Ilustrasi kendaraan listrik. dok zebra
Ilustrasi kendaraan listrik. dok zebra

Hasil Studi Zebra: Transisi Kendaraan Listrik Tak Bisa Dibendung

Adri Prima • 28 Februari 2023 22:09
Jakarta: Industri otomotif nasional sudah mulai bergerak ke arah elektrifikasi. Bahkan Pemerintah Indonesia juga telah mencanangkan program percepatan kendaraan listrik yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. 
 
Merespons hal tersebut, para produsen otomotif pun mulai menyusun road map mereka dalam menghadirkan kendaraan listrik untuk pasar Indonesia. Beberapa model kendaraan elektrifikasi yang sudah ditawarkan antara lain mulai dari kendaraan hybrid, plug in hybrid (PHEV), hingga kendaraan listrik murni tenaga baterai. 
 
Pertanyaannya, untuk kondisi Indonesia yang baru memulai ke arah kendaraan elektrifikasi, kendaraan jenis apa yang paling cocok? 

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Zebra Technologies Corporation merilis studi yang menarik. Menurut temuan mereka produsen otomotif ternyata juga berada di bawah tekanan terkait transisi kendaraan mesin bakar (konvensional) menuju kendaraan listrik.
 
Hal ini berkaitan dengan mengakomodasi preferensi konsumen yang semakin besar terhadap kendaraan listrik (EV) dalam waktu dekat.
 
"Para produsen otomotif harus membuat perencanaan untuk melalukan transisi mulus ke EV, yang memiliki persyaratan yang sangat berbeda, mulai dari bahan baku hingga perakitan akhirnya. Berbagai prioritas yang didorong oleh teknologi akan difokuskan pada peningkatan otomatisasi, mengembangkan teknologi secara in-house, dan memperluas visibilitas produksi dan rantai pasokan," jelas Tan Aik Jin, Vertical Solutions Marketing Lead APAC, Zebra Technologies.
 
Ia menjelaskan, meskipun ekonomi tengah mengalami fluktuasi, produsen otomotif siap berinvestasi dalam inovasi teknologi. Berdasarkan studi, 7 dari 10 pengambil keputusan (74% di dunia, 69% di Asia Pasifik) berencana menambah pengeluaran mereka untuk teknologi, dan 6 dari 10 pengambil keputusan (67% di dunia, 63% di Asia Pasifik) berencana untuk meningkatkan pengeluaran untuk infrastruktur manufaktur mereka pada 2023.
 
Survei dilakukan dari Agustus hingga September 2022, diikuti oleh 1.336 responden di dunia, yang meliputi para pengambil keputusan, manajer armada dan konsumen. Di Asia Pasifik, 350 responden yang disurvei berasal dari India, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.
 
Dari hasil survei, disimpulkan bahwa dalam waktu dekat akan terjadi pergeseran dalam preferensi, dengan lebih dari setengah konsumen (53% di dunia, 60% di Asia Pasifik) mengindikasikan untuk memilih hybrid electric vehicle (HEV).
 
"Menurut penelitian ini, konsumen sedang tertarik dengan masa depan otomotif yang lebih ramah lingkungan dengan preferensi yang lebih besar terhadap kendaraan listrik," terang Tan Aik Jin.
 
"Ini menjadi sinyal yang kuat bagi para pengambil keputusan di dunia otomotif, bahwa mereka harus berinvestasi secara proaktif pada teknologi yang tepat, sehingga bisa memformulasikan infrastruktur manufaktur yang lebih kuat, yang bisa melayani tuntutan konsumen yang semakin besar ini dengan lebih baik," lanjutnya. 
 
Penelitian ini juga mendapati bahwa konsumen dari berbagai generasi mendorong produsen otomotif untuk melakukan akselerasi inovasi teknologi, di mana 8 dari 10 mengatakan keberlanjutan dan ramah lingkungan adalah prioritas utama mereka dalam menentukan pembelian dan penyewaan kendaraan. 
 
Sebanyak 87% dari kaum millennial memprioritaskan aspek keberlanjutan untuk kendaraan mereka, diikuti oleh 78% Gen X dan 76% generasi Baby Boomer. Di wilayah Asia Pasifik, 85% konsumen sejalan dengan prioritas ini, yakni 92% millennial, 83% Gen X dan 72% generasi Baby Boomer memprioritaskan keberlanjutan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan