Tak Hanya Armada Taksi, Seragam Sopir pun Butuh Riset Lama di Bluebird

Jakarta – Armada transportasi umum kini kian membenahi diri. Bukan hanya soal perlengkapan untuk kebutuhan penumpang saja yang dibenahi dan dipermudah, namun juga hal-hal yang berkaitan dengan identitas korporasi perusahaan angkutan umum yang membawahinya. Hal ini benar-benar ditunjukkan oleh perusahaan angkutan umum yang tenar dengan taksinya yaitu Bluebird.  Di momentum Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober 2023, mereka kembali mengulas fakta-fakta unik yang tersemat di seragam batik pengemudinya itu. Di momentum ini mereka mengusung batik Bluebird baru yang begitu ikonik dan melegenda.  Tak banyak yang tahu bahwa batik biru Bluebird bukan sekadar batik. Seragam kebanggaan pengemudi itu ternyata memiliki filosofi mendalam dan fakta-fakta menarik untuk diketahui. Berikut detailnya. Peluncuran batik Bluebird sebagai seragam pengemudi secara resmi diluncurkan oleh Dirjen Budaya Seni dan Film DepBudPar RI, Drs. Tjetjep Suparman, M.Si, dan Bapak dr. Purnomo Prawiro di Museum Fatahilah, Jakarta. Lalu fakta lainnya adalah soal desain yang dimiliki merupakan hasil karya dari perancang busana terkenal Chossy Latu yang memiliki perhatian khusus terhadap pelestarian batik. Batik Bluebird telah berusia 13 tahun sejak peresmiannya pada 2010. Terdiri dari 4 elemen yang memiliki makna di antaranya burung biru yang menjadi mereka terinspirasi dari kisah legenda orang Eropa mengenai burung berwarna biru yang dipercaya sebagai pembawa kebahagiaan.   Kemudian ada logo padi dan kapas sebagai perpaduan antara padi dan kapas melambangkan komitmen mereka terhadap kesejahteraan, sikap mengayomi karyawan dan pengemudi, serta melindungi pelanggan. lalu ada nyeplok lunglungan adalah pola yang tersusun atas burung biru dan rangkaian padi dan kapas yang membentuk empat penjuru mata angin. Hal ini melambangkan mereka siap melayani pelanggan ke berbagai tujuan dengan aman dan nyaman. Di bagian bawah baju batik dikelilingi oleh gambar burung yang berjajar. Ini adalah cerminan dari etos kerja sama di Bluebird yang tertata, disiplin, serta konsisten dalam mutu dan pelayanan. Sebagai perancang busana yang karya-karyanya sudah diakui dunia internasional, Chossy Latu memiliki kenangan tersendiri saat merancang batik tersebut.  “Saya membutuhkan waktu hampir 2 tahun untuk membuat motif batik yang sesuai dengan karakter Bluebird. Tantangan yang paling terasa adalah bagaimana membuat motif yang selaras dengan nilai-nilai perusahaan,” katanya.  Lebih lanjut Chossy bilang “Banyak perusahaan yang memiliki seragam batik, tapi hanya sedikit yang memiliki keseriusan membuatnya. Bluebird adalah satu dari sedikit perusahaan yang berhasil menjadikan batik sebagai bagian dari citra perusahaan. Hal ini karena batik Bluebird mengandung filosofi yang mendalam. Sebagai perancang batik, Saya merasa bangga bisa berkolaborasi dengan dengan perusahaan ini.”    Kehadiran batik ini tentu bukan hanya karena Bluebird adalah perusahaan asli Indonesia. Lebih dari itu, batik mereka ini adalah wujud sumbangsih Bluebird dalam menjaga warisan budaya bangsa yang mendunia.