Jakarta: Sampah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya. Tetapi bagi Toyota, barang-barang yang kita anggap sampah ternyata masih bisa dimanfaatkan dan menghasilkan energi hijau untuk mengisi baterai kendaraan listrik.
Toyota Chemical Engineering (TCE) berupaya membuat pembangkit energi yang berasal dari sampah untuk mendukung suplai energi baterai kendaraan listrik. Alih-alih hanya membakar sampah, perusahaan ini malah memasukkan sampah ke dalam panci bertekanan yang berisi serbuk gergaji, kertas sobek, dan air sehingga diubah menjadi bahan bakar cair.
Cairan yang dihasilkan kemudian dapat difermentasi menjadi gas, mengandung metana, yang digunakan untuk menghasilkan listrik.
Meskipun mengakui metodenya tidak sepenuhnya menghilangkan pembakaran, TCE menegaskan metode ini mengurangi emisi CO2 dengan menangkap produk sampingan jika memungkinkan, dan memanfaatkan limbah panas dari proses pembakaran untuk menghasilkan listrik tambahan.
Presiden TCE, Yoshihiro Hayashi, menyebutkan bahwa sumber daya merupakan hal langka yang ada di Jepang. Dia pun juga bertekad untuk menghadirkan lingkungan yang lebih baik untuk generasi yang mendatang.
“Saya memiliki cucu, dan saya ingin mewariskan lingkungan yang lebih baik lagi untuk anak-anak di masa depan. Itulah mengapa saya terus menghadapi tantangan-tantangan ini dengan melihat masa depan 20 atau 30 tahun dari sekarang," kata Yoshihiro Hayashi dikutip dari laman Toyota Times.
Jakarta: Sampah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya. Tetapi bagi
Toyota, barang-barang yang kita anggap sampah ternyata masih bisa dimanfaatkan dan menghasilkan energi hijau untuk mengisi baterai
kendaraan listrik.
Toyota Chemical Engineering (TCE) berupaya membuat pembangkit energi yang berasal dari sampah untuk mendukung suplai energi baterai kendaraan listrik. Alih-alih hanya membakar sampah, perusahaan ini malah memasukkan sampah ke dalam panci bertekanan yang berisi serbuk gergaji, kertas sobek, dan air sehingga diubah menjadi bahan bakar cair.
Cairan yang dihasilkan kemudian dapat difermentasi menjadi gas, mengandung metana, yang digunakan untuk menghasilkan listrik.
Meskipun mengakui metodenya tidak sepenuhnya menghilangkan pembakaran, TCE menegaskan metode ini mengurangi emisi CO2 dengan menangkap produk sampingan jika memungkinkan, dan memanfaatkan limbah panas dari proses pembakaran untuk menghasilkan listrik tambahan.
Presiden TCE, Yoshihiro Hayashi, menyebutkan bahwa sumber daya merupakan hal langka yang ada di Jepang. Dia pun juga bertekad untuk menghadirkan lingkungan yang lebih baik untuk generasi yang mendatang.
“Saya memiliki cucu, dan saya ingin mewariskan lingkungan yang lebih baik lagi untuk anak-anak di masa depan. Itulah mengapa saya terus menghadapi tantangan-tantangan ini dengan melihat masa depan 20 atau 30 tahun dari sekarang," kata Yoshihiro Hayashi dikutip dari laman Toyota Times.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)