medcom.id: Ketika tim Red Bull bersama Sebastian Vettel sedang asyik menikmati kemenangan demi kemenangan selama empat musim beruntun 2010-2013, tim Mercedes F1 menjadi tim yang paling sibuk melakukan riset. Mereka fokus melakukan riset pada mesin 1.600 cc dengan konfigurasi V6.
Hal itu mereka lakukan pada tahun 2012, hingga akhirnya mampu memperdengarkan suara mesin mereka secara virtual untuk pertama kalinya pada pertengahan tahun 2013. Akhirnya sukses besar pun mereka raih di tahun 2014. Lewis Hamilton yang diplot sebagai pengganti Michael Schumacher saat itu, langsung meraih kemenangan demi kemenangan.
Dari beberapa data performa mobil yang tersebar di dunia maya, mobil tim Mercedes GP unggul 80 daya kuda (dk) ketimbang mobil-mobil lainnya. Tapi tahun ini tim Red Bull Racing merasakan perbedaan performa mesin Renault yang mereka gunakan, jika dibandingkan dengan mesin Mercedes-Benz yang digunakan tim Mercedes GP, mencapai 100 dk.
Tentunya ini adalah perbedaan performa yang sangat besar. Christian Horner sebagai manajer tim Red Bull Racing pun menegaskan bahwa mereka harus mencari solusinya bersama Renault. Lantaran empat pembalap yang menggunakan mesin Renault di F1 Australia pada Minggu 15/3, dua diantaranya mengalami masalah.
"Tentu kami harus memecahkannya bersama-sama dengan Renault. Bukan hanya reliabilitas mesin yang harus diperbaiki, namun juga performa yang masih tertinggal jauh dari Mercedes GP," beber Horner.
Namun mantan bos Vettel itu tak memberikan secara detail bagian apa yang menjadi kelemahan mereka dibandingkan mobil tim Mercedes GP. Lantaran mobil hasil riset Mercedes GP pun tidak ditemukan hal-hal yang melanggar regulasi yang ditetapkan.
Satu-satunya hal yang dinilai mencurigakan adalah penggunaan lubang, di bawah hidung yang menyerupai pemanfaatkan udara melalui kolong mobil. Baca analisis lanjutan tentang teknis lubang angin di bawah hidung mobil milik tim Mercedes GP itu.
medcom.id: Ketika tim Red Bull bersama Sebastian Vettel sedang asyik menikmati kemenangan demi kemenangan selama empat musim beruntun 2010-2013, tim Mercedes F1 menjadi tim yang paling sibuk melakukan riset. Mereka fokus melakukan riset pada mesin 1.600 cc dengan konfigurasi V6.
Hal itu mereka lakukan pada tahun 2012, hingga akhirnya mampu memperdengarkan suara mesin mereka secara virtual untuk pertama kalinya pada pertengahan tahun 2013. Akhirnya sukses besar pun mereka raih di tahun 2014. Lewis Hamilton yang diplot sebagai pengganti Michael Schumacher saat itu, langsung meraih kemenangan demi kemenangan.
Dari beberapa data performa mobil yang tersebar di dunia maya, mobil tim Mercedes GP unggul 80 daya kuda (dk) ketimbang mobil-mobil lainnya. Tapi tahun ini tim Red Bull Racing merasakan perbedaan performa mesin Renault yang mereka gunakan, jika dibandingkan dengan mesin Mercedes-Benz yang digunakan tim Mercedes GP, mencapai 100 dk.
Tentunya ini adalah perbedaan performa yang sangat besar. Christian Horner sebagai manajer tim Red Bull Racing pun menegaskan bahwa mereka harus mencari solusinya bersama Renault. Lantaran empat pembalap yang menggunakan mesin Renault di F1 Australia pada Minggu 15/3, dua diantaranya mengalami masalah.
"Tentu kami harus memecahkannya bersama-sama dengan Renault. Bukan hanya
reliabilitas mesin yang harus diperbaiki, namun juga performa yang masih tertinggal jauh dari Mercedes GP," beber Horner.
Namun mantan bos Vettel itu tak memberikan secara detail bagian apa yang menjadi kelemahan mereka dibandingkan mobil tim Mercedes GP. Lantaran mobil hasil riset Mercedes GP pun tidak ditemukan hal-hal yang melanggar regulasi yang ditetapkan.
Satu-satunya hal yang dinilai mencurigakan adalah penggunaan lubang, di bawah hidung yang menyerupai pemanfaatkan udara melalui kolong mobil. Baca analisis lanjutan tentang teknis lubang angin di bawah hidung mobil milik tim Mercedes GP itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)