Jakarta: Pasar kendaraan listrik di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan signifikan. Situasi ini juga seiring dengan masuknya berbagai pabrikan ataupun brand otomotif yang memasarkan kendaraan listrik dengan segmen beragam.
Menariknya, berdasarkan hasil survei, pengguna mobil listrik di Indonesia masih didominasi oleh early adopter, sedangkan selebihnya berasal dari kalangan early majority, yakni konsumen yang lebih berani menjadi pelopor dan lebih terbuka dengan teknologi baru. Artinya tingkat adopsi kendaraan di masyarakat luas masih terbatas.
Temuan ini muncul dalam riset ID COMM bertajuk “Menuju Era Mobil Listrik: Sejauh Mana Indonesia Siap”. Hasil riset tersebut turut mengidentifikasi hambatan dan peluang yang bisa menjadi masukan strategis bagi para pemangku kepentingan.
Dalam laporannya, disebutkan bahwa adopsi mobil listrik di Indonesia sejauh ini masih terdorong motif ekonomi, terutama efisiensi biaya operasional dan adanya insentif fiskal. Mayoritas pengguna merupakan kelompok menengah atas perkotaan yang sebelumnya telah memiliki setidaknya satu atau dua kendaraan konvensional.
"Transisi ini lebih menunjukkan pergeseran perilaku daripada perluasan pasar baru. Informasi ini penting untuk diketahui berbagai pihak terkait sektor otomotif," jelas Co-Founder dan Director ID COMM sekaligus pemimpin riset, Asti Putri di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis, 11 Desember 2025.
Sebelumnya, pemerintah telah menargetkan populasi mobil listrik sebanyak 2 juta unit pada 2030 sebagai bagian dari upaya transisi energi nasional. Mengutip data GAIKINDO, jumlah battery electric vehicle (BEV) naik dari 15.318 unit pada 2023 menjadi 43.188 unit pada 2024, lalu mencapai 51.191 unti hanya dalam delapan bulan pertama 2025.
Faktor ekonomi dan psikologis
Dari sisi konsumen, faktor ekonomi menjadi pertimbangan utama dalam memutuskan membeli mobil listrik. Biaya operasional yang lebih hemat menjadi daya tarik, terutama bagi pengguna dengan mobilitas tinggi. Insentif pajak turut memperkuat minat, mengingat besaran pajak tahunan mobil listrik hanya sekitar Rp150.000.
Selain alasan finansial, faktor psikologis juga berperan. Pemilik mobil listrik merasa bangga menjadi bagian dari early adopter. Mereka menikmati peran sebagai trend setter dan identik dengan gaya hidup modern, sementara kepedulian lingkungan masih menjadi alasan tambahan.
Proses pengambilan keputusan konsumen mobil listrik pun tidak jauh berbeda dari pembeli mobil konvensional. Rekomendasi dari lingkungan terdekat, konten di media sosial, serta ulasan influencer otomotif menjadi sumber informasi utama sebelum menentukan pilihan.
Riset ini juga mengungkap bahwa seluruh responden pemilik mobil listrik sebelumnya telah memiliki kendaraan konvensional. Dengan rentang harga pembelian antara Rp189 juta hingga Rp1,58 miliar, terlihat bahwa pengguna mobil listrik saat ini masih terfokus pada segmen menengah atas.
Tiga kelompok pengguna mobil listrik
Temuan lainnya mengungkapkan setidaknya ada tiga kelompok pengadopsi mobil listrik. Mereka antara lain kelompok usia 25-35 tahun yang sedang membangun karier.
Kemudian kelompok berikutnya adalah usia 36-50 tahun yang sudah mapan secara finansial. Terakhir kelompok 50 tahun ke atas atau usia pensiunan yang ingin tetap bermobilitas nyaman dan efisien.
Jakarta: Pasar
kendaraan listrik di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan signifikan. Situasi ini juga seiring dengan masuknya berbagai pabrikan ataupun brand otomotif yang memasarkan kendaraan listrik dengan segmen beragam.
Menariknya, berdasarkan hasil survei, pengguna mobil listrik di Indonesia masih didominasi oleh early adopter, sedangkan selebihnya berasal dari kalangan early majority, yakni konsumen yang lebih berani menjadi pelopor dan lebih terbuka dengan teknologi baru. Artinya tingkat adopsi kendaraan di masyarakat luas masih terbatas.
Temuan ini muncul dalam riset ID COMM bertajuk “Menuju Era Mobil Listrik: Sejauh Mana Indonesia Siap”. Hasil riset tersebut turut mengidentifikasi hambatan dan peluang yang bisa menjadi masukan strategis bagi para pemangku kepentingan.
Dalam laporannya, disebutkan bahwa adopsi mobil listrik di Indonesia sejauh ini masih terdorong motif ekonomi, terutama efisiensi biaya operasional dan adanya insentif fiskal. Mayoritas pengguna merupakan kelompok menengah atas perkotaan yang sebelumnya telah memiliki setidaknya satu atau dua kendaraan konvensional.
"Transisi ini lebih menunjukkan pergeseran perilaku daripada perluasan pasar baru. Informasi ini penting untuk diketahui berbagai pihak terkait sektor otomotif," jelas Co-Founder dan Director ID COMM sekaligus pemimpin riset, Asti Putri di Cikini, Jakarta Pusat, Kamis, 11 Desember 2025.
Sebelumnya, pemerintah telah menargetkan populasi mobil listrik sebanyak 2 juta unit pada 2030 sebagai bagian dari upaya transisi energi nasional. Mengutip data GAIKINDO, jumlah battery electric vehicle (BEV) naik dari 15.318 unit pada 2023 menjadi 43.188 unit pada 2024, lalu mencapai 51.191 unti hanya dalam delapan bulan pertama 2025.
Faktor ekonomi dan psikologis
Dari sisi konsumen, faktor ekonomi menjadi pertimbangan utama dalam memutuskan membeli mobil listrik. Biaya operasional yang lebih hemat menjadi daya tarik, terutama bagi pengguna dengan mobilitas tinggi. Insentif pajak turut memperkuat minat, mengingat besaran pajak tahunan mobil listrik hanya sekitar Rp150.000.
Selain alasan finansial, faktor psikologis juga berperan. Pemilik mobil listrik merasa bangga menjadi bagian dari early adopter. Mereka menikmati peran sebagai trend setter dan identik dengan gaya hidup modern, sementara kepedulian lingkungan masih menjadi alasan tambahan.
Proses pengambilan keputusan konsumen mobil listrik pun tidak jauh berbeda dari pembeli mobil konvensional. Rekomendasi dari lingkungan terdekat, konten di media sosial, serta ulasan influencer otomotif menjadi sumber informasi utama sebelum menentukan pilihan.
Riset ini juga mengungkap bahwa seluruh responden pemilik mobil listrik sebelumnya telah memiliki kendaraan konvensional. Dengan rentang harga pembelian antara Rp189 juta hingga Rp1,58 miliar, terlihat bahwa pengguna mobil listrik saat ini masih terfokus pada segmen menengah atas.
Tiga kelompok pengguna mobil listrik
Temuan lainnya mengungkapkan setidaknya ada tiga kelompok pengadopsi mobil listrik. Mereka antara lain kelompok usia 25-35 tahun yang sedang membangun karier.
Kemudian kelompok berikutnya adalah usia 36-50 tahun yang sudah mapan secara finansial. Terakhir kelompok 50 tahun ke atas atau usia pensiunan yang ingin tetap bermobilitas nyaman dan efisien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)