemudian otonom, saya ingin melihat desain mobil yang luar biasa terus berlanjut tanpa kompromi," tandasnya.
Jakarta: Para insinyur Mazda kini sedang berusaha untuk mengembangkan teknologi lampu terbaru untuk mobil mereka. Mereka memiliki ide untuk membuat lampu sein baru yang proses kerjanya mengikuti irama detak jantung manusia.
Desainer dan Kepala Pengembangan Lampu Mazda, Atsushi Yoshida, menyebutkan selama ini lampu sein yang hidup dan mati secara mendadak dinilai terasa dingin serta digital. Yoshida kemudian memikirkan bagaimana kerja lampu ini lebih humanis dengan membuatnya berdenyut sebagai detak jantung.
“Lampu sinyal belok harus secara efektif mengkomunikasikan niat pengemudi dan menarik perhatian pejalan kaki dan pengemudi lainnya,” ungkap Yoshida.
Untuk mendapatkan ritme yang benar, Yoshida mengatakan dia melihat elektrokardiogram, mengamati bentuk gelombang yang diciptakan oleh detak jantung, mempelajari bagaimana mereka bertahan dan berkurang, daripada hanya menghidupkan atau mematikan.
Mungkin tampak seperti ide yang cukup sederhana untuk dipraktikkan, namun sinyal belok terbukti merupakan produk yang sangat sulit untuk dibuat. Yoshida mengatakan, dia dan timnya membutuhkan waktu dua tahun, untuk membuat lampu sein yang siap untuk diproduksi.
"Kami bekerja sama dengan para insinyur dan pemasok kami, Stanley Electric Co., Ltd., berulang kali menyesuaikan ulang lampu sinyal dengan peningkatan 0,01 detik, menyelesaikan masalah dan berhasil memasangnya,” tambah Yoshida.
Yoshida berharap, lampu sein yang dikembangkan akan menunjukkan kepada orang-orang di jalan, seberapa besar perhatian terhadap detail yang diberikan Mazda pada setiap kendaraannya.
“Meskipun persaingan semakin ketat dengan mobil listrik dan pengemudian otonom, saya ingin melihat desain mobil yang luar biasa terus berlanjut tanpa kompromi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)