Jakarta - Penjualan kendaraan selama 2025 terlihat mengalami penurunan permintaan. Banyak yang mempertanyakan soal kelangsungan industri otomotif di Indonesia ke depannya. Namun Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Yohannes Nangoi tetap optimis.
Nangoi mengatakan bahwa penurunan daya beli masyarakat ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Bukan hanya situasi dalam negeri, namun secara global juga punya efek. Misalnya seperti dampak kebijakan luar negeri di Presiden US, Donald Trump dan beberapa lainnya.
"Beberapa waktu lalu Donald Trump bicara soal kebijakan dalam negeri Amerika, terutama soal produk otomotif dari luar negara mereka. Lalu Pakistan dan Libya yang juga terlalu dekat dengan Asia Tenggara. Sekarang di Timur Tengah, Israel dan Hamas mulai reda, eh malah Iran bersitegang," ujar Nangoi di momentum preskon Pra-GIIAS 2025 pada Rabu (18/6).
sMengomentari soal konflik dunia tersebut dan perkiraan dampaknya ke industri otomotif dunia dan Indonesia, Nangoi berharap tidak semakin besar. Mengingat ini akan berdampak kepada seluruh lapisan sosial dan industri dunia.
"Ya semoga peran PBB juga bisa lebih besar di sini. Karena kalau pecah perang dunia ketiga, maka selesailah sudah. Kalau ditanya soal dampak perekonomiannya, ya Saya juga tidak tahu. Karena di Perang Dunia Kedua juga Saya belum lahir. Ya semoga konflik ini bisa terselesaikan dengan baik."
Ia melanjutkan bahwa optimisme GAIKINDO soal bangkitnya industri otomotif lewat pameran, sangat bisa dilakukan. Mengingat brand otomotif dari berbagai belahan dunia, melihat pasar otomotif Indonesia punya potensi besar.
Serapan teknologi otomotif yang cukup baik, hingga fasilitas pendukung mulai ada di mana-mana. Tinggal sekarang terus memberikan stimulasi agar pasar otomotif ini kian membaik dari waktu ke waktu.
Jakarta - Penjualan kendaraan selama 2025 terlihat mengalami penurunan permintaan. Banyak yang mempertanyakan soal kelangsungan industri otomotif di Indonesia ke depannya. Namun Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (
GAIKINDO), Yohannes Nangoi tetap optimis.
Nangoi mengatakan bahwa penurunan daya beli masyarakat ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Bukan hanya situasi dalam negeri, namun secara global juga punya efek. Misalnya seperti dampak kebijakan luar negeri di Presiden US, Donald Trump dan beberapa lainnya.
"Beberapa waktu lalu Donald Trump bicara soal kebijakan dalam negeri Amerika, terutama soal produk otomotif dari luar negara mereka. Lalu Pakistan dan Libya yang juga terlalu dekat dengan Asia Tenggara. Sekarang di Timur Tengah, Israel dan Hamas mulai reda, eh malah Iran bersitegang," ujar Nangoi di momentum preskon Pra-GIIAS 2025 pada Rabu (18/6).
sMengomentari soal konflik dunia tersebut dan perkiraan dampaknya ke industri otomotif dunia dan Indonesia, Nangoi berharap tidak semakin besar. Mengingat ini akan berdampak kepada seluruh lapisan sosial dan industri dunia.
"Ya semoga peran PBB juga bisa lebih besar di sini. Karena kalau pecah perang dunia ketiga, maka selesailah sudah. Kalau ditanya soal dampak perekonomiannya, ya Saya juga tidak tahu. Karena di Perang Dunia Kedua juga Saya belum lahir. Ya semoga konflik ini bisa terselesaikan dengan baik."
Ia melanjutkan bahwa optimisme GAIKINDO soal bangkitnya industri otomotif lewat pameran, sangat bisa dilakukan. Mengingat brand otomotif dari berbagai belahan dunia, melihat pasar otomotif Indonesia punya potensi besar.
Serapan teknologi otomotif yang cukup baik, hingga fasilitas pendukung mulai ada di mana-mana. Tinggal sekarang terus memberikan stimulasi agar pasar otomotif ini kian membaik dari waktu ke waktu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)