medcom.id, Jakarta: PT Ford Motor Indonesia (FMI) menulis pernyataan resmi akan tutup apada akhir tahun 2016 ini. Namun mereka tetap menjamin pelayanan kendaraan untuk konsumen Ford di Indonesia.
Cerita mengenai brand Amerika kembali mengguncang bisnis otomotif di Indonesia, bukan yang pertama kali. Setelah Chevrolet menutup pabrik perakitan di Pondok Ungu, Bekasi semester satu tahun lalu, disusul PT Mabua Harley-Davidson (MHD) yang menutup dealer besar mereka di Sultan Iskandarsyah, Jakarta Selatan pada akhir 2015.
Chevrolet menutup pabriknya lantaran tak bisa bersaing dengan mobil brand Jepang dari sisi harga, dan promo penjualan. Belum lagi, ada kabar yang mengatakan kalau komponen Chevrolet Spin (mobil yang diproduksi) justru didatangkan dari berbagai negara, yang membuat sulit bersaing dari sisi harga.
Sementara penutupan dealer Harley-Davidson sebagai langkah efisiensi. "Kondisi ekonomi yang begitu sulit pada akhirnya ikut memengaruhi penjualan kami. Sebagai langkah efisiensi, diler di Iskandarsyah dengan terpaksa kami tutup," papar Djonie Rahmat, Direktur Utama MHD beberapa waktu lalu.
Ya memang tahun 2015 kemarin terasa sangat berat, termasuk bagi pelaku industri otomotif. Penjualan mobil nasional pun turun hingga 16 persen, untuk wholesales dan 13 persen untuk retail.
Trik promo menarik, diskon hingga kemudahan cicilan jadi senjata utama brand-brand Jepang tetap bertahan. Di satu sisi, rata-rata brand Jepang juga memiliki pabrik di Indonesia, sehingga mampu menekan biaya produksi.
Maka sial bagi brand asal negara paman Sam, mereka tak bisa bersaing dengan cara yang sama. Kendaraan didatangkan utuh dari Thailand, Korea Selatan atau bahkan langsung dari Amerika sendiri, yang memakan biaya lebih tinggi. Mereka pun harus memeras keringat untuk bisa bertahan di Indonesia.
Chevrolet meski tak punya pabrik lagi, mereka masih yakin dengan terus eksis. Bahkan mereka belum lama ini menghadirkan produk SUV Chevrolet Trax untuk Indonesia. Namun Ford punya pandangan berbeda, penjualan yang selalu merugi, jadi alasan mereka mengakhiri usahanya di Indonesia.
medcom.id, Jakarta: PT Ford Motor Indonesia (FMI) menulis pernyataan resmi akan tutup apada akhir tahun 2016 ini. Namun mereka tetap menjamin pelayanan kendaraan untuk konsumen Ford di Indonesia.
Cerita mengenai brand Amerika kembali mengguncang bisnis otomotif di Indonesia, bukan yang pertama kali. Setelah Chevrolet menutup pabrik perakitan di Pondok Ungu, Bekasi semester satu tahun lalu, disusul PT Mabua Harley-Davidson (MHD) yang menutup dealer besar mereka di Sultan Iskandarsyah, Jakarta Selatan pada akhir 2015.
Chevrolet menutup pabriknya lantaran tak bisa bersaing dengan mobil brand Jepang dari sisi harga, dan promo penjualan. Belum lagi, ada kabar yang mengatakan kalau komponen Chevrolet Spin (mobil yang diproduksi) justru didatangkan dari berbagai negara, yang membuat sulit bersaing dari sisi harga.
Sementara penutupan dealer Harley-Davidson sebagai langkah efisiensi. "Kondisi ekonomi yang begitu sulit pada akhirnya ikut memengaruhi penjualan kami. Sebagai langkah efisiensi, diler di Iskandarsyah dengan terpaksa kami tutup," papar Djonie Rahmat, Direktur Utama MHD beberapa waktu lalu.
Ya memang tahun 2015 kemarin terasa sangat berat, termasuk bagi pelaku industri otomotif. Penjualan mobil nasional pun turun hingga 16 persen, untuk wholesales dan 13 persen untuk retail.
Trik promo menarik, diskon hingga kemudahan cicilan jadi senjata utama brand-brand Jepang tetap bertahan. Di satu sisi, rata-rata brand Jepang juga memiliki pabrik di Indonesia, sehingga mampu menekan biaya produksi.
Maka sial bagi
brand asal negara paman Sam, mereka tak bisa bersaing dengan cara yang sama. Kendaraan didatangkan utuh dari Thailand, Korea Selatan atau bahkan langsung dari Amerika sendiri, yang memakan biaya lebih tinggi. Mereka pun harus memeras keringat untuk bisa bertahan di Indonesia.
Chevrolet meski tak punya pabrik lagi, mereka masih yakin dengan terus eksis. Bahkan mereka belum lama ini menghadirkan produk SUV Chevrolet Trax untuk Indonesia. Namun Ford punya pandangan berbeda, penjualan yang selalu merugi, jadi alasan mereka mengakhiri usahanya di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)