Ciputat: Kalau bicara soal mengakal-akali, boleh dibilang warga “+62” memang lumayan jagonya. Bahkan salah satunya yang kerap diakali adalah busi yang sudah lemah sebisa mungkin “dikreasikan” untuk kembali sehat.
Akal-akalan oleh pemilik kendaraan, atau oleh mekanik ketika kendaraan mampir ke bengkel, lantaran bermasalah dengan busi. Komponen busi menjadi sasaran perilaku, di antaranya yang dikenal dengan istilah ketuk busi dan amplas busi.
Apakah Itu Ketuk dan Amplas Busi?
Memang kelihatannya sepele, ketika elektroda pusat atau ground busi kelihatan kotor. Membuat proses pengapian di dalam mesin kendaraan, dirasakan oleh penggunanya sudah tidak tokcer lagi.
Busi dibuka, dan dicabut dari penampangnya. Selanjutnya busi diketuk-ketuk atau diamplas. Padahal jika hal tersebut terus dibiarkan, bukannya selesai masalah malah berisiko timbul problem baru.
Namun kiranya saat ini masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang belum sepenuhnya memahami, tentang celah elektroda busi dan efek berantainya, jika salah penanganan. Sehingga cukup menjamur tradisi ketuk busi dan amplas busi, dibandingkan memilih untuk membeli busi baru.
Misalnya saja soal amplas busi, umumnya hal ini dilakukan karena dorongan untuk menghilangkan kotoran atau kerak hitam, yang melekat pada elektroda busi akibat pemakaian dalam proses pembakaran di dalam mesin. Tetapi, sebetulnya dengan mengamplas kotoran atau kerak tersebut, justru malah mengikis elektroda. Alhasil celah antar elektroda tersebut semakin renggang.
Terlebih lagi perbaikan dengan menggunakan metode ketuk busi. Hanya karena pemilik kendaraan ogah membeli busi baru, akhirnya busi diketuk dan dipecahkan bagian keramiknya. Tujuannya supaya permukaan elektroda di bodi busi semakin terbuka. Padahal, jika melakukan hal ini, berarti jumlah aliran listrik menjadi lebih besar.
Akibatnya area yang pecah dan terbuka tadi menjadi jauh lebih panas dari yang semestinya. Kalau sudah begini, tidak hanya kotoran atau kerak hitam yang timbul.
Dampak jangka panjangnya adalah membuat pergerakan piston menjadi tidak seimbang, karena posisi asal percikan api yang tidak pada tempat seharusnya, alias sudah meleset.
Busi Menjadi Mata-Mata
“Sebetulnya busi itu bisa menjadi saksi mata, perihal adanya masalah pada kendaraan. Jadi ketika busi hitam, atau merah overheat berarti kan ada kebocoran karbon atau pendinginan yang kurang bagus. Jadi salah banget kalau dikatakan busi penyebab kerusakan kendaraan. Justru busi malah memberi tahu kita, saksi mata di ruang bakar itu ada masalah apa,” ucap Technical Support PT NGK Busi Indonesia, Diko Oktaviano, ketika ditemui pada acara coaching clinic seputar busi, di kawasan Ciputat, Tangerang, beberapa waktu lalu
Diko kembali menyampaikan perlu diubah mindsetnya. Bukannya busi yang harus diperbaiki atau diganti, melainkan masalah pada mesinnya.
“Jadi harus diubah pola pikirnya, perbaiki mesinnya maka otomatis busi akan sehat, tak perlu repot-repot bawa busi cadangan,” terang Diko.
Mengenai produk busi NGK sendiri, saat ini telah memiliki empat jenis busi di Indonesia, termasuk di dalamnya tipe Laser dengan dua logam mulia. NGK juga mengeluarkan jenis busi terbaru yang spesifik, yakni busi khusus balap. (Autogear.id/Alun Segoro)
Ciputat: Kalau bicara soal mengakal-akali, boleh dibilang warga “+62” memang lumayan jagonya. Bahkan salah satunya yang kerap diakali adalah busi yang sudah lemah sebisa mungkin “dikreasikan” untuk kembali sehat.
Akal-akalan oleh pemilik kendaraan, atau oleh mekanik ketika kendaraan mampir ke bengkel, lantaran bermasalah dengan busi. Komponen busi menjadi sasaran perilaku, di antaranya yang dikenal dengan istilah ketuk busi dan amplas busi.
Apakah Itu Ketuk dan Amplas Busi?
Memang kelihatannya sepele, ketika elektroda pusat atau ground busi kelihatan kotor. Membuat proses pengapian di dalam mesin kendaraan, dirasakan oleh penggunanya sudah tidak tokcer lagi.
Busi dibuka, dan dicabut dari penampangnya. Selanjutnya busi diketuk-ketuk atau diamplas. Padahal jika hal tersebut terus dibiarkan, bukannya selesai masalah malah berisiko timbul problem baru.
Namun kiranya saat ini masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang belum sepenuhnya memahami, tentang celah elektroda busi dan efek berantainya, jika salah penanganan. Sehingga cukup menjamur tradisi ketuk busi dan amplas busi, dibandingkan memilih untuk membeli busi baru.
Misalnya saja soal amplas busi, umumnya hal ini dilakukan karena dorongan untuk menghilangkan kotoran atau kerak hitam, yang melekat pada elektroda busi akibat pemakaian dalam proses pembakaran di dalam mesin. Tetapi, sebetulnya dengan mengamplas kotoran atau kerak tersebut, justru malah mengikis elektroda. Alhasil celah antar elektroda tersebut semakin renggang.
Terlebih lagi perbaikan dengan menggunakan metode ketuk busi. Hanya karena pemilik kendaraan ogah membeli busi baru, akhirnya busi diketuk dan dipecahkan bagian keramiknya. Tujuannya supaya permukaan elektroda di bodi busi semakin terbuka. Padahal, jika melakukan hal ini, berarti jumlah aliran listrik menjadi lebih besar.
Akibatnya area yang pecah dan terbuka tadi menjadi jauh lebih panas dari yang semestinya. Kalau sudah begini, tidak hanya kotoran atau kerak hitam yang timbul.
Dampak jangka panjangnya adalah membuat pergerakan piston menjadi tidak seimbang, karena posisi asal percikan api yang tidak pada tempat seharusnya, alias sudah meleset.
Busi Menjadi Mata-Mata
“Sebetulnya busi itu bisa menjadi saksi mata, perihal adanya masalah pada kendaraan. Jadi ketika busi hitam, atau merah overheat berarti kan ada kebocoran karbon atau pendinginan yang kurang bagus. Jadi salah banget kalau dikatakan busi penyebab kerusakan kendaraan. Justru busi malah memberi tahu kita, saksi mata di ruang bakar itu ada masalah apa,” ucap Technical Support PT NGK Busi Indonesia, Diko Oktaviano, ketika ditemui pada acara coaching clinic seputar busi, di kawasan Ciputat, Tangerang, beberapa waktu lalu
Diko kembali menyampaikan perlu diubah mindsetnya. Bukannya busi yang harus diperbaiki atau diganti, melainkan masalah pada mesinnya.
“Jadi harus diubah pola pikirnya, perbaiki mesinnya maka otomatis busi akan sehat, tak perlu repot-repot bawa busi cadangan,” terang Diko.
Mengenai produk busi NGK sendiri, saat ini telah memiliki empat jenis busi di Indonesia, termasuk di dalamnya tipe Laser dengan dua logam mulia. NGK juga mengeluarkan jenis busi terbaru yang spesifik, yakni busi khusus balap.
(Autogear.id/Alun Segoro)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)