medcom.id, Jakarta: Keberadaan usher alias pelayan berupa wanita-wanita cantik yang biasanya digunakan sebagai SPG (sales promotion girl), kembali jadi topik utama banyak media saat ini. Terlebih ketika "Charger Girl" alias "Gadis Charger" mulai dibahas banyak orang pada event munas Hipmi 2015.
Di dunia otomotif baik itu kegiatan peluncuran produk baru, pameran atau pun racing, keberadaan usher atau SPG tidak pernah terpisahkan. Sebagian yang lain malah menempatkan keberadaan wanita yang kebanyakan berusia belia ini sebagai item pokok. Artinya tanpa keberadaan gadis-gadis ini, produk yang ditawarkan kurang artistik.
"Sebenarnya tergantung dari objek yang ingin dicapai. Kalau memang objek yang ingin kita capai mengharuskan adanya bantuan wanita-wanita SPG atau usher ini, ya kita akan pakai. SPG itu sebenarnya kita perlukan untuk memberikan keterangan mengenai informasi yang ingin disampaikan perusahaan kepada konsumen. Kita kerja secara profesional kok!" ujar Ahmad Muhibbuddin selaku Deputy Head of Corporate Communication PT Astra Honda Motor (AHM).
Alasan lain menggunakan gadis-gadis ini adalah agar konsumen tertarik untuk membeli produk yang dipasarkan. Namun hal itu ditepis oleh Almi Novianto selaku Head of Public Relation PT Hyundai Mobil Indonesia (HMI). Ia menganggap bahwa objektifitasnya bukanlah untuk urusan penjualan.
"Kalau berbicara tentang penjualan, senjatanya bukan di SPG atau usher. Toh, yang paling banyak jualan adalah salesman alias sales laki-laki. Hyundai sendiri dulunya jarang pakai SPG. Tapi sekarang karena teman-teman media juga kadang meminta ada item itu. Alasannya fotonya kurang asyik kalau enggak ada pemanisnya. Itu pun berlaku secara global, bukan hanya di Indonesia saja."
Jika Agen Pemegang Merek (APM) menggunakan garis hubungan mereka dengan usher dengan jalan profesionalisme yang positif, lain lagi halnya dengan Butros (bukan nama sebenarnya) yang bekerja di sebuah perusahaan otomotif. Ia menganggap bahwa SPG atau usher itu bekerja bukan hanya sebagai pemanis saja, namun juga bisa digunakan sebagai gadis penghibur.
"Awalnya kan kita tanya dulu, bayarannya segini (tarif standar) kalau melakukan tugas sebagai SPG. Namun bayaran ini bisa naik segini (tarif lebih tinggi), kalau mau menemani konsumen dengan cara yang lebih. Ya tentunya kita cari yang memang sudah biasa melakukan itu," klaim Butros.
Tapi tidak semua APM memberikan tugas yang sebenarnya kepada gadis-gadis yang rata-rata berusia dibawah 20 tahunan itu. Di awal 2014 lalu, dalam sesi private party dan launching product otomotif, ada juga APM yang menawarkan gadis-gadis penghibur.
"Cewek-ceweknya sudah dibayar lunas sama APM-nya om, jadi tinggal pilih saja. Makanya mereka berpakaian sangat minim tuh!" ujar seorang tamu undangan menyarankan dengan wajah girang.
medcom.id, Jakarta: Keberadaan
usher alias pelayan berupa wanita-wanita cantik yang biasanya digunakan sebagai SPG (sales promotion girl), kembali jadi topik utama banyak media saat ini. Terlebih ketika "
Charger Girl" alias "Gadis
Charger" mulai dibahas banyak orang pada
event munas Hipmi 2015.
Di dunia otomotif baik itu kegiatan peluncuran produk baru, pameran atau pun racing, keberadaan usher atau SPG tidak pernah terpisahkan. Sebagian yang lain malah menempatkan keberadaan wanita yang kebanyakan berusia belia ini sebagai item pokok. Artinya tanpa keberadaan gadis-gadis ini, produk yang ditawarkan kurang artistik.

"Sebenarnya tergantung dari objek yang ingin dicapai. Kalau memang objek yang ingin kita capai mengharuskan adanya bantuan wanita-wanita
SPG atau
usher ini, ya kita akan pakai.
SPG itu sebenarnya kita perlukan untuk memberikan keterangan mengenai informasi yang ingin disampaikan perusahaan kepada konsumen. Kita kerja secara profesional kok!" ujar Ahmad Muhibbuddin selaku
Deputy Head of Corporate Communication PT Astra Honda Motor (AHM).
Alasan lain menggunakan gadis-gadis ini adalah agar konsumen tertarik untuk membeli produk yang dipasarkan. Namun hal itu ditepis oleh Almi Novianto selaku
Head of Public Relation PT Hyundai Mobil Indonesia (HMI). Ia menganggap bahwa objektifitasnya bukanlah untuk urusan penjualan.
"Kalau berbicara tentang penjualan, senjatanya bukan di
SPG atau
usher. Toh, yang paling banyak jualan adalah salesman alias sales laki-laki. Hyundai sendiri dulunya jarang pakai
SPG. Tapi sekarang karena teman-teman media juga kadang meminta ada item itu. Alasannya fotonya kurang asyik kalau enggak ada pemanisnya. Itu pun berlaku secara global, bukan hanya di Indonesia saja."

Jika Agen Pemegang Merek (APM) menggunakan garis hubungan mereka dengan usher dengan jalan profesionalisme yang positif, lain lagi halnya dengan Butros (bukan nama sebenarnya) yang bekerja di sebuah perusahaan otomotif. Ia menganggap bahwa
SPG atau
usher itu bekerja bukan hanya sebagai pemanis saja, namun juga bisa digunakan sebagai gadis penghibur.
"Awalnya kan kita tanya dulu, bayarannya segini (tarif standar) kalau melakukan tugas sebagai SPG. Namun bayaran ini bisa naik segini (tarif lebih tinggi), kalau mau menemani konsumen dengan cara yang lebih. Ya tentunya kita cari yang memang sudah biasa melakukan itu," klaim Butros.
Tapi tidak semua APM memberikan tugas yang sebenarnya kepada gadis-gadis yang rata-rata berusia dibawah 20 tahunan itu. Di awal 2014 lalu, dalam sesi
private party dan
launching product otomotif, ada juga APM yang menawarkan gadis-gadis penghibur.
"Cewek-ceweknya sudah dibayar lunas sama APM-nya om, jadi tinggal pilih saja. Makanya mereka berpakaian sangat minim tuh!" ujar seorang tamu undangan menyarankan dengan wajah girang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UDA)