Reasuransi melakukan edukasi dasar bisnis industri asuransi untuk membuat permintaan asuransi kian diminati. Thecheaperinsurance
Reasuransi melakukan edukasi dasar bisnis industri asuransi untuk membuat permintaan asuransi kian diminati. Thecheaperinsurance

Penjualan Kendaraan dan Asuransi Menggeliat, Bagaimana dengan Indonesia Re?

Media Group News • 05 Februari 2023 17:06
Komitmen industri asuransi pasca era Covid-19 mulai berangsur normal. Terutama untuk segmentasi otomotif yang mengiringi permintaan kendaraan yang mulai tinggi. Namun bagaimana dengan industri asuransi pada umumnya? PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menyatakan komitmennya dalam hal industri asuransi dan reasuransi dalam negeri.
 
Cara yang sederhana adalah dengan mendorong bisnis berbasis pengetahuan (knowledge based business) di tengah market yang mengalami pengetatan. Hal itu diungkapkan Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu di sela-sela kegiatan bertajuk “Indonesia Re 2023 Treaty Renewal: Post Mortem & What's Next” yang dihelat pada Selasa (31/1/2023) lalu.
 
Benny menjelaskan pasar asuransi dan reasuransi secara global mengalami penguatan atau pengetatan (hardening market) dalam beberapa tahun terakhir. Namun, jelasnya, industri reasuransi di Indonesia tidak merespons dengan tepat. Kondisi itu, jelasnya, terjadi di tengah pandemi Covid-19 yang telah membawa perubahan yang cukup besar di industri perasuransian nasional. 
Selain itu, sejumlah klaim besar dalam beberapa tahun terakhir serta fenomena memburuknya asuransi kredit menjadi pemicu bagi industri melakukan perubahan secara signifikan untuk memulihkan pasar. Mereka pun melakukan perubahan signifikan untuk mendorong pemulihan kinerja perusahaan dan juga industri secara keseluruhan. 
 
Baca Juga:
Full Senyum, Ekspor Mobil Naik 63,5 Persen

 
“Kami berkomitmen untuk terus memberikan dukungan kepada industri perasuransian di Indonesia. Tentu dengan perubahan-perubahan yang kami sudah lakukan, terutama di dalam pertanggungan ulang, seperti bapak dan ibu sudah lihat bagaimana kami memperpanjang treaty di tahun kemarin. Dan kami akan terus melakukan perubahan-perubahan untuk melakukan perbaikan tentunya,” ungkap Benny.
 
Menurutnya, Indonesia Re mendorong industri asuransi untuk kembali menjadi bisnis yang berbasiskan pengetahuan atau knowledge based businesss. Pasalnya, selama ini industri asuransi dan reasuransi dinilai cenderung menjadi bisnis yang berbasiskan relasi. Untuk bisa melakukan perubahan itu, Benny menegaskan bahwa data, riset, dan teknologi memegang peranan penting. Data dan riset, menjadi modal untuk menjalankan bisnis berbasis pengetahuan, sedangkan secara digitalisasi atau teknologi akan mempererat proses tersebut. 
 
Perubahan ini, tambah Benny, juga menjadi penting lantaran industri asuransi dan reasuransi akan wajib mengimplementasikan  International Financial Reporting Standard (IFRS) 17 dan Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 74. Penerapan PSAK baru ini dinilai akan menjadi momentum signifikan yang akan mengubah cara asuransi dan reasuransi berbisnis.
 
“Di dalam PSAK 74 akan ada perubahan signifikan mulai dari pengakuan, pencatatan, pencadangan dan sebagainya. Ini memaksa kita [industri asuransi] untuk mengubah cara-cara bisnis. Yang paling penting adalah cara bisnis yang selama ini dijalankan berdasarkan relasi harus diubah menjadi [berbasiskan] knowledge,” jelasnya. 
 
Benny mengatakan perubahan tersebut bisa direalisasikan dengan kerja sama seluruh pemangku kepentingan di industri asuransi dan reasuransi. Indonesia Re, jelasnya, akan mendukung perubahan tersebut, termasuk dengan mengedukasi pasar dengan berbagai kegiatan, termasuk “Indonesia Re 2023 Treaty Renewal: Post Mortem & What's Next” yang dihelat awal tahun ini.
 
Baca Juga:
Red Bull KTM Dapat "Vitamin" Dari ExxonMobil untuk MotoGP

 
Langkah Lebih Lanjut Indonesia Re
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Teknik Operasi Indonesia Re Delil Khairat memerinci langkah yang telah dilakukan oleh BUMN di bidang reasuransi ini dalam mendorong perubahan di industri tersebut. Menurutnya, pengetatan yang terjadi di market dalam beberapa tahun terakhir mendorong Indonesia Re untuk melakukan perbaikan portofolio bisnis dengan menekankan pada sejumlah aspek, terutama treaty balance, pricing, dan risk concentration.
 
Dalam renewal treaty, jelasnya, Indonesia Re melakukan penyesuaian tarif atau pricing yang hampir terjadi pada seluruh mitra asuransi atau cedant. Di samping itu, Indonesia Re menghapus atau merestrukturisasi program-program treaty yang jarang digunakan atau tidak terpakai oleh cedant.“Penyesuaian pricing tidak dapat terelakkan yang dihadapi oleh banyak cedants,” jelasnya.
 
Setelah melakukan perubahan signifikan pada renewal treaty per Januari 2023, Delil menjelaskan Indonesia Re juga telah menyiapkan langkah-langkah berikutnya untuk mendorong perubahan di industri. Indonesia Re, jelasnya, antara lain akan terus mengelola dan mengkaji kembali lini bisnis dan treaty yang berkinerja kurang optimal. Di samping itu, perseroan akan mempersiapkan untuk renewal treaty berikutnya.
 
“Kami maintain kebijakan dan tetap pick and choose terhadap risiko, juga tetap memposisikan diri kami sebagai konsultan risiko terhadap cedant dalam membangun treaty program yang paling cocok bagi kebutuhan klien,” tegasnya.
 
Selain itu, kata Delil, Indonesia Re akan terus monitor profitabilitas dari partisipasi pada treaty sembari terus berupaya untuk memperkuat kemitraan dengan cedant. “Selanjutnya, kami berupaya dan terus berupaya meningkatkan layanan kami kepada klien.”
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(UDA)




LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif