Hiroshima: Toyota memperingatkan ada resiko kurangnya sumber daya untuk mobil listrik. Oleh sebab itu, insinyur pabrikan asal Jepang itu memperingatkan keberadaan mobil listrik bukan satu-satunya solusi untuk menurunkan polusi.
Kepala Eksekutif Toyota Research Institute, Gill Pratt, mengatakan untuk negara-negara yang masih menggunakan batu bara sebagai pembangkit listrik, kendaraan hybrid menjadi opsi yang lebih baik untuk menekan emisi CO2.
“Bahan baterai dan infrastruktur pengisian terbarukan pada akhirnya akan berlimpah. Tetapi akan membutuhkan waktu puluhan tahun untuk menambang material baterai, membangun pembangkit listrik terbarukan, jalur transmisi, dan fasilitas penyimpanan energi,” kata Pratt disadur dari Reuters.
Hal ini menjadi jawaban bagi berbagai pihak yang menilai rival dari Volkswagen tersebut lamban dalam pengembangan mobil listrik berbasis battery electric vehicle (BEV). Terlebih saat ini semakin banyak merek-merek yang mengembangkan mobil listrik BEV seperti Tesla.
Baca Juga:
Siap Seru-Seruan di Formula E Jakarta? Ini Harga Tiketnya
Selain itu, produsen mobil nomor 1 di dunia ini juga memiliki mobil hybrid, termasuk Prius, sebagai pilihan di pasar otomotif. Mereka juga berkomitmen untuk menjual 1,5 juta mobil bertenaga baterai pada tahun 2026 dan memperkenalkan 10 model baru yang sepenuhnya listrik.
Laporan muncul pada tahun 2022 tentang mantan kepala eksekutif Toyota, Akio Toyoda, yang melobi pemerintah Jepang untuk menyatakan dukungan yang jelas untuk kendaraan hibrida seperti dukungan untuk kendaraan listrik.
“EV (kendaraan listrik) adalah salah satu opsi yang sangat penting untuk mencapai netralitas karbon, seperti halnya kendaraan berbahan hidrogen,” ucapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id