motor listrik selis. Medcom.id/Ekawan Raharja
motor listrik selis. Medcom.id/Ekawan Raharja

Motor Listrik Sepi Peminat, Karena Harga Sekennya Anjlok?

Ekawan Raharja • 28 Agustus 2024 08:30
Jakarta: Asosiasi Electric Mobility Listrik (AEML) mengungkapkan minat terhadap motor listrik di Indonesia masih tergolong rendah. Mereka menilai salah satu penyebabnya adalah harga jual kembalinya yang jatuh.
 
Sekretaris Jenderal AEML, Rian Ernest, menjelaskan salah satu faktor utama yang mempengaruhi rendahnya minat tersebut adalah belum siapnya pasar sekunder untuk motor listrik di Tanah Air. Rian menjelaskan banyak calon konsumen di Indonesia belum yakin untuk beralih ke motor listrik karena mereka belum melihat adanya pasar sekunder yang memadai.
 
"Apa itu secondary market? Kalau beli motor itu, menganggap seperti aset. Kalau saya beli lalu dijual sebulan lagi misal, inginnya turun sedikit,” ujar Rian di Kawasan SCBD Jakarta.

Menurut Rian, konsumen di Indonesia masih terbiasa dengan konsep kendaraan konvensional memiliki nilai jual kembali yang cukup stabil, berbeda dengan kendaraan listrik yang cenderung mengalami depresiasi yang lebih cepat.
 
Baca Juga:
Ada 50 Mobil Siap Tes di GIIAS Surabaya 2024

 
“Padahal jika dibandingkan dengan negara-negara lain, pembelian kendaraan itu dianggap sebagai opex (biaya operasional) saja dalam arti begitu dibeli dan dibawa pulang, pasti harganya sudah turun 30 persen, dan itu normal,” lanjutnya.
 
Ia juga menyoroti pasar motor bekas untuk motor konvensional di Indonesia masih cukup baik, sehingga motor konvensional tetap lebih diminati dibandingkan motor listrik. “Indonesia lumayan unik pasarnya. Secondary market untuk motor konvensional masih cukup baik. Harganya masih bagus,” kata Rian.

Apresiasi Terhadap Insentif Motor Listrik

Meskipun adopsi motor listrik masih belum optimal, Rian tetap memberikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia yang telah mengupayakan berbagai cara untuk mendorong penjualan motor listrik, salah satunya melalui pemberian insentif sebesar Rp7 juta per unit.
 
Rian berharap insentif ini tetap berlanjut, terutama di bawah pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada periode 2024-2029.
 
Baca Juga:
Konsumsi All New Prius HEV Tembus 29,4 Km/Liter

 
“Kami berharap di bawah Prabowo-Gibran, insentif untuk kendaraan roda dua (listrik) tetap dijalankan karena pelaku usaha sudah terbiasa dengan sistem reimbursement-nya. Publik juga sudah melihat ada insentif Rp7 juta ini. Kalo di-stop, momentumnya bisa hilang,” harap Rian.
 
Lebih lanjut, Rian menyampaikan bahwa AEML terus menjalin komunikasi yang baik dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) serta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk mempertahankan insentif ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan