Jakarta: Tahun 2024 menjadi periode penuh tantangan bagi industri otomotif Indonesia. Berbagai insentif dari pemerintah, seperti diskon Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPNBM DTP) sebesar 3 persen untuk mobil hybrid produksi dalam negeri, diharapkan mampu menjaga kinerja industri otomotif nasional agar tetap menjadi kontributor positif bagi neraca dagang.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), sepanjang Januari–Desember 2024, Toyota Indonesia mencatatkan ekspor sebesar 276.089 unit kendaraan. Meskipun mengalami penurunan sebesar 5 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023, di mana ekspor mencapai 290.772 unit, merek otomotif nomor 1 di Indonesia ini tetap menjadi pemimpin dengan menyumbang 61 persen dari total ekspor Completely Built-Up (CBU) Indonesia selama lima tahun terakhir.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandi Julyanto, menegaskan pencapaian ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah, masyarakat, serta rantai pasok industri otomotif nasional dari hulu hingga hilir.
“Konsistensi kinerja ekspor bukan sesuatu yang mudah diraih, mengingat peran penting anak bangsa yang berkarya di ribuan rantai pasok bahkan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Dihadapkan pada kondisi dinamika ekonomi global, kami akan terus bekerja sama dengan seluruh rantai pasok dari hulu hingga hilir melalui performa ekspor kendaraan sebanyak 10 varian, baik kendaraan berteknologi ICE dan elektrifikasi, untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor global. Kami memastikan bahwa produk otomotif buatan SDM Tanah Air dapat menjawab kebutuhan pasar global yang semakin kompetitif,” ujar Nandi Julyanto melalui keterangan resminya.
Permintaan Model Elektrifikasi Buatan Dalam Negeri Naik 111 Persen
Meskipun ekspor otomotif nasional mengalami penurunan, permintaan kendaraan elektrifikasi buatan Indonesia melonjak hingga lebih dari 100 persen. Sepanjang tahun 2024, Toyota Indonesia mengekspor 18.553 unit kendaraan elektrifikasi, meningkat 111 persen dari tahun sebelumnya yang mencatatkan 8.792 unit.
Angka ini didominasi oleh Kijang Innova Zenix Hybrid Electric Vehicle (HEV) dengan 11.790 unit dan Yaris Cross HEV dengan 6.763 unit. Kedua model ini diproduksi di Pabrik TMMIN Karawang Plant 1 dan semakin diminati di berbagai negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
“Kendaraan elektrifikasi yang semakin diminati menunjukkan kepeduliaan konsumen global akan isu perubahan iklim dan lingkungan ‘Carbon is our Enemy’. Artinya, industri otomotif nasional harus berada di depan perubahan dalam membentuk ekosistem kendaraan elektrifikasi untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional akan produk ramah lingkungan, khususnya saat memasuki era transisi energi. Salah satunya, melalui strategi multi-pathway untuk menjawab beragam permintaan teknologi kendaraan namun tetap mendukung pertumbuhan industri otomotif Tanah Air sejak masa lalu, masa kini, dan di masa depan. Sesuai prinsip kami ‘No One Left Behind’ bahwa tidak ada teknologi kendaraan yang ditinggalkan,” ujar Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, Bob Azam.
Komitmen Toyota Indonesia Menuju NZE 2060
Sebagai upaya mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060, perusahaan terus mengembangkan kendaraan elektrifikasi dengan strategi multi-pathway. Toyota menyediakan berbagai pilihan teknologi kendaraan, mulai dari mesin konvensional Internal Combustion Engine (ICE) beremisi rendah, Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), Battery Electric Vehicle (BEV), Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV), hingga bahan bakar terbarukan Flexy Fuel seperti biodiesel dan bioethanol.
“Sebagai industri dengan produk berteknologi tinggi dan padat karya, Toyota Indonesia terus meningkatkan daya saing produk buatan dalam negeri dengan kompetensi SDM dalam negeri yang mumpuni selama lebih dari 5 dekade dan seterusnya untuk membersamai masyarakat Indonesia,” pungkas Nandi Julyanto.
