Ilustrasi baterai kendaraan listrik. Doni
Ilustrasi baterai kendaraan listrik. Doni

Indonesia Kembangkan Ekosistem Baterai Lithium-Ion Berkelanjutan untuk EV

Ekawan Raharja • 08 Agustus 2025 18:06
Jakarta: Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Universitas Curtin, Australia, menggandeng KONEKSI-platform kemitraan pengetahuan Indonesia dan Australia—untuk menghadirkan pendekatan baru dalam membangun ekosistem baterai lithium-ion berkelanjutan bagi kendaraan listrik (EV), mulai dari desain hingga proses daur ulang.
 
Wakil Ketua Koordinator Bidang Penanaman Modal, Industri Hilir, Energi, dan Lingkungan Hidup Kadin Indonesia, Bobby Gafur Umar, menegaskan KADIN memiliki peran strategis dalam mendukung program prioritas pemerintah, termasuk transisi energi.
 
“KADIN punya posisi strategis dalam mendukung program prioritas pemerintah, termasuk untuk transisi energi karena pada masa mendatang, arah bisnis semakin jelas menuju ke keberlanjutan. Saat ini terjadi pergeseran besar-besaran di sektor industri, di mana pelaku usaha transportasi berbasis energi fosil mulai beralih lebih 'hijau' lewat kehadiran kendaraan listrik. Riset pihak ketiga yang kami pelajari juga menunjukkan, pada 2030 nanti, ada 11 sektor usaha yang potensial memberikan pendapatan hingga USD 12 triliun per tahun berkat transisi energi yang mengarah ke emisi nol bersih (net zero emission). Dua sektor teratasnya yakni transportasi dan kelistrikan,” ujar Bobby melalui keterangan resminya.
 
Baca Juga:
Nongol di GIIAS, Geely Xingyuan Bakal Dijual Akhir Tahun 2025


Seiring meningkatnya populasi kendaraan listrik di Indonesia—dari 116 ribu unit pada 2023 menjadi 207 ribu unit pada 2024 atau naik 78 persen menurut data Kementerian Perindustrian—dukungan terhadap pengembangan ekosistem baterai menjadi semakin mendesak. Minister Counsellor for Governance and Human Development of the Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), Tim Stapleton, menyebut kolaborasi ini sebagai bukti nyata kemitraan Indonesia–Australia.
 
“Sebelumnya, Indonesia dan Australia telah membangun Nota Kesepahaman untuk mempercepat transisi global menuju teknologi rendah emisi, dengan ekosistem kendaraan listrik (EV) sebagai pilar utamanya. Kami meyakini bahwa untuk mewujudkan ekosistem tersebut, diperlukan kolaborasi lintas sektor termasuk dari pemerintah, akademisi dan industri, dan lintas negara yang kuat. Penelitian KONEKSI yang akan dibahas kali ini menjadi turunan dari Nota Kesepahaman kedua negara tentang kendaraan listrik, dalam upaya menghasilkan demonstran teknologi serta metode daur ulang yang efektif dan terjangkau, dari bahan daur ulang,” ujar Tim.
 
Peneliti ITB, Bentang Arief Budiman, menjelaskan ekosistem pengolahan baterai di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan.
 
Baca Juga:
Efisiensi Bisnis Lewat Kendaraan Listrik DFSK Gelora E

 
“Di Indonesia, baterai yang telah habis siklus hidupnya dianggap sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) tetapi ekosistem pengolahannya belum cukup berkembang. Di sisi lain, ada situasi terkait keterbatasan bahan mentah untuk produksi baterai kendaraan listrik ini, dalam bentuk lithium, yang tidak dimiliki Indonesia. Bila proses desain baterai kendaraan listrik direncanakan sejak proses perakitan hingga pembongkaran, kita bisa mengefisienkan proses daur ulang baterai yang telah habis siklus hidupnya untuk membuat baterai baru. Proses daur ulang dapat diterapkan untuk berbagai jenis baterai kendaraan listrik, termasuk jenis lithium-ion yang cukup umum digunakan di Indonesia,” jelas Bentang.
 
Dari sisi teknis, peneliti Curtin University, Richard Diaz Alorro, menegaskan riset ini akan fokus pada desain baterai lithium-ion yang memungkinkan proses daur ulang lebih efisien.
 
“Hasil penelitian kolaboratif ini akan berfokus pada pengembangan desain baterai lithium-ion melalui demonstrasi teknologi ekosistem daur ulang baterai, serta metode yang layak untuk mendaur ulang baterai. Hasil studi kolaboratif ini diharapkan dapat mendorong pengembangan kebijakan baru untuk daur ulang baterai, atau memberikan insentif untuk pengguna kendaraan listrik dengan harga lebih terjangkau,” tuturnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(UDA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan