Jakarta: Perusahaan asuransi harus menghitung dengan cermat apabila ingin memberikan perlindungan kepada kendaraan listrik. Mengingat biaya perbaikan untuk sebuah kendaraan listrik yang mengalami kecelakaan ternyata lebih besar daripada kendaraan konvensional.
Kerusakaan yang terjadi akibat kecelakaan dan sampai terkena baterai kendaraan listrik membuat biaya perbaikan yang begitu besar. Baterai yang sudah rusak tidak bisa diperbaiki, dan sebagai gantinya harus diganti dengan yang baru.
Padahal baterai menjadi komponen termahal untuk sebuah mobil listrik. Bahkan keberadaan baterainya membuat harga mobil listrik menjadi sangat mahal.
"Kita membeli mobil listrik untuk alasan keberlanjutan. Hanya saja baterai mobil listrik harus segera dibuang jika mengalami kerusakan akibat kecelakaan," ujar Research Director Automotive Risk Intelligence Thatcham Research, Matthew Avery.
Policygenius membuat perbandingan rata-rata asuransi mobil listrik berada di USD206 atau sekitar Rp3,1 juta per bulannya. Biaya tersebut ternyata lebih mehal, sekitar 27 persen, jika dibandingkan dengan asuransi mobil konvensional.
Data dari Bankrate menyebutkan kecelakaan kecil yang mengakibatkan kerusakan pada baterai setidaknya butuh biaya mencapai USD15.000 atau mencapai Rp229,5 juta.
Sebagai contoh harga baterai untuk Tesla Model 3 mencapai USD20 ribu atau setara Rp306,3 juta. Biaya itu nyaris setengahnya dari harga Tesla Model 3 saat ini yakni USD43.000 atau sama dengan Rp657.9 juta.
Manajer Produk Motor Komersial Inggris AXA, Andy Keane, mengatakan baterai pengganti yang mahal kadang-kadang membuat penggantian baterai menjadi tidak layak. Apalagi saat ini menurutnya produsen mobil listrik memang sengaja membuat baterai mobil listrik tidak bisa diperbaiki apabila mengalami kecelakaan.
Perbaikan baterai mobil listrik memang jadi hal yang tabu buat produsen mobil listrik. Mengingat baterai mobil listrik menjadi inti dari inovasi yang ditawarkan oleh mobil niremisi tersebut.
Jakarta: Perusahaan asuransi harus menghitung dengan cermat apabila ingin memberikan perlindungan kepada kendaraan listrik. Mengingat biaya perbaikan untuk sebuah kendaraan listrik yang mengalami kecelakaan ternyata lebih besar daripada kendaraan konvensional.
Kerusakaan yang terjadi akibat kecelakaan dan sampai terkena baterai kendaraan listrik membuat biaya perbaikan yang begitu besar. Baterai yang sudah rusak tidak bisa diperbaiki, dan sebagai gantinya harus diganti dengan yang baru.
Padahal baterai menjadi komponen termahal untuk sebuah mobil listrik. Bahkan keberadaan baterainya membuat harga mobil listrik menjadi sangat mahal.
"Kita membeli mobil listrik untuk alasan keberlanjutan. Hanya saja baterai mobil listrik harus segera dibuang jika mengalami kerusakan akibat kecelakaan," ujar Research Director Automotive Risk Intelligence Thatcham Research, Matthew Avery.
Policygenius membuat perbandingan rata-rata asuransi mobil listrik berada di USD206 atau sekitar Rp3,1 juta per bulannya. Biaya tersebut ternyata lebih mehal, sekitar 27 persen, jika dibandingkan dengan asuransi mobil konvensional.
Data dari Bankrate menyebutkan kecelakaan kecil yang mengakibatkan kerusakan pada baterai setidaknya butuh biaya mencapai USD15.000 atau mencapai Rp229,5 juta.
Sebagai contoh harga baterai untuk Tesla Model 3 mencapai USD20 ribu atau setara Rp306,3 juta. Biaya itu nyaris setengahnya dari harga Tesla Model 3 saat ini yakni USD43.000 atau sama dengan Rp657.9 juta.
Manajer Produk Motor Komersial Inggris AXA, Andy Keane, mengatakan baterai pengganti yang mahal kadang-kadang membuat penggantian baterai menjadi tidak layak. Apalagi saat ini menurutnya produsen mobil listrik memang sengaja membuat baterai mobil listrik tidak bisa diperbaiki apabila mengalami kecelakaan.
Perbaikan baterai mobil listrik memang jadi hal yang tabu buat produsen mobil listrik. Mengingat baterai mobil listrik menjadi inti dari inovasi yang ditawarkan oleh mobil niremisi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ERA)
