medcom.id, Bandung: Sebuah brand otomotif tanpa memiliki fasilitas manufakturing di Indonesia akan membuat sulit bersaing di Indonesia. Kondisi itu yang tampaknya menjadi alasan Ford Motor Indonesia (FMI) kesulitan bersaing di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Davy J Tuilan, 4W Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS). Dia pun berujar bahwa para pemain di industri otomotif tanah air harus memiliki fasilitas manufakturing di Indonesia untuk bisa bersaing. Sehingga dapat menghadirkan produk dengan harga yang lebih terjangkau.
"Salah satu alasan saya hijrah dari Ford Indonesia karena waktu itu saya sebagai salah satu manajemen disana melihat bahwa di Indonesia, kalau kita tidak punya fasilitas manufakturing kita sulit bersaing," ujar Davy J Tuilan pada Kamis, 28 Januari, di Bandung.
Dia pun melanjutkan meski import duty nol persen, namun tetap saja biaya pengiriman dari Thailand terbilang mahal dan lama. Belum lagi komponen yang harus di racik disana membuat harganya juga semakin mahal.
"Spare part-nya juga menjadi sedikit lebih tinggi cost-nya. Untuk jualan mobil empat bulan atau enam bulan kemudian harus dikonfirmasi sesegera mungkin dan harus fix karena impor itu suplainya panjang jadi fleksibilitasnya dalam menyesuaikan terhadap naik turun pasar itu juga kurang," terang Davy.
Davy Sendiri pernah memangku jabatan sebagai Direktur Markting FMI. Pada tahun 2011, dirinya memilih pindah ke PT SIS.
medcom.id, Bandung: Sebuah
brand otomotif tanpa memiliki fasilitas manufakturing di Indonesia akan membuat sulit bersaing di Indonesia. Kondisi itu yang tampaknya menjadi alasan Ford Motor Indonesia (FMI) kesulitan bersaing di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Davy J Tuilan, 4W Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS). Dia pun berujar bahwa para pemain di industri otomotif tanah air harus memiliki fasilitas manufakturing di Indonesia untuk bisa bersaing. Sehingga dapat menghadirkan produk dengan harga yang lebih terjangkau.
"Salah satu alasan saya hijrah dari Ford Indonesia karena waktu itu saya sebagai salah satu manajemen disana melihat bahwa di Indonesia, kalau kita tidak punya fasilitas manufakturing kita sulit bersaing," ujar Davy J Tuilan pada Kamis, 28 Januari, di Bandung.
Dia pun melanjutkan meski
import duty nol persen, namun tetap saja biaya pengiriman dari Thailand terbilang mahal dan lama. Belum lagi komponen yang harus di racik disana membuat harganya juga semakin mahal.
"Spare part-nya juga menjadi sedikit lebih tinggi cost-nya. Untuk jualan mobil empat bulan atau enam bulan kemudian harus dikonfirmasi sesegera mungkin dan harus fix karena impor itu suplainya panjang jadi fleksibilitasnya dalam menyesuaikan terhadap naik turun pasar itu juga kurang," terang Davy.
Davy Sendiri pernah memangku jabatan sebagai Direktur Markting FMI. Pada tahun 2011, dirinya memilih pindah ke PT SIS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)