Jakarta: Baby car seat atau kursi khusus bayi di mobil memiliki banyak manfaat bagi si kecil selama perjalanan. Salah satunya adalah melindungi dan membantu anak terhindar dari potensi mengalami kelumpuhan selama melakukan perjalanan.
“Untuk car seat itu sendiri saja ada regulasinya. Misalnya kalau satu bulan ke bawah, itu posisinya, lalu strapping-nya, kemudian membalik jadi tidak menghadap ke jalan itu di bawah 1 tahun dan lain-lain," kata Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Emergensi dan Rawat Intensif Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ririe Fachrina Malisie, dikutip dari Antara.
Ririe menekankan car seat sangat bermanfaat bagi anak agar terhindar dampak buruk kecelakaan lalu lintas. Dalam pantauan IDAI, dampak dari terjadinya kecelakaan pada anak yang paling banyak ditemukan adalah anak terkena trauma intrakranial akibat cedera lalu lintas.
Trauma intrakranial adalah pendarahan yang terjadi akibat proses trauma yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Biasanya kondisi ini terjadi ketika seorang anak mengalami benturan yang berhadap-hadapan dengan suatu benda atau terjadi pemutaran tubuh mendadak seperti salto ketika mengalami kecelakaan.
Baca Juga:
Mantab, Tesla Catatkan Rekor Di Kuartal Pertama 2023
Ririe mengingatkan jika anak telah mengalaminya, dikhawatirkan akan kelumpuhan seumur hidup. Dari pengalaman para penyintas yang dirinya sebutkan, pasien bisa menjadi disabilitas ataupun koma. Hidupnya akan tergantung pada seberapa kuat tubuhnya bertahan.
“Itu tidak main-main bapak ibu, itu kecacatan seumur hidup. Jadi saat ini targetnya bukan hanya sekadar life saving, tapi adalah kita bisa memperbaiki kualitas hidup (anak-anak). Kalau tidak meninggal, kalaupun dia penyintas kemungkinan besar terjadi kecacatan sangat tinggi. Jadi kami kira tidak usah ditanya berapa pentingnya itu (car seat). Sangat penting,” katanya.
Menurutnya, akan sangat sia-sia jika seorang anak tidak bisa tumbuh secara optimal karena sebuah keteledoran ataupun pengabaian dari pihak yang mengendarai kendaraan. Semua upaya para dokter untuk melindungi anak baik melalui vaksinasi atau pemantauan tumbuh kembangnya, akan sia-sia bila semua pihak tidak bisa bekerja sama membangun generasi yang sehat dan berkualitas.
Ririe menilai keselamatan anak selama perjalanan merupakan hal serius yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Terutama dalam menyambut kegiatan mudik 2023, dimana akan banyak anak ikut orang tuanya untuk pulang ke kampung halaman dengan menempuh jarak yang sangat jauh.
Baca Juga:
Ludes, Pendaftaran Mudik Gratis DKI Jakarta Ditutup
Dalam hal ini, dirinya menyarankan agar pemerintah di Indonesia mencontoh negara lain seperti Amerika misalnya. Dimana Amerika menerapkan aturan bagi pengendara mobil yang tidak menyediakan car seat untuk anak, maka akan diberhentikan ke pinggir jalan atau diberikan surat tilang.
“Jadi tilang itu bukan karena mereka mengganggu lalu lintas ya, tapi karena terdeteksi bayinya tidak dipakaikan car seat. Itu contoh yang jelas dan nyata, saya tidak tahu apakah kita bisa mencapai kondisi itu dalam setahun, lima atau 10 tahun ke depan. Tapi kalau IDAI tidak memulai, kapan dan siapa yang akan memulai?,” katanya.
Jakarta: Baby car seat atau kursi khusus bayi di mobil memiliki banyak manfaat bagi si kecil selama perjalanan. Salah satunya adalah melindungi dan membantu anak terhindar dari potensi mengalami kelumpuhan selama melakukan perjalanan.
“Untuk car seat itu sendiri saja ada regulasinya. Misalnya kalau satu bulan ke bawah, itu posisinya, lalu strapping-nya, kemudian membalik jadi tidak menghadap ke jalan itu di bawah 1 tahun dan lain-lain," kata Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Emergensi dan Rawat Intensif Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ririe Fachrina Malisie, dikutip dari Antara.
Ririe menekankan car seat sangat bermanfaat bagi anak agar terhindar dampak buruk kecelakaan lalu lintas. Dalam pantauan IDAI, dampak dari terjadinya kecelakaan pada anak yang paling banyak ditemukan adalah anak terkena trauma intrakranial akibat cedera lalu lintas.
Trauma intrakranial adalah pendarahan yang terjadi akibat proses trauma yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Biasanya kondisi ini terjadi ketika seorang anak mengalami benturan yang berhadap-hadapan dengan suatu benda atau terjadi pemutaran tubuh mendadak seperti salto ketika mengalami kecelakaan.
Baca Juga:
Mantab, Tesla Catatkan Rekor Di Kuartal Pertama 2023
Ririe mengingatkan jika anak telah mengalaminya, dikhawatirkan akan kelumpuhan seumur hidup. Dari pengalaman para penyintas yang dirinya sebutkan, pasien bisa menjadi disabilitas ataupun koma. Hidupnya akan tergantung pada seberapa kuat tubuhnya bertahan.
“Itu tidak main-main bapak ibu, itu kecacatan seumur hidup. Jadi saat ini targetnya bukan hanya sekadar life saving, tapi adalah kita bisa memperbaiki kualitas hidup (anak-anak). Kalau tidak meninggal, kalaupun dia penyintas kemungkinan besar terjadi kecacatan sangat tinggi. Jadi kami kira tidak usah ditanya berapa pentingnya itu (car seat). Sangat penting,” katanya.
Menurutnya, akan sangat sia-sia jika seorang anak tidak bisa tumbuh secara optimal karena sebuah keteledoran ataupun pengabaian dari pihak yang mengendarai kendaraan. Semua upaya para dokter untuk melindungi anak baik melalui vaksinasi atau pemantauan tumbuh kembangnya, akan sia-sia bila semua pihak tidak bisa bekerja sama membangun generasi yang sehat dan berkualitas.
Ririe menilai keselamatan anak selama perjalanan merupakan hal serius yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Terutama dalam menyambut kegiatan mudik 2023, dimana akan banyak anak ikut orang tuanya untuk pulang ke kampung halaman dengan menempuh jarak yang sangat jauh.
Baca Juga:
Ludes, Pendaftaran Mudik Gratis DKI Jakarta Ditutup
Dalam hal ini, dirinya menyarankan agar pemerintah di Indonesia mencontoh negara lain seperti Amerika misalnya. Dimana Amerika menerapkan aturan bagi pengendara mobil yang tidak menyediakan car seat untuk anak, maka akan diberhentikan ke pinggir jalan atau diberikan surat tilang.
“Jadi tilang itu bukan karena mereka mengganggu lalu lintas ya, tapi karena terdeteksi bayinya tidak dipakaikan car seat. Itu contoh yang jelas dan nyata, saya tidak tahu apakah kita bisa mencapai kondisi itu dalam setahun, lima atau 10 tahun ke depan. Tapi kalau IDAI tidak memulai, kapan dan siapa yang akan memulai?,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)