Pencopotan logo Neta di kantor pusat di Shanghai China. Carnewschina
Pencopotan logo Neta di kantor pusat di Shanghai China. Carnewschina

Senjakala Neta: Logo Dicopot, Pabrik Tutup, & Nasib Founder Di Ujung Tanduk

Ekawan Raharja • 02 Juni 2025 11:50
Jakarta: Masa depan Neta Auto, salah satu startup kendaraan listrik (EV) asal Tiongkok yang pernah digadang sebagai 'kuda hitam', kini berada di ujung tanduk. Perusahaan mengalami gejolak besar setelah foto-foto pencopotan logo Neta di kantor pusatnya di Shanghai, China, beredar luas di media sosial.
 
Perusahaan mengonfirmasi hal tersebut terjadi karena masa sewa kantor telah berakhir, dan perusahaan bersiap pindah lokasi meski belum mengungkap alamat baru.
 
Namun pencopotan logo itu hanya puncak dari gunung es, cerita Carnewschina. Di balik layar, Neta dilanda krisis besar menyangkut kepemimpinan, keuangan, dan operasional.

Sumber internal mengungkap para pemegang saham milik negara dari induk perusahaan Neta, Hozon New Energy Automobile, tengah mengupayakan rapat dewan untuk mencopot pendiri sekaligus CEO Fang Yunzhou dari jabatannya.
 
Baca Juga:
Pemerintah Ajak Suzuki Terlibat Proyek Mobil Nasional

 
Langkah ini dipicu oleh akumulasi kerugian yang menembus 18,3 miliar yuan (sekitar 2,5 miliar dolar AS), rasio utang yang membengkak hingga 217 persen, serta operasional yang lumpuh total akibat rantai pasok yang terputus.
 
Fang Yunzhou, yang mendirikan Hozon pada 2014, sebelumnya dipandang sebagai inovator dalam dunia EV Tiongkok. Namun kini, ia dianggap gagal menyelamatkan perusahaan dari keterpurukan, termasuk dari utang ke pemasok yang kabarnya mencapai 6 miliar yuan (sekitar 833 juta dolar AS).
 
Salah satu pemasok terbesar, CATL, bahkan menghentikan pengiriman baterai. Akibatnya, seluruh produksi domestik Neta terhenti, dan pesanan ekspor pun ikut tertunda, meskipun Neta sempat mendapatkan kredit senilai 2,15 miliar yuan di Thailand.
 
Di tengah krisis tersebut, penjualan Neta juga menunjukkan penurunan tajam. Setelah mencetak rekor 152.000 unit pada 2022, angka itu turun menjadi 127.500 unit pada 2023 dan anjlok menjadi hanya 64.549 unit sepanjang 2024. PHK massal, penutupan toko, hingga aksi protes dari pemasok makin memperburuk citra perusahaan.
 
Baca Juga:
Xpeng Resmi Buka Keran Pemesanan G6 dan X9 di Indonesia

 
Fang sempat mencoba bangkit dengan menyusun target ambisius: go public, ekspansi global, dan margin kotor positif pada 2025. Namun tak satu pun dari target itu tercapai. Rencana konversi utang menjadi saham untuk mengurangi beban pemasok juga gagal terealisasi.
 
Kini tekanan kian meningkat. Sejumlah pemegang saham negara disebut mendorong agar Hozon memasuki proses restrukturisasi kebangkrutan. Jika rapat dewan menyetujui pencopotan Fang, maka sang pendiri berpotensi kehilangan kendali atas perusahaan yang ia bangun dari nol.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan