Jakarta: Toyota BZ4X varian front wheel drive (FWD) sudah dipasarkan di Indonesia dengan harga Rp1,190 miliar (on the road DKI Jakarta). Padahal jika dilihat ke negara asalnya, harga yang ditawarkan perbedaannya begitu jauh.
Di Jepang, BZ4X untuk varian FWD dipasarkan dengan banderol JPY6 juta atau setara dengan Rp644 juta. Kemudian ada juga varian all wheel drive (AWD) yang dihargai JPY6,5 juta atau setara dengan Rp698 juta.
Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy, menyebutkan ada sejumlah alasan dalam penetapan harga BZ4X. Salah satunya adalah skema pajak Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang masih berlaku.
"Karena ini bukan produk CKD (Completely Knocked Down) dan nggak ikut program LCEV (Low Carbon Emission Vehicle), pastinya ada PPnBM minimal 15 persen. Jadi mungkin itu beda utamanya kalau dibandingkan kita produksi lokal dan dapat program LCEV," kata Anton Kamis (10-11-2022) di Kuningan Jakarta.
Selain itu, peluncuran kali ini dilakukan di akhir tahun. Perusahaan ingin mengantisipasi berbagai lonjakan yang biasanya terjadi di awal tahun depan.
"Salah satunya karena ini baru meluncur di akhir tahun. Jadi kami juga menghindari adanya lonjakan harga di bulan Januari (2023) nanti," kata Anton.
Anton merinci berbagai kemungkinan yang menyebabkan lonjakan harga di awal tahun muncul. Mulai dari kenaikan harga material, exchange rate (nilai tukar kurs rupiah), terutama kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah yang makin menguat.
Jakarta: Toyota BZ4X varian front wheel drive (FWD) sudah dipasarkan di Indonesia dengan harga Rp1,190 miliar (on the road DKI Jakarta). Padahal jika dilihat ke negara asalnya, harga yang ditawarkan perbedaannya begitu jauh.
Di Jepang, BZ4X untuk varian FWD dipasarkan dengan banderol JPY6 juta atau setara dengan Rp644 juta. Kemudian ada juga varian all wheel drive (AWD) yang dihargai JPY6,5 juta atau setara dengan Rp698 juta.
Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM), Anton Jimmi Suwandy, menyebutkan ada sejumlah alasan dalam penetapan harga BZ4X. Salah satunya adalah skema pajak Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang masih berlaku.
"Karena ini bukan produk CKD (Completely Knocked Down) dan nggak ikut program LCEV (Low Carbon Emission Vehicle), pastinya ada PPnBM minimal 15 persen. Jadi mungkin itu beda utamanya kalau dibandingkan kita produksi lokal dan dapat program LCEV," kata Anton Kamis (10-11-2022) di Kuningan Jakarta.
Selain itu, peluncuran kali ini dilakukan di akhir tahun. Perusahaan ingin mengantisipasi berbagai lonjakan yang biasanya terjadi di awal tahun depan.
"Salah satunya karena ini baru meluncur di akhir tahun. Jadi kami juga menghindari adanya lonjakan harga di bulan Januari (2023) nanti," kata Anton.
Anton merinci berbagai kemungkinan yang menyebabkan lonjakan harga di awal tahun muncul. Mulai dari kenaikan harga material, exchange rate (nilai tukar kurs rupiah), terutama kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah yang makin menguat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)