Jakarta: Tahun depan, bahan bakar ramah lingkungan bakal naik level. Pemerintah memastikan biodiesel campuran 50 persen (B50) siap meluncur pada 2026. Meski sempat ada kekhawatiran soal bahan baku, Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, optimistis program ini tancap gas dari awal tahun.
“Kami harapkan untuk implementasi tahun depan, B50, bisa segera dilaksanakan,” ujar Yuliot dikutip dari Antara.
Yuliot menjelaskan, pemerintah saat ini masih mengevaluasi pelaksanaan B40. Menurutnya, implementasi B40 sejauh ini tergolong berhasil, sehingga ia optimistis B50 dapat dimulai awal 2026. Pernyataan ini juga memberi kepastian di tengah kekhawatiran adanya penundaan akibat kendala pasokan bahan baku.
Kekhawatiran tersebut sebelumnya disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi. Ia mengaku belum bisa memastikan B50 dapat terlaksana pada 2026 karena masih menghitung kebutuhan dan volume Fatty Acid Methyl Ester (FAME) untuk produksinya.
FAME sendiri adalah bahan bakar nabati yang dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak sawit dengan metanol.
Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan bahwa pemerintah berencana mengalihkan 5,3 juta ton ekspor Crude Palm Oil (CPO) untuk mendukung Program B50. Langkah ini diambil dari total 26 juta ton CPO yang diekspor Indonesia pada 2024.
Mengingat Indonesia menguasai sekitar 65,94 persen pangsa pasar CPO dunia, Amran yakin pengurangan 5,3 juta ton ekspor akan memengaruhi harga global.
"Kami ekspor tahun lalu 26 juta ton (CPO). Kalau kami cabut 5 juta ton, berarti tinggal 21 juta ton. Harganya naik apa turun? Ya, naik," kata Amran..
Jakarta: Tahun depan, bahan bakar
ramah lingkungan bakal naik level. Pemerintah memastikan
biodiesel campuran 50 persen (B50) siap meluncur pada 2026. Meski sempat ada kekhawatiran soal bahan baku, Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, optimistis program ini tancap gas dari awal tahun.
“Kami harapkan untuk implementasi tahun depan, B50, bisa segera dilaksanakan,” ujar Yuliot dikutip dari Antara.
Yuliot menjelaskan, pemerintah saat ini masih mengevaluasi pelaksanaan B40. Menurutnya, implementasi B40 sejauh ini tergolong berhasil, sehingga ia optimistis B50 dapat dimulai awal 2026. Pernyataan ini juga memberi kepastian di tengah kekhawatiran adanya penundaan akibat kendala pasokan bahan baku.
Kekhawatiran tersebut sebelumnya disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi. Ia mengaku belum bisa memastikan B50 dapat terlaksana pada 2026 karena masih menghitung kebutuhan dan volume Fatty Acid Methyl Ester (FAME) untuk produksinya.
FAME sendiri adalah bahan bakar nabati yang dihasilkan dari proses transesterifikasi minyak sawit dengan metanol.
Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan bahwa pemerintah berencana mengalihkan 5,3 juta ton ekspor Crude Palm Oil (CPO) untuk mendukung Program B50. Langkah ini diambil dari total 26 juta ton CPO yang diekspor Indonesia pada 2024.
Mengingat Indonesia menguasai sekitar 65,94 persen pangsa pasar CPO dunia, Amran yakin pengurangan 5,3 juta ton ekspor akan memengaruhi harga global.
"Kami ekspor tahun lalu 26 juta ton (CPO). Kalau kami cabut 5 juta ton, berarti tinggal 21 juta ton. Harganya naik apa turun? Ya, naik," kata Amran..
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UDA)