Jakarta: Tahun 2024 menjadi periode penuh tantangan bagi industri
otomotif Indonesia. Berbagai insentif dari pemerintah, seperti diskon Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPNBM DTP) sebesar 3 persen untuk mobil hybrid produksi dalam negeri, diharapkan mampu menjaga kinerja industri otomotif nasional agar tetap menjadi kontributor positif bagi neraca dagang.
Berdasarkan data Gabungan Industri
Kendaraan Bermotor Indonesia (
GAIKINDO), sepanjang Januari–Desember 2024, Toyota Indonesia mencatatkan ekspor sebesar 276.089 unit kendaraan. Meskipun mengalami penurunan sebesar 5 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023, di mana ekspor mencapai 290.772 unit, merek otomotif nomor 1 di Indonesia ini tetap menjadi pemimpin dengan menyumbang 61 persen dari total ekspor Completely Built-Up (CBU) Indonesia selama lima tahun terakhir.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandi Julyanto, menegaskan pencapaian ini tidak terlepas dari dukungan pemerintah, masyarakat, serta rantai pasok industri otomotif nasional dari hulu hingga hilir.
“Konsistensi kinerja ekspor bukan sesuatu yang mudah diraih, mengingat peran penting anak bangsa yang berkarya di ribuan rantai pasok bahkan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Dihadapkan pada kondisi dinamika ekonomi global, kami akan terus bekerja sama dengan seluruh rantai pasok dari hulu hingga hilir melalui performa ekspor kendaraan sebanyak 10 varian, baik kendaraan berteknologi ICE dan elektrifikasi, untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor global. Kami memastikan bahwa produk otomotif buatan SDM Tanah Air dapat menjawab kebutuhan pasar global yang semakin kompetitif,” ujar Nandi Julyanto melalui keterangan resminya.
Permintaan Model Elektrifikasi Buatan Dalam Negeri Naik 111 Persen
Meskipun ekspor otomotif nasional mengalami penurunan, permintaan kendaraan elektrifikasi buatan Indonesia melonjak hingga lebih dari 100 persen. Sepanjang tahun 2024, Toyota Indonesia mengekspor 18.553 unit kendaraan elektrifikasi, meningkat 111 persen dari tahun sebelumnya yang mencatatkan 8.792 unit.
Angka ini didominasi oleh Kijang Innova Zenix Hybrid Electric Vehicle (HEV) dengan 11.790 unit dan Yaris Cross HEV dengan 6.763 unit. Kedua model ini diproduksi di Pabrik TMMIN Karawang Plant 1 dan semakin diminati di berbagai negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
“Kendaraan elektrifikasi yang semakin diminati menunjukkan kepeduliaan konsumen global akan isu perubahan iklim dan lingkungan ‘Carbon is our Enemy’. Artinya, industri otomotif nasional harus berada di depan perubahan dalam membentuk ekosistem kendaraan elektrifikasi untuk memenuhi kebutuhan pasar internasional akan produk ramah lingkungan, khususnya saat memasuki era transisi energi. Salah satunya, melalui strategi multi-pathway untuk menjawab beragam permintaan teknologi kendaraan namun tetap mendukung pertumbuhan industri otomotif Tanah Air sejak masa lalu, masa kini, dan di masa depan. Sesuai prinsip kami ‘No One Left Behind’ bahwa tidak ada teknologi kendaraan yang ditinggalkan,” ujar Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, Bob Azam.
Komitmen Toyota Indonesia Menuju NZE 2060
Sebagai upaya mendukung target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060, perusahaan terus mengembangkan kendaraan elektrifikasi dengan strategi multi-pathway. Toyota menyediakan berbagai pilihan teknologi kendaraan, mulai dari mesin konvensional Internal Combustion Engine (ICE) beremisi rendah, Hybrid Electric Vehicle (HEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), Battery Electric Vehicle (BEV), Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV), hingga bahan bakar terbarukan Flexy Fuel seperti biodiesel dan bioethanol.
“Sebagai industri dengan produk berteknologi tinggi dan padat karya, Toyota Indonesia terus meningkatkan daya saing produk buatan dalam negeri dengan kompetensi SDM dalam negeri yang mumpuni selama lebih dari 5 dekade dan seterusnya untuk membersamai masyarakat Indonesia,” pungkas Nandi Julyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)