Depok: Dalam mendukung transisi energi Indonesia menuju target netralitas karbon pada 2060, Toyota Indonesia menekankan pentingnya pendekatan teknologi multi-pathway.
Oleh sebab itu, perusahaan mengkombinasikan berbagai teknologi dan bahan bakar untuk menurunkan emisi karbon dari waktu ke Waktu.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandi Julyanto, menyebutkan tidak ada satu solusi yang dapat memenuhi kebutuhan transisi energi secara menyeluruh. Pendekatan 'No Single Solution' mengedepankan kombinasi teknologi yang beragam untuk menekan emisi karbon, sesuai dengan inisiatif yang diambil perusahaan melalui kendaraan hemat bahan bakar, biofuel, bioethanol, serta teknologi elektrifikasi.
“Penggunaan EBT (Energi Baru dan Terbarukan) seperti bioenergi dapat membantu mengurangi ketergantungan konsumsi bahan bakar fosil di semua sektor terkait seperti pembangkit listrik, domestik, industri, dan sektor transportasi. Bioenergi termasuk bioethanol dan biofuel, memainkan peranan utama dalam mendukung Indonesia untuk menuju transisi energi serta mereduksi emisi,” ujar Nandi Julyanto dalam seminar nasional bertema 'Strategi Percepatan Transisi Energi: Pendekatan Quick Win Sebagai Solusi Praktis Dalam Mewujudkan Pencapaian Target NDC 2030 pada Rabu (30-10-2024) yang diselenggarakan di Universitas Indonesia.
Pabrikan asal Jepang tersebut menegaskan strategi multi-pathway ini juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani. Peningkatan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) diharapkan tidak hanya menekan emisi karbon tetapi juga memberikan manfaat ekonomi, terutama bagi petani Indonesia.
Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, Bob Azam, menyampaikan dalam memasuki era elektrifikasi, industri otomotif nasional harus dilibatkan untuk menjaga stabilitas ekonomi. Prinsip No One Left Behind mengedepankan pengembangan berbagai jenis teknologi kendaraan rendah emisi, mulai dari LCGC, flexy engine dengan bio diesel dan bio ethanol, hingga elektrifikasi seperti HEV, PHEV, BEV, dan FCEV.
“Hal ini juga selaras dengan visi Beyond Zero yang menjadi pedoman Toyota mengimplementasikan seluruh upaya, menuju netralitas karbon dengan beragam solusi teknologi. Beyond Zero menandakan komitmen mengeksplorasi berbagai strategi dan solusi inovatif, demi menciptakan masa depan yang berkelanjutan,” jelas Bob.
Visi Beyond Zero ini didasari pada komitmen perusahaan untuk menghasilkan dampak positif, baik dalam hal keberlanjutan lingkungan maupun ketahanan energi, dengan berfokus pada ekonomi sirkuler yang memaksimalkan pemanfaatan sumber daya serta meminimalkan dampak lingkungan.
Langkah-langkah strategis ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan rendah emisi yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi serta hub ekspor kendaraan berdaya saing tinggi.
"Semua lapisan masyarakat terutama generasi muda dapat berkontribusi pada berbagai aktivitas pengurangan emisi. Berbagai pilihan teknologi kendaraan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan publik yang beragam, demi mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan multi-pathway atau rendah emisi yang terintegrasi dari hulu hingga hilir," tutup Bob Azam.
Depok: Dalam mendukung transisi
energi Indonesia menuju target
netralitas karbon pada 2060,
Toyota Indonesia menekankan pentingnya pendekatan teknologi multi-pathway.
Oleh sebab itu, perusahaan mengkombinasikan berbagai teknologi dan bahan bakar untuk menurunkan emisi karbon dari waktu ke Waktu.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandi Julyanto, menyebutkan tidak ada satu solusi yang dapat memenuhi kebutuhan transisi energi secara menyeluruh. Pendekatan 'No Single Solution' mengedepankan kombinasi teknologi yang beragam untuk menekan emisi karbon, sesuai dengan inisiatif yang diambil perusahaan melalui kendaraan hemat bahan bakar, biofuel, bioethanol, serta teknologi elektrifikasi.
“Penggunaan EBT (Energi Baru dan Terbarukan) seperti bioenergi dapat membantu mengurangi ketergantungan konsumsi bahan bakar fosil di semua sektor terkait seperti pembangkit listrik, domestik, industri, dan sektor transportasi. Bioenergi termasuk bioethanol dan biofuel, memainkan peranan utama dalam mendukung Indonesia untuk menuju transisi energi serta mereduksi emisi,” ujar Nandi Julyanto dalam seminar nasional bertema 'Strategi Percepatan Transisi Energi: Pendekatan Quick Win Sebagai Solusi Praktis Dalam Mewujudkan Pencapaian Target NDC 2030 pada Rabu (30-10-2024) yang diselenggarakan di Universitas Indonesia.
Pabrikan asal Jepang tersebut menegaskan strategi multi-pathway ini juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani. Peningkatan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) diharapkan tidak hanya menekan emisi karbon tetapi juga memberikan manfaat ekonomi, terutama bagi petani Indonesia.
Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, Bob Azam, menyampaikan dalam memasuki era elektrifikasi, industri otomotif nasional harus dilibatkan untuk menjaga stabilitas ekonomi. Prinsip No One Left Behind mengedepankan pengembangan berbagai jenis teknologi kendaraan rendah emisi, mulai dari LCGC, flexy engine dengan bio diesel dan bio ethanol, hingga elektrifikasi seperti HEV, PHEV, BEV, dan FCEV.
“Hal ini juga selaras dengan visi Beyond Zero yang menjadi pedoman Toyota mengimplementasikan seluruh upaya, menuju netralitas karbon dengan beragam solusi teknologi. Beyond Zero menandakan komitmen mengeksplorasi berbagai strategi dan solusi inovatif, demi menciptakan masa depan yang berkelanjutan,” jelas Bob.
Visi Beyond Zero ini didasari pada komitmen perusahaan untuk menghasilkan dampak positif, baik dalam hal keberlanjutan lingkungan maupun ketahanan energi, dengan berfokus pada ekonomi sirkuler yang memaksimalkan pemanfaatan sumber daya serta meminimalkan dampak lingkungan.
Langkah-langkah strategis ini diharapkan dapat mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan rendah emisi yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi serta hub ekspor kendaraan berdaya saing tinggi.
"Semua lapisan masyarakat terutama generasi muda dapat berkontribusi pada berbagai aktivitas pengurangan emisi. Berbagai pilihan teknologi kendaraan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan publik yang beragam, demi mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan multi-pathway atau rendah emisi yang terintegrasi dari hulu hingga hilir," tutup Bob Azam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)