Tokyo: Pernyataan tegas datang dari Chairman Toyota Motor Corporation, Akio Toyoda, yang mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak besar transisi global menuju kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Toyoda menyampaikan perubahan besar ini dapat mengancam jutaan pekerjaan di sektor otomotif, terutama yang terkait dengan industri mesin dan para pemasok.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Toyoda mengungkapkan terdapat 5,5 juta orang yang bekerja di industri otomotif Jepang, dan banyak dari mereka bergantung pada pekerjaan yang terkait langsung dengan teknologi mesin konvensional. Menurutnya, apabila mobil listrik menjadi satu-satunya pilihan mobilitas di masa depan, hal ini akan berdampak langsung pada keberlangsungan pekerjaan mereka.
"Ada 5,5 juta orang yang berkecimpung di industri otomotif di Jepang. Di antaranya adalah mereka yang sudah lama menggeluti (pekerjaan) terkait mesin," ujar Toyoda.
Toyoda juga menegaskan transisi penuh ke kendaraan listrik menimbulkan 'sinyal bahaya' bagi pekerja otomotif. "Jika kendaraan listrik hanya menjadi satu-satunya pilihan, termasuk bagi pemasok kami, pekerjaan orang-orang tersebut akan hilang," tambahnya.
Akibat kekhawatiran tersebut, Toyota memilih berhati-hati dalam merumuskan kebijakan terkait elektrifikasi kendaraan. Hingga saat ini, strategi multi-jalur yang diterapkan perusahaan terbukti tepat, terutama di tengah fluktuasi permintaan pasar terhadap kendaraan listrik berbasis baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV), yang justru mengalami penurunan permintaan.
Di sisi lain, pabrikan asal Jepang itu mencatatkan lonjakan penjualan segmen Hybrid Electric Vehicle (HEV) secara global, di mana pada bulan Agustus lalu, penjualan HEV mencapai 336.848 unit, naik 22,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Mobil Plug-In Hybrid (PHEV) juga mengalami peningkatan, terjual sebanyak 13.546 unit dengan kenaikan 12,1 persen.
Meski pasar BEV dari Toyota juga mengalami pertumbuhan, dengan 12.682 unit terjual (naik 6,8 persen), angka ini masih lebih kecil dibandingkan segmen hybrid. Sementara itu, kendaraan Mild-Hybrid (MHEV) berhasil terjual sebanyak 8.507 unit (naik 257 persen), dan teknologi sel bahan bakar hidrogen (FCEV) hanya terjual 144 unit, mengalami penurunan 57 persen.
Rival dari Volkswagen itu sejak awal, telah mengadopsi pendekatan yang tidak terpaku pada satu jenis teknologi. Selain BEV dan HEV, mereka juga mengembangkan berbagai pilihan teknologi seperti Plug-In Hybrid (PHEV), Fuel-Cell (FCEV), serta tetap melanjutkan produksi Internal Combustion Engine (ICE).
Pendekatan ini memungkinkan pabrikan untuk tetap fleksibel menghadapi berbagai perubahan dalam permintaan pasar, sekaligus menjaga stabilitas lapangan pekerjaan dalam industri otomotif.
Tokyo: Pernyataan tegas datang dari Chairman
Toyota Motor Corporation, Akio Toyoda, yang mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak besar transisi global menuju
kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Toyoda menyampaikan perubahan besar ini dapat mengancam jutaan pekerjaan di sektor
otomotif, terutama yang terkait dengan industri mesin dan para pemasok.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Toyoda mengungkapkan terdapat 5,5 juta orang yang bekerja di industri otomotif Jepang, dan banyak dari mereka bergantung pada pekerjaan yang terkait langsung dengan teknologi mesin konvensional. Menurutnya, apabila mobil listrik menjadi satu-satunya pilihan mobilitas di masa depan, hal ini akan berdampak langsung pada keberlangsungan pekerjaan mereka.
"Ada 5,5 juta orang yang berkecimpung di industri otomotif di Jepang. Di antaranya adalah mereka yang sudah lama menggeluti (pekerjaan) terkait mesin," ujar Toyoda.
Toyoda juga menegaskan transisi penuh ke kendaraan listrik menimbulkan 'sinyal bahaya' bagi pekerja otomotif. "Jika kendaraan listrik hanya menjadi satu-satunya pilihan, termasuk bagi pemasok kami, pekerjaan orang-orang tersebut akan hilang," tambahnya.
Akibat kekhawatiran tersebut, Toyota memilih berhati-hati dalam merumuskan kebijakan terkait elektrifikasi kendaraan. Hingga saat ini, strategi multi-jalur yang diterapkan perusahaan terbukti tepat, terutama di tengah fluktuasi permintaan pasar terhadap kendaraan listrik berbasis baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV), yang justru mengalami penurunan permintaan.
Di sisi lain, pabrikan asal Jepang itu mencatatkan lonjakan penjualan segmen Hybrid Electric Vehicle (HEV) secara global, di mana pada bulan Agustus lalu, penjualan HEV mencapai 336.848 unit, naik 22,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Mobil Plug-In Hybrid (PHEV) juga mengalami peningkatan, terjual sebanyak 13.546 unit dengan kenaikan 12,1 persen.
Meski pasar BEV dari Toyota juga mengalami pertumbuhan, dengan 12.682 unit terjual (naik 6,8 persen), angka ini masih lebih kecil dibandingkan segmen hybrid. Sementara itu, kendaraan Mild-Hybrid (MHEV) berhasil terjual sebanyak 8.507 unit (naik 257 persen), dan teknologi sel bahan bakar hidrogen (FCEV) hanya terjual 144 unit, mengalami penurunan 57 persen.
Rival dari Volkswagen itu sejak awal, telah mengadopsi pendekatan yang tidak terpaku pada satu jenis teknologi. Selain BEV dan HEV, mereka juga mengembangkan berbagai pilihan teknologi seperti Plug-In Hybrid (PHEV), Fuel-Cell (FCEV), serta tetap melanjutkan produksi Internal Combustion Engine (ICE).
Pendekatan ini memungkinkan pabrikan untuk tetap fleksibel menghadapi berbagai perubahan dalam permintaan pasar, sekaligus menjaga stabilitas lapangan pekerjaan dalam industri otomotif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UDA)