Menurutnya, harga baterai mobil listrik dari produsen resmi atau original equipment manufacturer (OEM) masih tidak terjangkau, sehingga bisa menghambat perkembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia.
"Jika tidak ada intervensi, konsumen akan terbebani, dan pertumbuhan mobil listrik bisa tersendat,” kata Kaisar dikutip dari Antara.
Kaisar menegaskan Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar kendaraan listrik dan onderdilnya, tetapi juga harus menjadi pemain utama dalam rantai pasok industri baterai. Apalagi, Indonesia memiliki cadangan nikel dan bahan baku baterai yang melimpah.
Baca Juga:
Penyebab dan Cara Mengatasi Body Mobil Berkarat
“Pemerintah bersama industri harus mengembangkan ekosistem produksi, termasuk manufaktur baterai pengganti. Dengan begitu, kita bisa mandiri dan bahkan mengekspor,” ujarnya.
Ia juga mendorong pemerintah mengoptimalkan potensi bisnis pergantian baterai mobil listrik. Seiring bertambahnya usia kendaraan listrik yang mulai dipasarkan sejak beberapa tahun lalu, kebutuhan baterai pengganti diperkirakan akan meningkat signifikan.
“Mobil listrik keluaran awal kini rata-rata sudah berusia lima tahun lebih. Itu artinya, kebutuhan pergantian baterai akan menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Pemerintah perlu melihat ini sebagai peluang sekaligus tantangan,” kata Kaisar.
Legislator tersebut berharap momentum ini bisa menjadi pintu masuk bagi tumbuhnya industri turunan kendaraan listrik di Indonesia, sehingga mampu memberi nilai tambah ekonomi, membuka lapangan pekerjaan, dan memperkuat daya saing nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id