Jakarta: Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Yuliot Tanjung menyampaikan hal pentig dalam pertemuanya dengan perusahaan produsen baterai kendaraan listrik asal Tiongkok.
Produsen bernama Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), ditargetkan mulai memproduksi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia paling lambat pada Maret 2026.
“Mereka (CATL) mengharapkan itu paling lambat Maret 2026 sudah berproduksi di Indonesia,” kata Yuliot dikutip dari Antara.
Pernyataan tersebut menyusul pertemuan antara Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang membahas tindak lanjut rencana investasi ekosistem terintegrasi baterai kendaraan listrik.
Proyek ini merupakan hasil kerja sama antara CATL dan Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pembangunan pabrik sel baterai di Indonesia.
Yuliot memastikan bahwa investasi CATL tetap berjalan dengan kapasitas produksi sebesar 15 GWh. Namun, untuk tahap awal pada 2026, CATL akan memulai produksi sebesar 7,5 GWh, atau separuh dari kapasitas total yang direncanakan.
“Ini tahap pertama sudah mendapatkan persetujuan (dari Pemerintah China) 7,5 GWh,” kata Yuliot pula.
Sisa kapasitas 7,5 GWh akan didanai melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO). Setelah IPO terealisasi, kapasitas penuh 15 GWh dapat diwujudkan sesuai rencana investasi awal.
Yuliot juga mengungkapkan bahwa CATL sudah memiliki offtaker atau pembeli hasil produksi baterai kendaraan listrik dari kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Namun, nama vendor pembeli tersebut masih belum bisa diumumkan.
“Jadi, sesuai dengan perencanaan awal, kapasitas produksinya tetap 15 GWh,” ujar Yuliot.
Jakarta: Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen
ESDM) Yuliot Tanjung menyampaikan hal pentig dalam pertemuanya dengan perusahaan produsen baterai
kendaraan listrik asal
Tiongkok.
Produsen bernama Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL), ditargetkan mulai memproduksi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia paling lambat pada Maret 2026.
“Mereka (CATL) mengharapkan itu paling lambat Maret 2026 sudah berproduksi di Indonesia,” kata Yuliot dikutip dari Antara.
Pernyataan tersebut menyusul pertemuan antara Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dengan Menteri BUMN Erick Thohir yang membahas tindak lanjut rencana investasi ekosistem terintegrasi baterai kendaraan listrik.
Proyek ini merupakan hasil kerja sama antara CATL dan Indonesia Battery Corporation (IBC) dalam pembangunan pabrik sel baterai di Indonesia.
Yuliot memastikan bahwa investasi CATL tetap berjalan dengan kapasitas produksi sebesar 15 GWh. Namun, untuk tahap awal pada 2026, CATL akan memulai produksi sebesar 7,5 GWh, atau separuh dari kapasitas total yang direncanakan.
“Ini tahap pertama sudah mendapatkan persetujuan (dari Pemerintah China) 7,5 GWh,” kata Yuliot pula.
Sisa kapasitas 7,5 GWh akan didanai melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO). Setelah IPO terealisasi, kapasitas penuh 15 GWh dapat diwujudkan sesuai rencana investasi awal.
Yuliot juga mengungkapkan bahwa CATL sudah memiliki offtaker atau pembeli hasil produksi baterai kendaraan listrik dari kawasan Eropa dan Amerika Serikat. Namun, nama vendor pembeli tersebut masih belum bisa diumumkan.
“Jadi, sesuai dengan perencanaan awal, kapasitas produksinya tetap 15 GWh,” ujar Yuliot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)